Kedelapan, asas bahwa pemberi Jaminan Fidusia harus orang yang memiliki
kewenangan hukum atas objek jaminana fidusia.
Kesembilan, asas bahwa Jaminan Fidusia harus didaftarkan ke kantor pendaftaran
fidusia.
Kesepuluh, asas bahwa benda yang dijadikan objek Jaminan Fidusia tidak dapat
dimiliki oleh kreditur penerima Jaminan Fidusia sekalipun hal itu diperjanjikan.
Kesebelas, asas bahwa Jaminan Fidusia memberikan hak prioritas kepada kreditur
penerima fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan ke kantor fidusia dari pada kreditur yang mendaftarkan kemudian.
Keduabelas, asas bahwa pemberi Jaminan Fidusia yang tetap menguasai benda
jaminan harus mempunyai itikad baik te goeder trouw, in good faith.
Ketigabelas, asas bahwa Jaminan Fidusia mudah dieksekusi.
36
D. Objek dan Subjek Jaminan Fidusia
a. Obyek Jaminan Fidusia
Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999tentang Jaminan Fidusia, maka yang menjadi obyek Jaminan Fidusiaadalah benda
36
Tan kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT. Alumni, Medan,2004,hal.165.
Universitas Sumatera Utara
bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaaninventory, benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan kendaraanbermotor. Setelah berlakunya Undang-
Undang NO.42 Tahun 1999 tentang JaminanFidusia, maka obyek Jaminan Fidusia diberikan pengertian yang luas.Berdasarkan Undang-Undang ini, obyek Jaminan
Fidusia dibagi 2 macam, yaitu : benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud; dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan. Sebagai contoh bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
dalam hal ini yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia. b.
Subyek Jaminan Fidusia
Subyek Jaminan Fidusia
adalah Pemberi Fidusia dan PenerimaFidusia.Pemberi Fidusia adalah orang perseorangan atau
korporasipemilik benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia, sedangkan PenerimaFidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang
mempunyaipiutang yang pembayarannya dijamin dengan Jaminan Fidusia.
E. Ciri- Ciri Lembaga Fidusia
Seperti halnya hak tanggungan, Lembaga Jaminan Fidusia yangkuat mempuyai ciri-ciri sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Memberikan kedudukan yang mendahulukan kepada kreditur penerima
fidusia terhadap kreditur lainnya. Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia Penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap
krediturlainnya. Hak yang didahulukan dihitung sejak tanggal pendaftaranbenda yang menjadi objek Jaminan Fidusia pada kantor
pendaftaran fidusia. Hak yang didahulukan yang dimaksud adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil
eksekusi benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia. Hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan
dan likuidasi pemberi fidusia. Ketentuan dalam hal ini berhubungan dengan ketentuan bahwa Jaminan Fidusia merupakan agunan atas
kebendaan bagi pelunasan utang. Di samping itu, ketentuan dalamUndang- Undang tentang kepailitan menentukan bahwa benda yang menjadi obyek
Jaminan Fidusia berada diluar kepailitan dan likuidasi.
37
b. Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan di tangan siapapun objek
ituberada droit de suite Pasal 20 Undang-Undang fidusia. Jaminan Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia dalam
tangan siapapun benda itu benda itu berada, kecualipengalihan atas benda Apabila atas
benda yang sama menjadi objek Jaminan Fidusia lebihdari 1 satu perjanjian Jaminan Fidusia, maka hak yang didahulukan ini diberikan
kepada pihak yang lebih dahulu mendaftarkannya padakantor pendaftaran fidusia.
37
Purwahid dan Kashadi.Hukum Jaminan Fidusia, Semarang : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2008,
Universitas Sumatera Utara
persediaan yang menjadi obyek jaminanfidusia.
38
c. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga mengikat pihak ketiga
dan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan Pasal 6 dan 11 Undang-Undang Fidusia.
Ketentuan ini merupakan pengakuan atau prinsip “droit de suite”yang telah merupakan
bagian dari peraturan Undang-Undangan Indonesia dalam kaitanya dengan hak mutlak atas kebendaan.
Akta Jamian Fidusia yang dibuat Notaris sekurang-kurangnya memuat : 1
Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia; 2
Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia; 3
Uraian mengenai benda yang menjadi obyek fidusia; 4
Nilai penjaminan; 5
Nilai benda yang menjadi objek fidusia;
Selanjutnya dalam hal ini benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia. Hal ini merupakan
terobosan penting yang melahirkan fidusia sehingga dapat memenuhi asas publisitas semakin terpublikasi jaminan hutang, akan semakin baik,
sehingga kreditur atau khalayak ramai dapat mengetahui atau punya akses untuk mengetahui informasi-informasi penting di sekitar jaminan hutang
tersebut.
38
Gunawan Wijdjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, hal 133.
Universitas Sumatera Utara
d. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya Pasal 29 Undang-Undang
Fidusia Dalam hal debitur atau pemberi fidusia cidera janji, pemberi fidusia wajib menyerahkan obyek Jaminan Fidusia dalam rangka
pelaksanaan eksekusi. Eksekusi dapat dilaksanakan dengan cara pelaksanaan titel eksekutorial oleh kreditur atau penerima fidusia, artinya
langsung melaksanakan eksekusi melalui lembaga para eksekusi atau penjualan obyek Jaminan Fidusia atas kekuasaan sendiri melalui
pelelangan umum serta mengambil pelunasan dari hasil penjualan. Dalam hal akan dilakukan penjualan dibawah tangan, maka harus dilakukan
berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia.
F. Proses Terjadinya Jaminan Fidusia