c. Akta pemberian hak tanggungan APHT yang dibuatoleh pejabat pembuat
akta tanah. d.
Surat kuasa membebankan hak tanggungan SKMHT yang dibuat oleh notaries atau pejabat pembuat akta tanah.
e. Akta Jaminan Fidusia AJF yang dibuat olehnotaries.
C. Asas-Asas Jaminan Fidusia
Adanya asas-asas di dalam suatu sistem menunjukan betapa pentingnya suatu asas. Asas atau prinsip bukanlah peraturan hukum konkrit, melainkan
merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum
yang terjelma dalam peraturan perUndang-Undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat
umum dalam peraturan tersebut
33
Asas hukum itu merupakan unsur penting dan pokok dari peraturan hukum.Itu merupakan unsur penting dan pokok dari peraturan hukum. Tidak
berlebihan apabila dikatakan bahwa asas hukum ini merupakan “jantungnya” peraturan hukum”
34
33
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta : Liberty 1998 hal. 33
34
Satjipto Raharja, Op.Cit. hal 45
Universitas Sumatera Utara
M. Yahya Harahap secara tepat memaparkan adanya beberapa prinsip hukum dalam Undang-Undang fidusia, sebagai berikut:
35
a. Asas spesialitas fixed loan, artinya benda objek Jaminan Fidusia
sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, dengan demikian harus jelas dan tertentu benda objek Jaminan Fidusia serta harus
pasti jumlah utang debitur atau dapat dipastikan jumlahnya. Pembuatan akta Jaminan Fidusia harus memuat, identitas pihak
pemberi dan penerima dan pemberi fidusia ; data perjanjian pokok yang dijamin fidusia, uraian mengenai benda yang menjadi objek
Jaminan Fidusia, nilai penjaminan dan nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
b. Asas assessor, artinya Jaminan Fidusia adalah perjanjian ikutan
dari perjanjian pokok yakni perjanjian utang, dengan demikian keabsahan perjanjian Jaminan Fidusia tergantung pada keabsahan
perjanjian pokok, penghapusan benda objek Jaminan Fidusia tergantung pada penghapusan perjanjian pokok.
c. Asas Hak Preferen, artinya member kedudukan hak yang
didahulukan kepada penerima fidusia kreditur terhadap kreditur lainnya, kualitas hak didahulukan penerima fidusia, tidak hapus
karena adanya kepailitan dan atau likuidasi. d.
Yang dapat memberi fidusia, artinya harus pemilik benda, jika benda itu milik pihak ketiga, maka pengikatan Jaminan Fidusia
35
M. Yahya Harahap, Makalah Lembaga Fidusia, Jakarta : Oktober 2000
Universitas Sumatera Utara
tidak boleh dengan kuasa substansi, tetap harus langsung pemilik pihak yang bersangkutan.
e. Dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima atau kepada kuasa
atau wakil penerima fidusia, artinya ketentuan ini dimaksudkan dalam rangka pembiayaan kredit konsorium.
f. Larangan melakukan fidusia ulang terhadap benda objek Jaminan
Fidusia yang sudah terdaftar, artinya apabila objek Jaminan Fidusia sudah terdaftar, berarti menurut hukum objek Jaminan Fidusia
telah beralih kepada penerima fidusia. Oleh karena itu, pemberi fidusia ulang merugikan kepentingan penerima fidusia, apabila
terjadi hal demikian maka hak milik sebagai pemegang jaminan kepada kreditur kedua, tidak menghilangkan hak milik fidusia dari
kreditur pertama. g.
Asas droit de suite, artinya Jaminan Fidusia tetap mengikuti benda yang jadi objek Jaminan Fidusia dalam tangan siapa pun benda itu
berada, kecuali keberatannya berdasar penglihatan hak atas piutang cessie, dengan demikian hak atas Jaminan Fidusia merupakan hak
kebendaan mutlak in rem. Asas-asas hukum Jaminan Fidusia yang terdapat dalam Undang-Undang
Jaminan Fidusia adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Pertama, asas bahwa kreditur penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditur
yang diutamakan dari kreditur lainnya.Terdapat Pasal1 angka 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia.
Kedua, asas bahwa dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia menunjukkan bahwa
Jaminan Fidusia merupakan hak kebendaan dan bukan perorangan.
Ketiga, asas bahwa Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan yang lazim
disebut dengan asas asessoritas.Asas ini mengandung arti bahwa keberadaan Jaminan Fidusia dibentuk oleh perjanjian utama atau perjanjian pokok.
Keempat, asas bahwa Jaminan Fidusia dapat diletakkan atas utang yang baru
akan ada kontijen. Dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia ditentukan bahwa objek Jaminan Fidusia dapat dibebankan kepada utang yang telah ada dan yang
akan ada. Jaminan atas utang yang aka nada mengandung arti bahwa pada saat dibuatnya akta Jaminan Fidusia, utang tersebut belum ada tetapi sudah
diperjanjikan sebelumnya dalam jaminan tertentu.
Kelima, asas bahwa Jaminan Fidusia dapat dibebankan terhadap benda yang akan
ada.
Keenam, asas bahwa Jaminan Fidusia
dapat dibebankan terhadap bangunanrumah yang terdapat di atas tanah milik orang lain.
Ketujuh, asas bahwa Jaminan Fidusia berisikan uraian secara detail terhadap
subjek dan objek Jaminan Fidusia.
Universitas Sumatera Utara
Kedelapan, asas bahwa pemberi Jaminan Fidusia harus orang yang memiliki
kewenangan hukum atas objek jaminana fidusia.
Kesembilan, asas bahwa Jaminan Fidusia harus didaftarkan ke kantor pendaftaran
fidusia.
Kesepuluh, asas bahwa benda yang dijadikan objek Jaminan Fidusia tidak dapat
dimiliki oleh kreditur penerima Jaminan Fidusia sekalipun hal itu diperjanjikan.
Kesebelas, asas bahwa Jaminan Fidusia memberikan hak prioritas kepada kreditur
penerima fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan ke kantor fidusia dari pada kreditur yang mendaftarkan kemudian.
Keduabelas, asas bahwa pemberi Jaminan Fidusia yang tetap menguasai benda
jaminan harus mempunyai itikad baik te goeder trouw, in good faith.
Ketigabelas, asas bahwa Jaminan Fidusia mudah dieksekusi.
36
D. Objek dan Subjek Jaminan Fidusia