Analisis Plot Data Awal

3.2 Analisis Plot Data Awal

Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk menganalisis data time series adalah membuka plot data terhadap waktu dan melakukan interpretasi secara visual. Dengan membuat plot data mentah, yaitu data yang akan diolah dan akan dianalisis, dapat dideteksi apakah pola data mengandung unsur trend, siklik, musiman atau tidak mengandung pola tertentu. Plot data Kecepatan angin di kota medan selama 60 periode dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 3.2.1 Plot Kecepatan Angin kota Medan Tahun 2007-2011 Dari plot data diatas dapat kita lihat bahwa data tersebut jelas tidak stasioner, karena pada data awal yaitu plot data menunjukkan pertumbuhan atau penurunan pada data. Fluktuasi data semakin naik dan menurun dengan meningkatnya waktu, jadi dapat diketahui bahwa datanya tidak stasioner. Gambar 3.2.2 Autokorelasi Kecepatan Angin kota Medan Tahun 2007-2011 Tabel 3.2.1 Nilai Autokorelasi Kecepatan Angin kota Medan Tahun 2007-2011 Lag Autokorelasi Lag Autokorelasi 1 0.815 9 0.378 2 0.721 10 0.359 3 0.651 11 0.322 4 0.632 12 0.281 5 0.569 13 0.203 6 0.525 14 0.152 7 0.445 15 0.099 8 0.410 16 0.053 Gambar 3.2.3 Nilai Autokorelasi Parsial Kecepatan Angin kota Medan Tahun 2007-2011 Tabel 3.2.2 Nilai Autokorelasi Parsial Kecepatan Angin kota Medan Tahun 2007-2011 Lag Autokorelasi Parsial Lag Autokorelasi Parsial 1 0.815 9 0.024 2 0.169 10 0.028 3 0.078 11 -0.02 4 0.161 12 -0.046 5 -0.50 13 -0.143 6 0.18 14 -0.059 7 -0.110 15 -0.065 8 0.034 16 -0.048 Plot data diatas memperlihatkan deret data yang tidak stasioner, jadi sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap pembuatan model deret berkala, kita perlu menghilangkan ketidakstasioneran data awal. Untuk mengatasi hal ini data mentah yang kita peroleh harus diubah dalam bentuk pembedaan pertama. Jadi untuk mendapatkan ketidakstasioneran dapat diubah deret angka baru yang terdiri dari pembedaan angka antara periode yang berturut-turut: maka perlu diadakan pembedaan pertama dengan persamaan : W t = X t – X t-1 W t = X 2 – X 2-1 Tabel 3.2.3 Nilai - nilai Pembedaan Pertama No. Wt No. Wt No. Wt 1 21 -0.25 41 -2.33 2 0.95 22 -0.66 42 2.33 3 0.60 23 0.08 43 0.00 4 -0.35 24 -0.12 44 0.00 5 -0.08 25 0.02 45 0.00 6 -0.23 26 0.58 46 0.00 7 -0.16 27 0.00 47 0.00 8 0.66 28 0.00 48 -0.39 9 -0.25 29 0.19 49 -0.29 10 -0.37 30 -0.19 50 0.41 11 0.04 31 -0.39 51 -0.19 12 -0.23 32 0.00 52 0.04 13 0.23 33 0.39 53 0.17 14 0.29 34 0.00 54 0.58 15 0.19 35 -0.97 55 -0.43 16 -0.64 36 0.00 56 -0.21 17 0.31 37 0.00 57 -0.04 18 -0.31 38 0.97 58 0.16 19 -0.58 39 0.00 59 -0.60 20 -0.33 40 0.00 60 0.39 Gambar 3.2.4 Plot Keceptan angin dengan menggunakan pembedaan pertama Gambar 3.2.5 Autokorelasi Kecepatan Angin Menggunakan Pembedaan Pertama Tabel 3.2.4 Nilai Autokorelasi Kecepatan Angin Menggunakan Pembedaan Pertama Lag Autokorelasi Lag Autokorelasi 1 -0.288 9 -0.034 2 -0.058 10 0.058 3 -0.142 11 -0.007 4 0.121 12 0.109 5 -0.039 13 -0.069 6 0.177 14 0.002 7 -0.162 15 -0.012 8 -0.010 16 0.088 Gambar 3.2.6 Autokorelasi Parsial Kecepatan Angin Menggunakan Pembedaan Pertama Tabel 3.2.5 Nilai Autokorelasi Parsial Kecepatan Angin Menggunakan Pembedaan Pertama Lag Autokorelasi Lag Autokorelasi 1 -0.288 9 -0.085 2 -0.154 10 -0.056 3 -0.230 11 -0.020 4 -0.013 12 0.105 5 -0.053 13 0.043 6 0.095 14 0.021 7 -0.091 15 0.010 8 -0.087 16 0.062 Dari plot korelasi diatas terlihat deret data yang sudah stasioner. Plot korelasi diatas memperlihatkan bahwa ada satu koefisien korelasi diri berbeda nyata dari nol sehingga diduga ordo dari proses MA q adalah 1 q=1, yaitu nilai koefisien lag ke-1 -0.288. Maka model ARIMA Tentatif yang pertama yaitu ARIMA 0, 1, 1 Dari plot fungsi korelasi diri parsial, ditentukan ordo regresi diri.dari plot tersebut dilihat bahwa ada satu koefisien korelasi yang berbeda nyata dari nol, sehingga diduga bahwa ordo dari AR p adalah 1 p=1 yaitu nilai koefisien lag ke-1 - 0.288. Sesuai dengan keterangan model diatas data yang dibedakan adalah ARIMA 1,1,1. Pendugaan parameter-parameter model ARIMA dari Box-Jenkins untuk model ARIMA 1,1,1 adalah : Parameter Taksiran Standart error Nilai-t 0,323 0,219 1,475 0,764 0,152 5,039

3.3 Pengecekan Model