Baitul Maal wa Tamwil
3. Prinsip
BMT memiliki asas keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini juga mendorong BMT memberikan peranannya
pada masyarakat dengan:
29
a. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat ribawi,
seperti melakukan sosialisai dan pelatihan mengenai cara bertransaksi secara syariah dimana harus punya bukti dalam transaksi, dilarang
bersifat curang dalam menimbang mengukur menakar, harus jujur terhadap konsumen dan tidak berlaku gharar.
b. Melakukan pendanaan usaha kecil dengan jalan pendampingan,
pembinaan penyuluhan dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah.
c. Melepaskan ketergantungan masyarakat pada rentenir; dengan
memberikan layanan yang lebih baik pada ketersediaan dana setiap saat dan birokrasi yang sederhana.
d. Menjaga keadilan ekonomi dengan distribusi yang merata. BMT
berhadapan langsung dengan masyarakat yang kompleks harus mempunyai sikap dan langkah-langkah yang baik dalam pemetaan
skala prioritas pemberian pembiayaan kepada nasabah sehingga BMT harus memperhatikan kelayakan usaha nasabah, golongan nasabah
dengan jenis pembiayaan yang dilakukan.
29
Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013, h.24.
Selain itu BMT juga menjadi motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat, pelaksana sistem ekonomi syariah, penghubung antara kaum
aghnia kaya dengan kaum dhu‟afa miskin serta sebagai sarana
pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang Islami.
30
4. Kegiatan
BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah dalam menjalankan kegiatannya harus berdasarkan pada prinsip muamalah dalam Islam.
Secara umum, kegiatan BMT dapat dikelompokkan menjadi beberapa sektor, yaitu:
a. Jasa Keuangan
31
Kegiatan jasa keuangan yang dikembangkan oleh BMT berupa penghimpunan
dana dan
menyalurkannya melalui
kegiatan pembiayaan dari dan untuk anggota atau non-anggota. Kegiatan ini
dapat disamakan secara operasional dengan kegiatan simpan pinjam dalam koperasi atau kegiatan perbankan secara umum.
1 Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk
disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk pembiayaan. Simpanan
ini dapat berbentuk tabungan wadi’ah, simpanan Mudharabah jangka pendek dan jangka panjang.
30
Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, h.23.
31
Hertanto Widodo, dkk., PAS, Pedoman Akuntansi Syariat: Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wa Tamwil, BMT, h.82.
2 Penyaluran Dana
Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas dua jenis: Pertama, pembiayaan dengan sistem bagi hasil dan kedua, jual beli
dengan pembayaran ditangguhkan. b.
Sektor Riil
32
Pada dasarnya, kegiatan sektor riil juga merupakan bentuk penyaluran dana BMT. Namun, berbeda dengan kegiatan sektor jasa
keuangan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu, penyaluran dana pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan
terdapat unsur kepemilikan di dalamnya. Penyaluran dana ini selanjutnya disebut investasi atau penyertaan.
c. Sektor Sosial
33
Kegiatan pada sektor sosial merupakan jantung kekuatan BMT. Dengan kegiatan ini, BMT tidak hanya berperan dalam bidang
ekonomi, tetapi juga dalam pembinaan agama bagi para nasabah sektor jasa keuangan BMT. Selain itu, dengan kegiatan ini BMT juga
diharapkan turut memperkuat sektor sosial terutama bagi anggotanya dalam menyalurkan Zakat, Infak dan Sedekah ZIS. Cara kerja dan
perputaran dana BMT secara sederhana dapat digambarkan pada skema berikut:
32
Hertanto Widodo, dkk., PAS, Pedoman Akuntansi Syariat: Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wa Tamwil, BMT, h.83.
33
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, h. 61.
Gambar 2.1 Skema Cara Kerja dan Perputaran Dana BMT
Berdasarkan skema diatas, dapat dilihat bagaimana perguliran dana BMT. Pada awalnya dana BMT diperoleh dari para pendiri berbentuk
simpanan pokok khusus. Sebagai anggota biasa, para pendiri juga membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan jika ada, simpanan
sukarela. Dari modal para pendiri ini dilakukan investasi untuk membiayai pelatihan pengelola, mempersiapkan kantor serta perangkat administrasi.
34
Mengenai bagaimana caranya BMT mampu membayar bagi hasil kepada anggota, khususnya anggota yang menyimpan simpanan sukarela,
maka BMT harus memiliki pemasukan keuntungan dari hasil usaha pembiayaan berbentuk modal kerja yang di berikan kepada anggota dan
kelompok usaha anggota. Karena itu pengelola BMT harus menjemput bola dalam membina anggota pengguna dana agar mereka dapat
berkembang dan mendapatkan untung yang besar, sehingga BMT pun
34
Andri Soemitra, M.A, Bank Lembaga Keuangan Syariah, h.458
akan memperoleh feedback keuntungan yang cukup besar pula. Dari keuntungan itulah BMT dapat menanggung biaya operasional untuk gaji
pengelola dan karyawan serta membayar bagi hasil yang memadai dan memuaskan para anggota penyimpanan sukarela.
35
Dalam menjemput bola tersebut, pengelola BMT harus mampu menjelaskan dengan menarik minat anggota dan calon anggota untuk
menyimpan simpanan sukarelanya dalam jumlah yang besar dan alasan jika menyimpan dana di BMT, dananya akan aman dan bermanfaat bagi
masyarakat, lebih menguntungkan dengan prinsip bagi hasil dan bebas dari unsur riba
‟. Dalam menjamin dananya, BMT umumnya menggunakan analisis kelayakan usaha dan jaminan collateral.
36
5. Jenis Usaha
Jenis-jenis usaha BMT sebenarnya dimodifikasi dari produk perbankan Islam. Oleh karena itu, usaha BMT dapat dibagi kepada dua
bagian utama, yaitu memobilisasi simpanan dari anggota dan usaha pembiayaan. Jenis usaha pembiayaan BMT lebih diarahkan pada
pembiayaan usaha mikro, kecil bawah, dan bawah. Di antara usaha pembiayaan tersebut adalah; Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan
Musyarakah, Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Al- Bai‟ Bithaman Ajil
dan Al-Qardhul Hasan
37
35
Andri Soemitra, M.A, Bank Lembaga Keuangan Syariah, h.458
36
Andri Soemitra, M.A, Bank Lembaga Keuangan Syariah, h.459
37
A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, Sebuah Pengenalan, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, h.191.
6. Produk Penghimpunan Dana
Pada sistem operasional BMT, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, melainkan berbagi hasil
keuntungan. Berdasarkan Fatwa DSN-MUI disebutkan bahwa diantara produk LKS adalah produk penghimpunan dana yakni:
38
a. Giro Wadiah, merupakan produk simpanan yang berasal dari dana
nasabah yang dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari
keuntungan pemanfaatan dana tersebut oleh BMT. Besarnya bonus tidak ditetapkan dimuka tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan
BMT dan nominalnya diupayakan untuk senantiasa kompetitif. b.
Tabungan Mudharabah, yakni dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan diberikan
kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah dan pihak BMT. Nasabah bertindak sebagai shahibul maal dan BMT sebagai mudharib.
c. Deposito Mudharabah. Dalam hal ini terdapat dua konsep yang
ditawarkan pada BMT, dimana BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan Islam dan terus mengembangkannya
yang didasarkan pada konsep Mudharabah Muthlaqah. Atau dengan konsep Mudharabah Muqayyadah, dimana nasabah sebagai shahibul
maal menentukan dana yang disimpan harus dikelola pada suatu usaha saja.
38
Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, h.25.
39