Penutup , Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil

ditentukan dari keuntungan, seperti setengah atau sepertiga dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. 2. Menurut Hanafiyah, Mudharabah ialah : ع ْق ْي جْ ح ْ حْ ِ ىف كْ ِ ى ع ع خ ْْ “Akad syirkah dalam laba, satu pihak pemilik harta dan satu pihak pemilik jasa” 3. Malikiyah berpendapat bahwa Mudharabah ialah : ع ْق يكْ ت َ فْ َ ْي ْقَ ْ جَ ي ْ ى ع ْيغ ْ َ ْ “Akad perwakilan, dimana pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan pembayaran yang ditentukan e mas dan perak” 4. Hanabilah berpendapat bahwa Mudharabah adalah : ءْزج ْيف جَ ي ْ ى إ ْ َيع ً ْ ق ْ ح عف ْ ي ْ أ ع ع ْ ْ ْع حْ “Suatu sebutan, bahwa pemilik harta menyerahkan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang berdagang dengan bagian dari keuntungan yang diketahui ” 5. Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa Mudharabah adalah : ع َي ْ أ ى ْقي ْق ْ ْ ش عف ْ ًْ خ ْيف جَ ي “Akad yang menentukan seseorang menyerahkan hartanya kepada yang lain untuk ditijarahkan” Dari segi teknis, Mudharabah merupakan bentuk kerjasama dari pemilik dana shahibul maal kepada pengelola dana mudharib untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi profit and loss sharing atau metode bagi pendapatan revenue sharing antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana. 4 Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dipahami bahwa Mudharabah pada dasarnya adalah berbagi hasil. Apabila terjadi kerugian dari segi permodalan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal shahibul maal sedangkan pengusaha mudharib menanggung kerugian berupa hilangnya kesempatan mendapatkan profit. 2. Landasan Hukum Pada dasarnya, hukum Mudharabah dalam islam adalah boleh berdasarkan dalil-dalil al-Quran, as-Sunnah dan Ijma ’ Umah. 5 Karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli dalam mengelola dana. Banyak di antara pemilik modal yang tidak ahli dalam mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara banyak yang ahli di bidang perdagangan tidak memiliki modal. 6 Meskipun dalam praktik pada masa nabi dan sahabat tidak disebutkan secara langsung istilah Mudharabah, kerjasama semacam ini adalah sebuah kebiasaan umat muslim sejak zaman nabi, bahkan 4 Tim Penyusun PAS BMT 002, Pedoman Akad Syariah pada BMT, Cet. 2 , PAS BMT 002,, Jakarta: BMT Center, 2009, h. 3. 5 Wahbah Zuhaili, al-Muamalah al-Maliyah al- Mu‟ashirah, h. 106 6 Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h.134.