Penerapan Akad Mudharabah dalam Penghimpunan Dana dan Pengelolaannya pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Global Insani Cirebon Jawa Barat

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

BETARI TYAS MAHARANI NIM : 1112046100054

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang belaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2016


(5)

v

Mudharabah dalam Penghimpunan Dana dan Pengelolaannya pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Global Insani Cirebon Jawa Barat”. Strata 1. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Agustus 2016, xii+86 halaman+23 lampiran.

Latar belakang penelitian ini adalah untuk menjawab kekhawatiran masyarakat akan pengelolaan dana investasi di BMT. Sementara masalah pokok penelitian ini adalah pelaksanaan akad Mudharabah dalam penghimpunan dan pengelolaan dana produk Investasi Mudharabah Al Qiradh „Am Hasanah serta bagaimana kesesuaian praktik akad Mudharabah di BMT Global Insani dengan konsep dalam prinsip syariah.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian lapangan/ studi lapangan. Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas dua sumber, yaitu data primer yang diperoleh dengan teknik wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari kajian literatur tertulis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, pelaksanaan akad Mudharabah Muthlaqah pada produk Al Qiradh „Am Hasanah di BMT Global Insani, dilihat dari karakteristik, prosedur, akad tertulis, pengelolaan dan pembagian hasil dapat dikatakan sesuai dengan fatwa DSN-MUI dan konsep Mudharabah dalam fiqh. Akan tetapi, masih terdapat beberapa klausul dalam akad perjanjian pembiayaan mudharabah tersebut yang kurang sesuai dengan kaidah dan Fatwa DSN. Diharapkan untuk kedepannya, BMT dapat lebih menyempurnakan kembali kejelasan penulisan akad tertulis dan kesesuaian akad pada konsep hukum syariah, melihat akad tertulis merupakan suatu aspek terpenting pada suatu transaksi.

Kata Kunci : Kontrak, Akad, Mudharabah, BMT, Fatwa MUI, Investasi Pembimbing : H. Qosim Arsyadani, M.Ag


(6)

vi

Alhamdulillahirobbil‟alamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, penguasa alam semesta, Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Berkat curahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Akad Mudharabah dalam Penghimpunan Dana dan Pengelolaannya pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Global Insani Cirebon Jawa Barat” yang diajukan demi memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1).

Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. AM. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Dr. Abdurrauf, M.A selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.

3. H. Qosim Arsyadani, M.A. selaku Dosen Pembimbing. Terimakasih atas kesediaannya memberikan waktu kepada penulis untuk membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(7)

vii

4. Dr. Hj. Isnawati Rais, M.A. selaku dosen Pembimbing Akademik. Terimaksih atas bimbingan dan nasehat akademik selama masa perkuliahan penulis. 5. Supriyono, S.E, M.M. Terimakasih atas kepercayaannya memberikan

kesempatan dan pengalaman kepada penulis untuk berkontibusi dalam menyusun karya tulis.

6. Pimpinan dan Staf perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh berbagai informasi dan referensi sehingga skripsi dapat terselesaikan.

7. Bang Ricky Aprison selaku Marketing BMT GI yang telah membantu penulis dalam perizinan dan pengumpulan data penelitian.

8. Pak Harry Juana selaku Manajer BMT GI dan Pak Arif Haryanto selaku Kabag Operasional BMT GI, yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi mengenai permasalahan penelitian.

9. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Julis Subagyo dan Ibunda Ratnawati, S.E, S.Pd. atas segala motivasi, bantuan moril dan materil serta doa dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis.

10.Kakak dan Adik tersayang, Arum Tyas Nugraheni dan Citra Devi Tyas Hapsari yang senantiasa berbagi keceriaan, memotivasi dan mendoakan. 11.Gadis-gadis ku tersayang, My Lovely Amigo, Anis Khaerunnisa, Dian

Octaviani, Laeli Sayidah Izati, Marliana Fitriani, Rahmi Azizah. Terimakasih atas kebersamaan kita selama 4 tahun ini. Mengenal dan bersahabat dengan kalian adalah kesyukuran dan kebahagiaan yang tiada terlukiskan. Ingat, Best


(8)

viii

12.My beloved roommate, Endah Hardiyaningsih, atas segala masukan, saran dan motivasi. Terimakasih telah menjadi kawan sekamar yang baik dan senantiasa berbagi keceriaan selama ini.

13.Muhamad Ilham Nugraha, S. Kom.I, terimasih atas segala doa, bantuan dan dukungannya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

14.Kawan-kawan terbaik, Ulya Hikmawati, Miftah Farhahtidini, Nurul Khowatim, Wulan Wibisono, Riyasani, M. Riyadi Eko Prabowo, Fikri Rafif Rinaldi, Hamdan Syamsudin, Sang Adjie, Rifaldi Noviansyah, Yosep Hermawan, Anna Putri Pratiwi, Bagja Nugraha, dan Fernando Tjandra, terimakasih atas doa, motivasi dan dukungannya.

15.Kawan-kawan seperjuangan semasa kuliah konsentrasi Perbankan Syariah tahun 2012. Terimakasih atas seluruh pengalaman bersama selama ini.

16.Kawan-kawan koloni “Lebah”. Terimakasih atas pengalaman selama KKN di Kedung.

17.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan turut berkontribusi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di UIN hingga akhir.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan segala urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca.

Jakarta, Agustus 2016


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA SIDANG ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBARDAN TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 7

C. Perumusan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

E. Review Kajian Terdahulu ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan Penelitian ... 17

BAB II : LANDASAN TEORI A. Mudharabah ... 19


(10)

x

2. Landasan Hukum ... 21

3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah ... 25

4. Macam-macam Mudharabah ... 27

5. Hukum dan Kedudukan Mudharabah ... 28

6. Berakhirnya Akad Mudharabah ... 29

7. Aplikasi Mudharabah pada Lembaga Keuangan Syariah ... 30

B. Baitul Maal wa Tamwil ... 31

1. Pengertian Baitul Maal wa Tamwil ... 31

2. Ciri-ciri Utama BMT ... 32

3. Prinsip ... 33

4. Kegiatan ... 34

5. Jenis Usaha ... 37

6. Produk Penghimupnan Dana ... 38

BAB III : GAMBARAN UMUM BMT GLOBAL INSANI A. Sejarah Singkat BMT Global Insani ... 39

B. Visi dan Misi BMT Global Insani ... 41

C. Budaya Kerja dan Kegiatan BMT Global Insani ... 42

D. Legalitas BMT ... 44

E. Manajemen dan Struktur Organisasi ... 44

F. Produk dan Layanan ... 47

1. Produk Tabungan dan Investasi ... 47


(11)

xi

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Akad Investasi Mudharabah “Al Qiradh „Am

Hasanah” ... 51 1. Prosedur Pembukaan Investasi Mudharabah ... 53 2. Pengelolaan Investasi Mudharabah ... 55 B. Analisis Kesesuaian Akad pada produk Investasi

Mudharabah ... 64 1. Analisis Kesesuaian Karakteristik dam Prosedur Aplikasi

Pembukaan ... 65 2. Analisis Kesesuaian Kontrak Akad Tertulis ... 68 3. Analisis Kesesuaian Pengelolaan dan Bagi Hasil ... 76

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 2.1. Skema Cara Kerja dan Perputaran Dana BMT ... 36

Gambar 4.1. Sistem Informasi Perkembangan Lahan Jahe ... 57

Gambar 4.2. Skema Pengolahan Dana Investasi ... 58

Gambar 4.3. Skema Bagi Hasil Mudharabah ... 62

Gambar 4.4. Ilustrasi Hasil Investasi Al Qiradh „Am Hasanah ... 63

Gambar 4.5. Warkat / Sertifikat Qiradh ... 71


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang kaffah (menyeluruh). Islam mengajarkan umatnya tuntunan beribadah secara hablu minnallah (hubungan dengan Allah) dan tuntunan bermuamalah hablu minnannas (hubungan dengan sesama).

Dalam qaidah ibadah pada konteks hablu minnallah, berlaku qaidah

هرماوا ىلع لْيل َدلا هب ءاج ام َاإ لْط ْلاو مْيرْحَتلا دا علْا ىف لْصأا “Hukum asal dalam beribadah adalah haram dan batal kecuali yang ada dalil yang memerintahkan"1 Karena beribadah dalam arti hablu minnallah yang boleh dilakukan hanyalah apabila ada dalil perintahnya.

Sementara dalam bermuamalah, Islam memberikan kebebasan dalam kegiatannya selama tidak bertentangan dengan syariah dan tidak ada dalil yang mengharamkannya. Dalam qaidah ibadah pada konteks hablu minnannas berlaku kaidah مْيرْحَتلا ىلع لْيلَدلْا َل دي ىَتح ح اب إْا ءايْشأْا ىف لْصأا“Hukum asal dari

sesuatu (muamalah) adalah mubah sampai ada dalil yang melarangnya”2

Al-Quran telah mengingatkan manusia untuk mencari dan mengelola rezeki sesuai dengan nilai-nilai agama. Perilaku ekonomi harus sesuai dengan hukum Allah. Orang yang melalaikan hak-hak Allah dalam aktivitas kehidupan sehari-harinya niscaya akan merugi di dunia dan di akhirat.3

1

Imam Jalaludin As-Suyuti, Asybah Wan Nadhair, (Beirut: Darul Fikr, 1995), h.44.

2

Imam Jalaludin As-Suyuti, Asybah Wan Nadhair, h.43.

3


(14)

Islam tidak memperkenankan muamalah yang menguntungkan sebelah pihak dan kelebihan (riba) karena menimbulkan kerusakan baik dari segi moralitas dan perekonomian. Terkait hal ini, Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang haramnya riba‟ dalam Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 dan menerbitkan fatwa-fatwa terkait ketentuan dalam bermuamalah, khususnya ketentuan transaksi syariah pada lembaga keuangan syariah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa lembaga keuangan menurut ketentuan perundang-undangan dibagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.4 Saat ini, selain lembaga keuangan syariah yang bersifat komersial seperti Pegadaian Syariah, Pasar Modal Syariah, Reksadana Syariah, dan Obligasi Syariah, lembaga keuangan syariah yang bersifat nirlaba seperti Organisasi Pengelola Zakat dan Badan Wakaf mulai berkembang. Bahkan lembaga keuangan mikro syariah seperti BMT (Baitul Maal wa Tamwil) juga turut berkembang sangat pesat di Indonesia.5

BMT adalah lembaga keuangan syariah non bank yang beroperasi seperti koperasi sehingga berbadan hukum koperasi. Sesuai dengan surat keputusan dari Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004. 6

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) atau disebut juga Koperasi Syariah dalam operasionalnya terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal (lembaga

4

Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Solo: ISES Publishing, 2008), h.15.

5

Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarta: P3EI Press, 2010), h.33.

6

Dadan Muttaqien, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Safira Insani Press, 2008), h. 61.


(15)

sosial) dan baitul tanwil (lembaga bisnis). Dengan demikian, BMT memiliki peran ganda, yaitu fungsi sosial dan fungsi komersial.7

Meskipun belum ada data statistik resmi mengenai perkembangan BMT di Indonesia dari segi jumlah, aset, dan anggota yang dilayani, beberapa koperasi sekunder yang mewadahi BMT-BMT di Indonesia seperti Induk Koperasi Syariah (INKOPSYAH) dan Perhimpunan BMT Indonesia pernah menyebutkan bahwa jumlah BMT di Indonesia berjumlah lebih dari 5000 BMT yang tersebar di pelosok Indonesia. Ditambah lagi dengan adanya beberapa peraturan pemerintah melalui kementrian koperasi dan UMKM mengenai koperasi syariah yang menunjukan adanya pengakuan legal akan kehadiran BMT di Indonesia.8

Pada akhir tahun 2015, perhimpunan BMT berhasil mengonsolidasi 561 BMT berbadan hukum koperasi dengan jumlah aset yang dikelola sekitar 11,9 triliun rupiah dan memiliki anggota sebanyak 2.694.013 orang yang tersebar di seluruh Indonesia.9

Jumlah tersebut merupakan prestasi yang cukup baik mengingat secara hukum koperasi syariah baru didirikan pada tahun 2004. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran BMT yang mampu mengelola koperasi dengan profesional dan modern. Sudah banyak BMT yang menggunakan teknologi canggih seperti yang dimiliki perbankan yaitu ATM, internet banking dan

7

Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h.22.

8

https://gustani.blogspot.co.id/2015/07/mengenal-bmt-catatan-hari-koperasi-2015.html, diakses pada 28 agustus 2016 pukul 14.01

9 http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/15/10/07/nvui6w349-hanya-10-tahun-561-bmt-miliki-aset-hingga-119-triliun, diakses pada 28 agustus 2016 pukul 14.01


(16)

mobile banking. Dengan fasilitas pelayanan tersebut, diharapkan kepercayaan anggota terhadap koperasi syariah akan bertambah.

Diantara sekian banyak BMT yang berkembang di Indonesia, BMT Global Insani adalah salah satu lembaga pengelola keuangan syariah di bawah payung hukum Koperasi Surabraja Madani dan didirikan oleh PT. Surabraja Mandiri yang merupakan perusahaan holding dari Surabraja Food Industri yang berdiri sejak 1960. Sebagai wadah bagi para mitra pelanggan, PT. Surabraja Mandiri mendirikan unit usaha jasa pengelola keuangan syariah dalam bentuk Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Global Insani (GI) yang mengeluarkan produk jasa keuangan berbasis syariah.10

Pada tahun buku 2015,11 aset yang dikelola BMT GI Cirebon adalah sebesar Rp. 4.549.184.250,- yang berarti BMT GI Cirebon mewakili 0,04 % aset BMT di Indonesia secara Global. BMT GI mengeluarkan produk jasa keuangan berupa pembiayaan dan simpanan dalam bentuk tabungan dan investasi dengan akad syariah, salah satunya adalah prinsip Mudharabah.

Mudharabah secara bahasa berasal dari kata dharb (pergi) yang maksudnya berjalan dimuka bumi, istilah ini merupakan bahasa penduduk Iraq sedangkan penduduk Hijaz menyebutnya dengan istilah qiradh atau muqaradhah.12 Secara terminologi, Sayyid Sabiq mendefinisikan mudharabah adalah akad yang dilakukan oleh dua pihak, dimana salah satu pihak menjadi

10

Profil Global Insani, diakses pada 5 Februari 2016 dari http://klikgi.com/site/profil

11

Laporan Rapat Anggota Tahunan Koperasi Surabraja Madani Tahun Buku 2015 12

Wahbah Zuhaili, al-Muamalah al-Maliyah al-Mu‟ashirah, Cet.6, (Beirut: Darul Fikr, 2008) h. 105-106.


(17)

pemodal untuk diperdagangkan, dengan ketentuan keuntungan dibagi dua sesuai dengan kesepakatan bersama.13

BMT Global Insani menerapkan akad Mudharabah salah satunya pada produk Investasi “Al Qiradh 'Am Hasanah”. Produk ini merupakan produk investasi jangka panjang, dimana BMT GI bertindak sebagai Mudharib dan Nasabah sebagai Shahibul Maal. Dana yang diinvestasikan nasabah akan dikelola dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan akad, dan nisbah bagi hasilnya diserahkan sepenuhnya mutlak kepada pihak Shahibul Maal.14

Pengaturan investasi Mudharabah pada Lembaga Keuangan Syariah termaktub dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, Pasal 1 angka (24) yang berbunyi: “Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad Mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk

Deposito, Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”. Akan tetapi, pengetahuan masyarakat terkait BMT dan urgensi berinvestasi masih sangat terbatas. Masyarakat terlihat seringkali masih khawatir dan ragu untuk berinvestasi pada BMT karena terbatasnya pengetahuan terkait BMT.

Berdasarkan data awal penelitian, nasabah yang sudah berinvestasi di BMT juga tidak begitu memahami terkait pengelolaan dana tersebut. Bahkan menurut kesaksian beberapa investor dalam wawancara pada penelitian pendahuluan, mereka mengaku tidak begitu memusingkan kemana dana

13

Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut: Darul Fikr, 1977), h.212.

14


(18)

investasi mereka dialokasikan untuk dikelola. Hal ini sebenarnya sah – sah saja karena Mudharabah Muthlaqah memang membebaskan mudharib untuk mengelola dana investasi shahibul maal dengan sebebas-bebasnya, selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Namun demikian, pengetahuan akan kemana saja dana investasi nasabah dikelola akan sangat diperlukan. Hal ini untuk menjawab kekhawatiran masyarakat tentang pengelolaaan dana investasinya dan memberikan jaminan kepada nasabah akan keamanan dana investasi mereka, yang tentu saja tidak lepas dari prinsip profit and loss sharing (berbagi untung dan rugi) sebagaimana diajarkan dalam Islam.

Apabila kepercayaan masyarakat telah terbentuk, hal ini akan saling menguntungkan baik bagi nasabah maupun BMT. Nasabah akan dengan senang hati berinvestasi maksimal karena memahami dan percaya akan pengelolaan dana di BMT dan BMT pun akan mendapatkan keuntungan dan kemudahan dengan memutar dana yang cukup besar. Selanjutnya kesesuaian antara penerapan akad yang digunakan di BMT dengan konsep syariah juga harus diperhatikan melihat BMT adalah salah satu lembaga mikro keuangan berbasis syariah.

Ketentuan mengenai akad Mudharabah pada dasarnya telah diatur dengan jelas dalam Fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh). Sebagai umat Islam yang harus berpegang teguh pada dalil naqli dan aqli, penggunaan akad mudharabah tersebut harus dipertanggung jawabkan tidak hanya antar sesama manusia


(19)

melainkan juga kepada sang pencipta. Karenanya, dalam menerapkan akad mudharabah, rukun dan syarat harus mutlak terpenuhi disetiap transaksi.15

Berangkat dari pemahaman dan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Akad

Mudharabah dalam Penghimpunan Dana dan Pengelolaannya pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Global Insani Cirebon Jawa Barat”.

B. Idetifikasi dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang muncul adalah: 1. Kekhawatiran masyarakat akan pengelolaan dana investasi di BMT.

2. Pelaksanaan akad Mudharabah di BMT Global Insani dalam penghimpunan dan pengelolaan dana pada produk Investasi Mudharabah. 3. Kesesuaian prosedur penghimpunan dan pengelolaan dana Mudharabah

pada praktik di BMT Global Insani dengan konsep dalam prinsip syariah. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dilakukan pembatasan masalah agar tidak terjadi penyimpangan dari pokok pembahasan yang hendak diteliti. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu, penelitian difokuskan pada penerapan akad Mudharabah pada penghimpunan dana (investasi) dan pengelolaan produk Investasi “Al Qiradh „Am Hasanah” di BMT Global Insani.

15 Hilda Nurdiati, “Kesesuaian Akad

Mudharabah Terhadap Fatwa DSN-MUI No 07/DSN-MUI/IV/2000 pada Produk Penyaluran Dana BMT”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2010, h.5.


(20)

C. Perumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana pada produk Investasi Mudharabah di BMT Global Insani?

2. Apakah penerapan akad Mudharabah pada produk Investasi Mudharabah dilapangan sesuai dengan konsep dalam prinsip syariah yang tertuang dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana pada produk

Investasi Mudharabah di BMT Global Insani.

2. Mendeskripsikan kesesuaian penerapan akad Mudharabah dalam praktik dilapangan dengan konsep syariah.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang lembaga keuangan syariah tentang pelaksanaan akad Mudharabah. b. Menambah literatur keilmuan yang dapat dijadikan sebagai referensi


(21)

2. Manfaat Akademis

a. Menambah wawasan keilmuan ekonomi Islam khususnya akad Mudharabah.

b. Penelitian ini dapat dijadikan gambaran mengenai investasi syariah dengan akad Mudharabah yang dilaksanakan oleh BMT.

3. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadi bahan evaluasi bagi BMT dalam hal penerapan akad Mudharabah pada produk yang ditawarkan.

b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan antara mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana yang dilakukan BMT Global Insani dengan lembaga keuangan syariah lainnya.

c. Dapat menjawab kehawatiran dan keraguan masyarakat untuk berinvestasi di BMT serta meningkatkan kepercayaan masyarakat akan terjaminnya keamanan dan keuntungan bertransaksi di BMT.

E. Review Kajian Terdahulu

Penulis melakukan tinjauan review kajian terdahulu sebagai referensi dan rujukan penelitian.

1. Jurnal Ilmiah

Penelitian pertama yang dijadikan review studi terdahulu adalah penelitan yang dilakukan oleh Khudari Ibrahim dengan judul “Penerapan Prinsip Mudharabah dalam Perbankan Syariah” yang diterbitkan oleh Jurnal IUS Volume II Nomor 4, April 2014, Magister Ilmu Hukum


(22)

Universitas Mataram. Kesimpulan dari jurnal ini adalah: Pengaturan Mudharabah menurut perspektif hukum Islam merupakan prinsip syariah yang terkodifikasi pada literatur klasik sesuai ijtihad para ulama berdasarkan situasi dan kondisi masing-masing yang bercorak tradisional. Sedangkan di zaman modern pengaturan Mudharabah telah berkembang menjadi bagian dari produk perbankan syariah. Adapun pengaturan prinsip Mudharabah menurut perspektif hukum positif tertera pada Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang diperjelas oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 sebagai aturan pelaksanaannya dengan pembentukan Komite Perbankan Syariah. Pada penerapan prinsip Mudharabah dalam perjanjian (akad) di perbankan syariah terdapat improvisasi syarat tambahan tentang asuransi yang tidak diatur melalui fatwa Dewan Syariah Nasional dan karenanya menyalahi asas kepatuhan syariah sesuai amanat undang-undang perbankan syariah.

Pada jurnal tersebut, penelitian difokuskan terhadap penerapan prinsip Mudharabah berdasarkan perspektif hukum positif dan hukum Islam dalam hal jaminan dan asuransi. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah membahas bagaimana penerapan akad Mudharabah pada penghimpunan dana (invetasi) oleh nasabah dan pengelolaannya di BMT, serta kesesuaian penerapan dilapangan dengan konsep syariah.

Jurnal yang dijadikan referensi selanjutnya adalah jurnal ilmiah


(23)

Mudharabah pada Perbankan Syariah” yang diterbitkan oleh Jurnal Mimbar Hukum Volume 22 Nomor 3, Oktober 2010. Dan jurnal

“Kerjasama pada Sistem Ekonomi Syariah (Analisis atas Pembiayaan Akad Mudharabah)” oleh Apipudin yang diterbitkan oleh Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 Nomor 1, April 2015, Universitas Gunadarma.

Kedua jurnal ini memaparkan tentang penerapan akad Mudharabah pada kegiatan pembiayaan pada lembaga keuangan syariah. Pada jurnal tersebut dijelaskan bahwa segala tindak muamalah adalah boleh selama tidak bertentangan dengan nila-nilai prinsip Islam, berada dalam koridor Tauhid dan senantiasa menjaga asas-asas bermuamalat dalam tiap transaksinya. Islam memberikan kebebasan dalam mendesain transaksi tersebut seperti membebankan jaminan pada mudharib untuk mengantisipasi risiko apabila nasabah tidak memenuhi kewajiban karena kelalaian/kecurangan.

2. Skripsi

Adapun skripsi yang dilakukan mahasiswa terdahulu yang membahas tentang Penerapan akad dan atau akad Mudharabah antara lain sebagai berikut:

a. Hilda Nurdiati. Perbankan Syariah. Tahun 2014. UIN Syarif Hidayatullah. Judul Skripsi “Kesesuaian Akad Mudharabah terhadap fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 pada Produk Penyaluran

Dana BMT”. Tujuan penelitian ini adalah menelaah lebih lanjut tentang akad Mudharabah dalam literatur syariah, apakah sesuai


(24)

dengan fatwa DSN-MUI. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui kesesuaian akad Mudharabah pada BMT Al Fath IKMI, BMT Al

Munawaroh, BMT Ta‟awun dengan fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000.

b. Arif Syarifuddin. Perbankan Syariah. Tahun 2009. UIN Syarif

Hidayatullah. Judul Skripsi “Mekanisme Pembiayaan Mudharabah

Bagi Usaha Kecil dan Menengah pada BMT Al-Karim Cipulir”. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang mekanisme dan strategi pemberian pembiayaan, serta mengetahui solusi dari kendala yang dihadapi BMT Al-Karim dalam memberikan pembiayaan mudharabah bagi usaha kecil dan menengah. Penelitian difokuskan terhadap mekanisme dan praktek pembiayaan mudharabah bagi usaha kecil dan menengah pada BMT Al-Karim tahun 2009. c. Ihsan Septianto. Perbankan Syariah. Tahun 2012. UIN Syarif

Hidayatullah. Judul Skripsi “Analisis Penerapan Akad Qardh dan Ijarah pada Produk Kepemilikan Logam Mulia”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan akad Qardh pada produk kepemilikan logam mulia, return dan prospek akad Ijarah dan Qardh pada produk kepemilikan logam mulia BRI Syariah. Penelitian difokuskan terhadap analisis return yang didapat nasabah dalam produk kepemilikan logam mulia, analisis kesesuaian akad dan analisis SWOT. Penelitian dilakukan tahun 2012 di BRI syariah.


(25)

d. Amala Shabrina. Perbankan Syariah. Tahun 2013. UIN Syarif Hidayatullah. Judul Skripsi “Optimalisasi Pinjaman Kebajikan (AlQardh) pada BMT (Studi Kasus pada BMT UMJ, Ciputat)” Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan strategi BMT dalam menghimpun dana dan mengoptimalkan dana pinjaman kebajikan tersebut serta mendeskripsikan prestasi BMT dalam penyaluran dana Al-Qardh. Fokus penelitian ini adalah optimalisasi dana pinjaman pada Produk Pinjaman Kebajikan (Al-Qardh). Dan prestasi dalam penyaluran dana tahun 2010-2012. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dari orang dan perilaku yang diamati. Penelitian dilakukan tahun 2013 di BMT UMJ, Ciputat.

Perbedaan dengan penelitian pada skripsi-skripsi di atas adalah, penelitian-penelitian di atas terbatas pada mekanisme dan/atau konsep penerapan akad dari sisi penyaluran dana. Sementara dalam skripsi ini, penulis akan membahas mekanisme, penerapan akad dan kesesuaian akad mudharabah dari sisi penghimpunan dana dan pengelolaan atas dana yang berhasil dihimpun tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah menghapus kekhawatiran masyarakat terhadap BMT, memahami mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana serta menganalisis kesesuaian penerapan akad Mudharabah secara konsep syariah dan praktik. Penelitian dilakukan tahun 2016 di Kantor Pusat BMT Global Insani Cirebon.


(26)

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan menggunakan fakta yang objektif dan benar-benar terjadi di lapangan.

2. Jenis Penelitian

Jenis untuk penelitian ini adalah penelitian dengan studi lapangan dan didukung oleh data literatur. Penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan berupa wawancara dengan responden yang menjadi objek penelitian untuk mendapatkan data.

Setelah itu penulis juga melakukan studi pustaka (library research) dengan mengkaji dan mempelajari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dan landasan pemikiran secara teoritis.

3. Kriteria Sumber Data a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama.16 Data ini berupa data pokok yang diperoleh dari narasumber berupa hasil wawancara dan observasi.

16

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.168.


(27)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tangan kedua, seperti laporan keuangan dan data literatur yang terkait dengan penelitian ini berupa brosur, buku, penelitian sebelumnya maupun internet.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini berbentuk studi kasus dan bersifat mencari penjelasan

tentang “Penerapan Akad Mudharabah dalam Penghimpun Dana dan Pengelolaannya di BMT Global Insani (Studi Kasus Pada BMT Global Insani Cirebon)”. Untuk meneliti secara cermat masalah ini, ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian, yaitu:

a. Observasi

Observasi yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan atau pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diteliti.17 Dalam penelitian ini penulis secara langsung melakukan pengamatan mengenai produk Investasi Mudharabah “ Al-Qiradh am Hasanah”.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan.18 Wawancara dilakukan dengan Manajer Marketing, staf dan nasabah BMT Global Insani guna mencari data atau informasi yang diinginkan.

17

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.136.

18


(28)

c. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengkaji dan mempelajari buku, catatan, laporan dan literatur terkait masalah penelitian yang dibahas. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data tentang BMT dan Mudharabah.

5. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Kantor Pusat BMT Global Insani di Jl. Tuparev Kompleks Ruko Kagum City Blok C1-C3, Kedawung Cirebon, Jawa Barat 45153.

6. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah didapat baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif diolah agar menjadi hasil penelitian yang diinginkan. Pengolahan data dimulai dari menulis kembali hasil wawancara dan observasi agar tersusun secara sistematis. Selanjutnya merangkum data tersebut hingga menghasilkan poin penting dari penelitian. Langkah selanjutnya memaparkan data yang diperoleh dan hasil analisis. Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan dari data yang telah diolah.

7. Metode Analisis Data

Metode yang peneliti gunakan dalam menganalisis data adalah bersifat deskriptif kualitatif yaitu penyajian data berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk tulisan dan menerangkan apa adanya sesuai data yang diperoleh dari hasil penelitian dan hasil analisis.


(29)

8. Teknik Penulisan Data

Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” yang diterbitkan Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

G. Sistematika Penulisan Penelitian

Sistematika yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab dan terbagi lagi menjadi beberapa sub bab. Adapun sistematika penelitian ini, yaitu:

Bab I (Pendahuluan), Bab ini memaparkan Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Kajian Terdahulu, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II (Landasan Teori), Bab Ini menjelaskan tentang landasan teori dari penelitian yang diambil. Dalam bab ini, dipaparkan secara rinci mengenai konsep Mudharabah dalam prinsip syariah dan Baitul Maal wa Tamwil.

Bab III (Gambaran Objek Penelitian), Bab ini merupakan gambaran umum tentang profil BMT Global Insani yang meliputi Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Budaya Kerja dan Kegiatan, Legalitas, Manajemen dan Struktur Organisasi serta Produk dan Layanan BMT Global Insani.

Bab IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan), Bab ini memaparkan hasil penelitian yang dilakukan dan mendeskripsikan pembahasan dari


(30)

permasalahan yang diambil mengenai; Mekanisme penghimpunan dana Mudharabah dan pengelolaannya pada produk Investasi Mudharabah di BMT Global Insani serta analisis kesesuaian penerapan akad Mudharabah dilapangan dengan konsep syariah.

BAB V (Penutup), Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya beserta saran-saran yang penulis ajukan untuk BMT dan beberapa kalangan masyarakat.


(31)

19 BAB II

LANDASAN TEORI A. Mudharabah

1. Pengertian

Kata Mudharabah berasal dari kata ً ْ ض ْ ي ض yang berarti bergerak, berbagi, memukul, dan lain-lain (lafaz ini termasuk lafaz musytarak yang mempunyai banyak arti), kemudian mendapat ziyadah (tambahan) alif ( ) sehingga menjadi ي ض yang berarti saling bergerak, saling pergi, saling berbagi atau saling memukul.1 Mudharabah secara bahasa berasal dari kata dharb (pergi) yang maksudnya berjalan dimuka bumi, istilah ini merupakan bahasa penduduk Iraq sedangkan penduduk Hijaz menyebutnya dengan istilah qiradh atau muqaradhah.2

Dari segi terminologi, Mudharabah atau qiradh dikemukakan oleh beberapa ulama, sebagaimana yang ditulis oleh Hendi Suhendi dalam bukunya yang berjudul Fiqh Muamalat adalah sebagai berikut:3

1. Menurut para fuqaha, Mudharabah adalah akad antara dua pihak (orang) saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah

1Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah,

Fikih Muamalah,Cet.1, (Bogor: Ghia Indonesia, 2011 ), h. 187.

2

Wahbah Zuhaili, al-Muamalah al-Maliyah al-Mu‟ashirah, Cet.6, (Beirut: Darul Fikr, 2008), h. 105-106

3

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Cet. 7, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 136-138.


(32)

ditentukan dari keuntungan, seperti setengah atau sepertiga dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

2. Menurut Hanafiyah, Mudharabah ialah :

ع ْق ْي جْ ح ْ حْ ِ ىف كْ ِ ى ع ع

خ ْْ

“Akad syirkah dalam laba, satu pihak pemilik harta dan satu pihak pemilik jasa”

3. Malikiyah berpendapat bahwa Mudharabah ialah :

ع ْق يكْ ت َ فْ َ ( ْي ْقَ ْ جَ ي ْ ى ع ْيغ ْ َ ْ

(

“Akad perwakilan, dimana pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan pembayaran yang ditentukan (emas dan perak)”

4. Hanabilah berpendapat bahwa Mudharabah adalah :

ءْزج ْيف جَ ي ْ ى إ ْ َيع ً ْ ق ْ ح عف ْ ي ْ أ ع ع

ْ ْ ْع

حْ

“Suatu sebutan, bahwa pemilik harta menyerahkan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang berdagang dengan bagian dari keuntungan yang diketahui”

5. Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa Mudharabah adalah :

ع َي ْ أ ى ْقي ْق ْ ْ ش عف ْ

ًْ خ ْيف جَ ي

“Akad yang menentukan seseorang menyerahkan hartanya kepada yang lain untuk ditijarahkan”

Dari segi teknis, Mudharabah merupakan bentuk kerjasama dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk


(33)

melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana.4

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dipahami bahwa Mudharabah pada dasarnya adalah berbagi hasil. Apabila terjadi kerugian dari segi permodalan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal (shahibul maal) sedangkan pengusaha (mudharib) menanggung kerugian berupa hilangnya kesempatan mendapatkan profit.

2. Landasan Hukum

Pada dasarnya, hukum Mudharabah dalam islam adalah boleh berdasarkan dalil-dalil al-Quran, as-Sunnah dan Ijma’ Umah.5 Karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli dalam mengelola dana. Banyak di antara pemilik modal yang tidak ahli dalam mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara banyak yang ahli di bidang perdagangan tidak memiliki modal. 6

Meskipun dalam praktik pada masa nabi dan sahabat tidak disebutkan secara langsung istilah Mudharabah, kerjasama semacam ini adalah sebuah kebiasaan umat muslim sejak zaman nabi, bahkan

4

Tim Penyusun PAS BMT 002, Pedoman Akad Syariah pada BMT, Cet.2, (PAS BMT 002),, (Jakarta: BMT Center, 2009), h. 3.

5

Wahbah Zuhaili, al-Muamalah al-Maliyah al-Mu‟ashirah, h. 106

6


(34)

dipraktikkan secara langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW. Ketika berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad Mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik Mudharabah ini dibolehkan, baik menurut al-quran, sunnah, maupun ijma’.7

Adapun landasan hukum Mudharabah adalah sebagai berikut: a. Al-Qur’an



















....

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu”. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 198)

...



























...

“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,

hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia

bertakwa kepada Allah Tuhannya…”(QS. al-Baqarah (2): 283)















....

“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”(QS. al-Ma’idah (5): 1)

































































7

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan,Ed.5, Cet.9, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013 ), h. 204.


(35)



























“Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al.Muzammil (73):20)





































“Apabila telah ditunaikan shalat, Makabertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu

beruntung.” (Q.S. al-Jumuah (62): 10)

b. Hadits

Hadits Rasulullah yang merupakan rujukan akad transaksi Mudharabah adalah :

ع

ْ

س ي ع ه ى ه س ق : ق ي ع ي ح

:

ث

ل

ف

ي

َ

ك

ض ق ج ى عي

خ

يع

تي

عي ْ

“Diriwayatkan dari Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli tidak tunai (secara kredit), muqaradah (Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).8

8

Muhammad bin Ismail Al-Kahlani, Subul As-Salam, Juz 3, cet.IV, (Mesir: Maktabah wa


(36)

ع ه يض زح ْ ي ح ْ ع

:

ى ع

ْ ي ك َ أ

طْعأ إ جَ

ْح يف ْحت ْ , ْ ك يف ي عْجت ْ ْ أ :ً ض ق ًْ

ْ ,

, يس ْط يف زْ ت

ي تْ ض قف ك ْ ً ْيش تْ عف ْ إف

(

ي ْطق َ

)

“Dari Hakim Ibnu Hizam bahwa disyaratkan bagi seseorang yang memberikan modal sebagai qiradh, yaitu: Jangan menggunakan modalku untuk barang yang bernyawa, jangan membawanya ke laut, dan jangan membawanya di tengah air yang mengalir. Jika engkau melakukan salah satu di antaranya, maka engkaulah yang menanggung modalku. (Riwayat Daruquthni).9

c. Ijma’10

Setelah Nabi SAW. membenarkan syarat kerjasama sebagaimana diriwayatkan pada hadits di atas, orang-orang mulai melakukan sistem Mudharabah dengan memberi hukum-hukum batasan terkait sistem kerjasama ini. Selanjutnya, orang muslim pada masa sahabat dan setelahnya menetapkan ketentuan Mudharabah dan menjalankan ketentuan tersebut. Tak ada seorangpun yang mengingkarinya (kesepakatan para sahabat). Kebijakan para sahabat dalam menetapkan ketentuan Mudharabah tersebut adalah demi kebutuhan para pihak yang bekerjasama, mengangkat kemudharatan dan kesempitan serta mendatangkan kemashalahatan. Sejak saat itulah muncul kegiatan pembiayaan Islam dengan cara Mudharabah.

9

Ibnu Hajar Atsqalani, Bulughul Maram min Adilatil Ahkaam, (Bandung: CV. Gema Risalah Press, 2009), h.369-370

10


(37)

3. Rukun dan Syarat Sah

Rukun Mudharabah menurut hanafi’iyah adalah ijab qabul yang menunjukkan adanya saling ridho bagi pihak yang bertransaksi. Sedangkan menurut Jumhur selain Hanafiyah ada tiga rukun yaitu: 11 a. Aqid (2 orang yang berakad); pemodal dan pengelola

b. Ma‟qud ‘alaih (Objek); modal, tenaga (pekerjaan) dan keuntungan c. Shighat; ijab dan qabul.

Untuk masing-masing rukun terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Pihak yang berakad yaitu Pemodal dan Pengelola

Dalam Mudharabah ada dua pihak yang berkontrak: penyedia dana atau shahibul mal dan pengelola. Syarat keduanya adalah:12

1) Keduanya harus memiliki kemampuan untuk diwakili dan mewakilkan.

2) Penyedia dana tidak boleh membatasi tindakan pelaksana usaha sedemikian rupa untuk mencegahnya dari mencapai tujuan Mudharabah yaitu keuntungan.

3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan Mudharabah.

4) Pengelola harus mematuhi syarat-syarat yang ditentukan pemilik modal jika syarat itu tidak kontradiktif dengan apa yang ada dalam kontrak Mudharabah.

11

Wahbah Zuhaili, al-Muamalah al-Maliyah al-Mu‟ashirah, h.106

12

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Ed. Revisi, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2003), h.63.


(38)

b. Modal

Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia dana kepada pengelola untuk diinvestasikan dalam aktivitas Mudharabah. Modal harus memenuhi syarat sebagai berikut:13

1) Modal harus tunai.

2) Jelas jumlahnya, hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui modal pokok dan keuntungan yang diperoleh dan yang akan dibagikan. c. Keuntungan

Keuntungan adalah modal yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Keuntungan adalah tujuan akhir dari Mudharabah. Namun keuntungan ini terkait oleh syarat sebagai berikut: 14

1) Harus untuk kedua belah pihak dan tidak ada satu pihak pun yang mengambil seluruh keuntungan tanpa pihak yang lainnya.

2) Proporsi (nisbah) keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada saaat kontrak dan proporsi tersebut harus dari keuntungan. 3) Kalau jangka waktu akad Mudharabah relatif lama, tiga tahun ke

atas, maka nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke waktu.

4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang ditanggung pengelola. Kesepakatan ini penting karena biaya akan mempengaruhi biaya nilai keuntungan.

13

Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, Cet.2, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 175.

14

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, h. 167.


(39)

d. Shighat yaitu persetujuan (ijab dan qabul)

Ucapan (Shighat) yaitu penawaran dan penerimaan (ijab dan qabul) harus diucapkan oleh kedua belah pihak guna menunjukkan kemauan mereka untuk memyempurnakan kontrak. Shighat tersebut harus sesuai dengan hal-hal sebagai berikut: 15

1) Harus jelas dan disebutkan spesifik dengan siapa berakad.

2) Antara ijab dan qabul harus selaras, baik dalam modal, usaha, maupun penentuan nisbah keuntungan.

3) Tidak menggantungkan klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada hal/kejadian yang akan datang.

4) Dibolehkan dengan ucapan verbal atau kontrak tertulis yang ditandatangani, dibolehkan juga melalui koresponden atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

4. Macam-macam Mudharabah

Secara umum, Mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yakni; Mudharabah muthlaqah dan Mudharabah muqayyadah.16

a. Mudharabah Muthlaqah (Bebas)

Yang dimaksud dengan transaksi Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,

15

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, h. 166.

16

M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2008), h. 97.


(40)

waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqh ulama salafus shaleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if‟al ma syi‟ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.

b. Mudharabah Muqayyadah (Terikat)

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted Mudharabah/specified Mudharabah adalah kebalikan dari Mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis usaha.

5. Hukum dan Kedudukan Mudharabah

Hukum Mudharabah berbeda-beda seiring dengan adanya perbedaan-perbedaan keadaan. Begitupun dengan kedudukan harta yang dijadikan modal dalam Mudharabah, juga tergantung pada keadaan.17

Karena pengelola modal perdagangan mengelola modal tersebut atas izin pemilik harta, maka pengelola modal merupakan wakil pemilik barang tersebut dalam pengelolaannya, dan kedudukan modal adalah sebagai wakalah ‘alaih (objek wakalah).18

17Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah,

Fikih Muamalah, h. 200.

18


(41)

Apabila harta itu rusak bukan karena kelalaian pengelola, ia tidak wajib menggantinya. Bila kerusakan timbul karena kelalaian pengelola ia wajib menanggungnya.19

Ditinjau dari segi akad, Mudharabah terdiri dari dua pihak. Bila ada keuntungan dalam pengelolaan uang, laba itu dibagi dua dengna persentase yang telah disepakati. Mudharabah juga sebagai syirkah, karena bersama-sama dalam keuntungan. Ditinjau dari segi keuntungan yang diterimah dalam pengelola harta, pengelola mengambil upah sebagai bayaran dari tenaga yang di keluarkan, sehingga Mudharabah dianggap sebagai Ijarah (upah-mengupah atau sewa menyewa). Apabila pengelola modal mengingkari ketentuan-ketentuan Mudharabah yang telah disepakati duabelah pihak, maka telah terjadi kecacatan dalam Mudharabah. Kecacatan yang terjadi meyebabkan pengelolaan dan penguasaan harta tersebut dianggap ghasab.20

6. Berakhirnya Akad Mudharabah

Akad Mudharabah berakhir apabila:21

a. Adanya pembatalan, larangan berusaha (tasharruf) dan pemecatan. b. Salah seorang yang berakad meninggal dunia.

c. Salah seorang yang berakad dianggap gila.

19

Hendi suhendi, Fiqh muamalat, h. 141.

20Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah,

Fikih Muamalah, h. 200.

21

Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Alikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)


(42)

d. Pemilik modal murtad

e. Modal habis atau rusak, sebelum dikelola oleh pekerja.

7. Aplikasi Mudharabah pada Lembaga Keuangan Syariah

Prinsip bagi hasil dalam Mudharabah berbeda dengan prinsip bunga tetap. Dalam bagi hasil, pemilik dana akan menagih penerima pembiayaan sesuai dengan pendapatan/ hasil usaha. Sedangkan prinsip bunga akan menagih penerima pembiayaan sejumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun nasabah merugi dan terjadi krisis ekonomi.22

Aplikasi Mudharabah dalam lembaga keuangan syariah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan, maka dana Mudharabah diterapkan pada: 23

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban dan sebagainya.

b. Deposito biasa, dan

c. Deposito spesial (special investment) dimana dana yang ditipkan nasabah khusus untuk bisnis terntentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja.

22

M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), h. 111-114.

23


(43)

B. Baitul Maal wa Tamwil

1. Pengertian Baitul Maal wa Tamwil

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti: zakat, infaq, dan shadaqoh. Adapun baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.24

Sedangkan menurut A. Djazuli yang dikutip oleh Muhammad

dalam bukunya yang berjudul “Lembaga Keuangan Syariah”, definisi Baitul Maal wa Tamwil adalah lembaga keuangan terpadu yang isinya berintikan bayt al-maal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Selain itu, BMT juga bisa menerima titipan zakat, infaq, shadaqah dan menyalurkannya sesuai peraturan syariah dan amanahnya.25

Konsep Baitul Maal wa Tamwil sebenarnya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Cikal bakal lembaga baitul maal yang telah dicetuskan dan difungsikan oleh Rasulullah SAW, diteruskan oleh Abu Bakar ashShiddiq dan semakin dikembangkan fungsinya pada masa

24

Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 363.

25


(44)

pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab sehingga menjadi lembaga yang regular dan permanen.26

Dalam perkembangannya, selain bergerak di bidang keuangan, BMT juga melakukan kegiatan di sektor riil. Sehingga ada tiga jenis aktivitas yang dijalankan BMT, yaitu jasa keuangan; sosial atau pengelolaan zakat, infak, dan sedekah (ZIS); serta sektor riil.27

2. Ciri-ciri Utama BMT, yaitu: 28

a. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama dan meningkatkan pemanfaatan ekonomi untuk anggota dan lingkungannya;

b. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak, dan sedekah bagi kesejahateraan orang banyak.

c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya.

d. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu.

26

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok: Gramata Publishing, 2010), h.91.

27

Hertanto Widodo, dkk., PAS, (Pedoman Akuntansi Syariat): Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wa Tamwil, (BMT), (Bandung: Mizan, 2000), h. 81-82.

28

Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h.450


(45)

3. Prinsip

BMT memiliki asas keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini juga mendorong BMT memberikan peranannya pada masyarakat dengan: 29

a. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat ribawi, seperti melakukan sosialisai dan pelatihan mengenai cara bertransaksi secara syariah dimana harus punya bukti dalam transaksi, dilarang bersifat curang dalam menimbang/ mengukur/ menakar, harus jujur terhadap konsumen dan tidak berlaku gharar.

b. Melakukan pendanaan usaha kecil dengan jalan pendampingan, pembinaan penyuluhan dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah.

c. Melepaskan ketergantungan masyarakat pada rentenir; dengan memberikan layanan yang lebih baik pada ketersediaan dana setiap saat dan birokrasi yang sederhana.

d. Menjaga keadilan ekonomi dengan distribusi yang merata. BMT berhadapan langsung dengan masyarakat yang kompleks harus mempunyai sikap dan langkah-langkah yang baik dalam pemetaan skala prioritas pemberian pembiayaan kepada nasabah sehingga BMT harus memperhatikan kelayakan usaha nasabah, golongan nasabah dengan jenis pembiayaan yang dilakukan.

29

Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h.24.


(46)

Selain itu BMT juga menjadi motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat, pelaksana sistem ekonomi syariah, penghubung antara kaum aghnia (kaya) dengan kaum dhu‟afa (miskin) serta sebagai sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang Islami.30

4. Kegiatan

BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah dalam menjalankan kegiatannya harus berdasarkan pada prinsip muamalah dalam Islam. Secara umum, kegiatan BMT dapat dikelompokkan menjadi beberapa sektor, yaitu:

a. Jasa Keuangan31

Kegiatan jasa keuangan yang dikembangkan oleh BMT berupa penghimpunan dana dan menyalurkannya melalui kegiatan pembiayaan dari dan untuk anggota atau non-anggota. Kegiatan ini dapat disamakan secara operasional dengan kegiatan simpan pinjam dalam koperasi atau kegiatan perbankan secara umum.

1) Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk pembiayaan. Simpanan ini dapat berbentuk tabungan wadi’ah, simpanan Mudharabah jangka pendek dan jangka panjang.

30

Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, h.23.

31

Hertanto Widodo, dkk., PAS, (Pedoman Akuntansi Syariat): Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wa Tamwil, (BMT), h.82.


(47)

2) Penyaluran Dana

Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas dua jenis: Pertama, pembiayaan dengan sistem bagi hasil dan kedua, jual beli dengan pembayaran ditangguhkan.

b. Sektor Riil32

Pada dasarnya, kegiatan sektor riil juga merupakan bentuk penyaluran dana BMT. Namun, berbeda dengan kegiatan sektor jasa keuangan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu, penyaluran dana pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan terdapat unsur kepemilikan di dalamnya. Penyaluran dana ini selanjutnya disebut investasi atau penyertaan.

c. Sektor Sosial33

Kegiatan pada sektor sosial merupakan jantung kekuatan BMT. Dengan kegiatan ini, BMT tidak hanya berperan dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam pembinaan agama bagi para nasabah sektor jasa keuangan BMT. Selain itu, dengan kegiatan ini BMT juga diharapkan turut memperkuat sektor sosial terutama bagi anggotanya dalam menyalurkan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS). Cara kerja dan perputaran dana BMT secara sederhana dapat digambarkan pada skema berikut:

32

Hertanto Widodo, dkk., PAS, (Pedoman Akuntansi Syariat): Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wa Tamwil, (BMT), h.83.

33


(48)

Gambar 2.1 Skema Cara Kerja dan Perputaran Dana BMT

Berdasarkan skema diatas, dapat dilihat bagaimana perguliran dana BMT. Pada awalnya dana BMT diperoleh dari para pendiri berbentuk simpanan pokok khusus. Sebagai anggota biasa, para pendiri juga membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan jika ada, simpanan sukarela. Dari modal para pendiri ini dilakukan investasi untuk membiayai pelatihan pengelola, mempersiapkan kantor serta perangkat administrasi.34

Mengenai bagaimana caranya BMT mampu membayar bagi hasil kepada anggota, khususnya anggota yang menyimpan simpanan sukarela, maka BMT harus memiliki pemasukan keuntungan dari hasil usaha pembiayaan berbentuk modal kerja yang di berikan kepada anggota dan kelompok usaha anggota. Karena itu pengelola BMT harus menjemput bola dalam membina anggota pengguna dana agar mereka dapat berkembang dan mendapatkan untung yang besar, sehingga BMT pun

34


(49)

akan memperoleh feedback keuntungan yang cukup besar pula. Dari keuntungan itulah BMT dapat menanggung biaya operasional untuk gaji pengelola dan karyawan serta membayar bagi hasil yang memadai dan memuaskan para anggota penyimpanan sukarela.35

Dalam menjemput bola tersebut, pengelola BMT harus mampu menjelaskan dengan menarik minat anggota dan calon anggota untuk menyimpan simpanan sukarelanya dalam jumlah yang besar dan alasan jika menyimpan dana di BMT, dananya akan aman dan bermanfaat bagi masyarakat, lebih menguntungkan dengan prinsip bagi hasil dan bebas dari unsur riba‟. Dalam menjamin dananya, BMT umumnya menggunakan analisis kelayakan usaha dan jaminan (collateral).36

5. Jenis Usaha

Jenis-jenis usaha BMT sebenarnya dimodifikasi dari produk perbankan Islam. Oleh karena itu, usaha BMT dapat dibagi kepada dua bagian utama, yaitu memobilisasi simpanan dari anggota dan usaha pembiayaan. Jenis usaha pembiayaan BMT lebih diarahkan pada pembiayaan usaha mikro, kecil bawah, dan bawah. Di antara usaha pembiayaan tersebut adalah; Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Al-Bai‟ Bithaman Ajil dan Al-Qardhul Hasan37

35

Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, h.458 36

Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, h.459 37

A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Sebuah Pengenalan), (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), h.191.


(50)

6. Produk Penghimpunan Dana

Pada sistem operasional BMT, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, melainkan berbagi hasil keuntungan. Berdasarkan Fatwa DSN-MUI disebutkan bahwa diantara produk LKS adalah produk penghimpunan dana yakni: 38

a. Giro Wadiah, merupakan produk simpanan yang berasal dari dana nasabah yang dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana tersebut oleh BMT. Besarnya bonus tidak ditetapkan dimuka tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan BMT dan nominalnya diupayakan untuk senantiasa kompetitif.

b. Tabungan Mudharabah, yakni dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah dan pihak BMT. Nasabah bertindak sebagai shahibul maal dan BMT sebagai mudharib. c. Deposito Mudharabah. Dalam hal ini terdapat dua konsep yang

ditawarkan pada BMT, dimana BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan Islam dan terus mengembangkannya yang didasarkan pada konsep Mudharabah Muthlaqah. Atau dengan konsep Mudharabah Muqayyadah, dimana nasabah sebagai shahibul maal menentukan dana yang disimpan harus dikelola pada suatu usaha saja.

38


(51)

39 BAB III

GAMBARAN UMUM BMT GLOBAL INSANI

A. Sejarah Singkat BMT Global Insani1

Koperasi Surabraja Madani adalah koperasi serba usaha yang memiliki Unit Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (USPPS) BMT Global Insani yang bergerak di bidang jasa simpanan, pinjaman, pertanian, perdagangan umum, ekspor-impor, properti dan lain-lain. Adapun latar belakang dan sejarah pendirian BMT Global Insani adalah sebagai berikut:

Koperasi Surabraja Madani USPPS BMT Global Insani berdiri tanggal 14 Februari 2012 beralamat di Jl. Aria Salingsingan No.12 Desa Kasugengan Kidul, Kec. Depok, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, 45653. Awal Koperasi Surabraja Madani dibentuk adalah sebagai koperasi karyawan dari PD. Surabraja Food Industries dengan core business industri makanan dan minuman berupa Kecap, Saus Sambal, Sirup, Madu, dan Herbal.

Untuk memudahkan proses distribusi produk dan penanganan pelanggan dari Surabraja Food Industri, maka dibentuklah PT. Surabraja Mandiri (PT. SBM) sebagai perusahaan holding dari Surabraja Food Industri yang berdiri sejak tahun 1960 dan telah mendapatkan SK Pengesahan Badan Hukum Perseroan dari Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan nomor AHU-63540.AH.01.01.Tahun 2011.

1 Profil Perusahaan, Prosedur & Produk Koperasi Surabraja Madani USPPS BMT Global Insani 2016.


(52)

PT. SBM bertindak sebagai perusahaan yang menangani distribusi dan pelayanan pelanggan di seluruh wilayah Indonesia. Kantor cabang PT. SBM tersebar di kota-kota besar di Indonesia, meliputi; Palembang, Lampung, Batam, Pontianak, Jawa, Bali, Kupang dan Manado. Selain sebagai perusahaan distribusi, PT. SBM telah merambah kepada unit usaha pengolahan hasil bumi dan pertanian yang memang menjadi aset terbesar bangsa Indonesia. Dengan memilih lahan dan lokasi yang tepat di Desa Ciemas–Sukabumi maka usaha ini berhasil memberikan keuntungan besar bagi perusahaan. Dari keuntungan inilah PT. SBM memutar dananya untuk pemodalan BMT Global Insani sehigga bisa memberikan bantuan pemodalan dan pembiayaan bagi mitra pelanggannya.

Dengan jumlah pelanggan yang besar dan tersebar luas, dibutuhkan tidak hanya pendistribusian melainkan juga bantuan permodalan bagi mitra pelanggan yang menjadi agen atau retailer (pengecer). Melihat kondisi ini, maka dibentuklah Koperasi Surabraja Madani yang telah mendapatkan SK Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dari Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI Nomor 05/BH/KUMKM/III/2012 dengan dengan surat perizinan:

SIUP : 0359/10-23/PK/IV/2012

TDP Koperasi : 102226400393

Izin Gangguan : 503/0398.04/BPPT

Izin Simpan Pinjam : 518/050.1/BIDANG KOPERASI


(53)

Koperasi Surabraja Madani sebagai wadah bagi para mitra pelanggan PD. Surabraja Food Industri kemudian mendirikan unit jasa pengelola keuangan syariah dalam bentuk Baitul Maal wa Tamwil Global Insani (BMT GI) yang mengeluarkan produk jasa keuangan berbasis syariah. Dalam pelaksanaannya, kebutuhan mitra pelanggan tidak hanya terbatas pada pemodalan usaha, melainkan berkembang dalam perwujudan pendidikan anak-anaknya, niat menunaikan ibadah haji dan umrah serta perdagangan umum, properti dan pertanian.

Sehingga pada akhirnya BMT GI meluncurkan produk jasa keuangan berupa pembiayaan seperti Al Murabahah, Al Mudharabah, Qardh Al Hasan, Hawalah, Al Ijaroh dan masih banyak lagi. Begitupun dengan produk simpanan, BMT Global Insani memiliki beberapa jenis simpanan baik simpanan titipan maupun simpanan berjangka seperti “Tamana” (Tabungan Multiguna) dan “Tadhiyyah”, yaitu Tabungan yang dikhususkan untuk perencanaan antara lain dana perencanaan pendidikan, perjalanan ibadah, dana pensiun, Aqiqah / Qurban, Simpanan Deposito Maslahah Syariah dan produk

investasi jangka panjang yang bernama “AlQiradh „Am Hasanah”.

B. Visi Dan Misi BMT Global Insani2 VISI :

Mitra Usaha Masyarakat Luas, Menuju Era Global yang Tidak Terbatas Ruang dan Waktu.

2 Visi dan Misi BMT Global Insani, diakses pada 8 maret 2016 dari http://klikgi.com/profil/visi-dan-misi


(54)

MISI :

 Membangun Insan Mulia.

Bahwa kemuliaan dihadapan Allah SWT adalah menjadi Insan Mutaqin yaitu kesesuaian perilaku dengan ketentuan Syariat Islam.

 Membangun Insan Mandiri.

Bahwa untuk membangun ekonomi bangsa harus di mulai dari membangun kemandirian ekonomi setiap insan.

 Membangun insan Sejahtera.

Bahwa untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan di akhirat adalah dengan peningkatan kesejahteraan setiap insan.

C. Budaya Kerja dan Kegiatan BMT Global Insani3

Budaya kerja adalah salah satu bentuk tatanan nilai sistem atau filosofi dari kebiasaan yang berlangsung di perusahaan. BMT Global Insani menggunakan budaya kerja "SIFAT" Shidiq, Istiqomah, Fathonah, Amanah dan Tabligh dengan harapan senantiasa konsisten dalam bermitra.

Shidiq, yaitu benar dalam niat, kalimat, dan tindakan. Istiqomah,

berkesinambungan membangun bisnis melalui support system. Fatonah,

kecerdasan didalam berusaha dengan merubah masalah menjadi peluang.

Amanah, menjalankan bisnis serta usaha sebagai amanah yang harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Tabligh, menyampaikan informasi bisnis berbasis dakwah.

3 Budaya Kerja dan Kegiatan BMT Global Insani, diakses pada 8 maret 2016 dari http://klikgi.com/profil/visi-dan-misi


(55)

Adapun kegiatan rutin yang dilaksanakan BMT GI antara lain: a. Menerima Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf (ZISWAF)

b. Memberdayakan ZISWAF dalam bentuk:  Menyalurkan Zakat tunai kepada mustahik  Beasiswa

 Pembiayaan Qardh Al Hasan  Santunan

 Kegiatan Sosail Kemasyarakatan c. Simpanan Wadiah dan Mudharabah

d. Pembiayaan dan Investasi yang berbagi hasil

e. Pelayanan lain seperti : Pembayaran Listrik, Telepon, Pulsa, dll. Manfaat Keberadaan BMT Global Insani:

a. Bagi Dhuafa dan Masyarakat Kecil :

 Mendapat pembinaan dan bantuan modal untuk mengubah pola konsumtif ke pola produktif.

 Melalui proses pendampingan usaha, BMT diharapkan mampu mengubah status dhuafa yang mustahik menjadi muzaki.

 Mengurangi jerat rentenir yang selama ini menjadi bagian hidup pengusaha kecil.

 Membantu pengusaha kecil untuk menjalankan usahanya menjadi lebih baik.


(56)

b. Bagi Aghnia dan Pengusaha Besar :

 Dapat menyalurkan ZIS nya kepada mustahik dengan pengelolaan yang lebih baik.

 Dengan menyimpan dananya di BMT, aghnia secara tidak langsung dapat membantu dhuafa dan pengusaha kecil tanpa harus kehilangan hartanya.

 Bagi Pengusaha besar akan mempunyai mitra pengusaha kecil yang berkualitas.

D. Legalitas BMT4

BMT Global Insani memiliki legalitas ISO 9001:2008 sebagai bukti bahwa Kualitas Pelayanan adalah komitmen PT. Surabraja Mandiri - BMT Global Insani yang telah lulus uji "Jasa Keuangan Syariah" dari SAI GLOBAL Sidney Australia dan telah diakui oleh JAS-ANZ (International Acreditation) serta Komite Akreditasi Nasional (KAN) sebagai mana terlampir.

E. Manajemen dan Struktur Organisasi BMT Global Insani a. Dewan Pengawas Syariah

Sesuai dengan fungsinya, Dewan Pengawas Syariah melakukan pengawasan secara rutin terhadap transaksi – transaksi yang dilakukan

4


(57)

oleh USPPS BMT Global Insani yang terkait dengan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah, diantaranya :

1) Mengesahkan dan memberi opini syariah terhadap akad-akad yang dibuat USPPS BMT Global Insani.

2) Mengesahkan dan memberi opini terhadap produk-produk baru yang dibuat oleh USPPS BMT Global Insani.

3) Menyampaikan laporan tentang hasil pengawasan kepada Rapat Anggota Tahunan.

b. Dewan Pengawas

Sesuai dengan tugasnya Dewan Pengawas :

1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan USPPS BMT Global Insani.

2) Melaporkan hasil pengawasannya secara tertulis kepada rapat anggota. Dan memiliki wewenang :

1) Meneliti catatan yang ada pada USPPS BMT Global Insani. 2) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

c. Dewan Komite

Dewan Komite betugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur. Dan atau sebagai kontrol atau kendali dari setiap proses pengajuan pembiayaan yang dikeluarkan oleh USPPS BMT Global Insani berdasarkan alur proses pengajuan yang dilaporkan oleh divisi unti bagiannya (Unit Divisi Pemasaran & Pengelolaan Dana).


(58)

d. Direktur

Sesuai dengan fungsinya seorang Direktur adalah memimpin, mengatur dan bertanggung jawab atas semua kegiatan yang berjalan pada BMT Global Insani. Adapun tugas dari Direktur adalah :

1) Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan yang ada di USPPS BMT Global Insani.

2) Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian (manajer).

3) Menyetujui anggaran tahunan USPPS BMT Global Insani.

4) Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja USPPS BMT Global Insani.


(59)

F. Produk dan Layanan BMT Global Insani 1. Produk Tabungan dan Investasi

a. Simpanan Anggota Koperasi merupakan dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dalam bentuk simpanan/ tabungan dan simpanan berjangka. Simpanan koperasi terdiri dari:

1) Simpanan Pokok, adalah simpanan yang harus calon anggota koperasi bayarkan diawal sekali seumur hidup selama masih menjadi anggota koperasi dan tidak bisa diambil sewaktu-waktu kecuali anggota tersebut diberhentikan dari keanggotaan koperasinya.

2) Simpanan Wajib, adalah simpanan yang wajib anggota koperasi bayarkan setiap bulannya selama masih menjadi anggota koperasi dan tidak bisa diambil sewaktu-waktu kecuali calon anggota tersebut diberhentikan dari keanggotaan koperasinya.

3) Simpanan Sukarela, adalah simpanan yang bersifat bebas bagi calon anggota koperasi untuk menyetorkan atau menarik dananya kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhannya.

b. Tabungan Wadhiah ‘Am adalah jenis simpanan yang bersifat titipan murni berlandasakan kontrak wadiah. BMT sebagai lembaga penyimpan dana akan mengembalikan kapan saja nasabah yang bersangkutan menghendaki dan tidak dikenakan biaya potongan administrasi tiap bulannya.


(60)

c. Tabungan Rencana Multiguna (TAMANA)

Tabungan rencana dengan akad Mudharabah Mutlaqah yang diperuntukkan untuk nasabah perorangan maupun lembaga dengan tujuan perencanaan masa depan seperti, seperti pendidikan, perjalanan ibadah, wisata, pernikahan hingga persiapan pensiun.

d. Tabungan Rencana Qurban dan Aqiqah (TADHIYYAH)

Jenis tabungan perencanaan ibadah qurban dan aqiqah menggunakan akad Mudharabah Mutlaqah dengan tujuan mendorong nasabah untuk lebih awal melaksanakan ibadah qurban dan aqiqah. Tabungan hanya dapat diambil pada saat akan melakukan ibadah qurban dan/atau aqiqah dan dapat ditarik dalam bentuk dana tunai atau hewan. BMT Global Insani dapat membantu menyalurkan hewan Qurban kepada para mustahik.

e. Simpanan Berjangka Deposito Maslahat

Deposito Maslahah Syariah merupakan Deposito Berjangka dengan prinsip Mudharabah Muthlaqah. Deposito ini menggunakan sistem bagi hasil dengan Nisbah sampai dengan 75%. Pilihan jangka waktu fleksibel antara 1, 3, 6, 12, 24 dan 36 bulan.

f. Investasi Mudharabah Al Qiradh ‘Am Hasanah adalah investasi jangka panjang dengan akad mudharabah muthlaqah yang ditawarkan BMT GI dengan pemberian surat berharga jangka panjang yang dikeluarkan pihak Mudharib (BMT GI) kepada pihak Shahibul maal (nasabah) yang kemudian dikelola dalam jangka waktu 3 tahun dan


(61)

nisbah bagi hasilnya diserahkan sepenuhnya mutlak kepada pihak Shahibul maal. Dijual dengan harga Rp.8.000.000,- perpaketnya dengan masa pengelolaan minimal 3 tahun.

2. Produk Pembiayaan

a. Pembiayaan KUM (Kredit Usaha Mitra) adalah jenis pembiayaan dengan akad Murabahah khusus bagi para pelanggan dari PD. Surabraja Food Industries dengan pencairan berbentuk produk-produk Surabraja seperti saos sambal, kecap, gula batu, dll.

b. Pembiayaan Kendaraan Bermotor adalah pembiayaan konsumtif dengan akad Murabahah dimana nasabah mengajukan pembelian kendaraan bermotor kepada BMT Global Insani kemuadian pihak BMT GI membeli kendaraan sesuai dengan permintaan dari pihak nasabah ke pihak dealer dengan pembayaran tunai, lalu BMT Global Insani menjual kembali kepada nasabah dengan akad Murabahah. c. Pembiayaan Multiguna adalah pembiayaan yang bersifat konsumtif

dan multiguna dengan pola akad jual-beli. Didalam pengajuan pembiayaan ini muncul akad Wakalah (mewakilkan) kepada nasabah untuk pembelian barang-barang atau produk yang nasabah ajukan kepada BMT Global Insani untuk dibiayai (pembiayaan).

d. Pembiayaan Umroh adalah pembiayaan konsumtif di khususkan untuk perjalanan ibadah Umroh bagi nasabah yang ingin melaksanakan ibadah Umroh dengan pola pembiayaan (mengangsur). Pembiayaan ini menggunakan akad Murabahah dimana harga beli yang dari travel


(62)

Umroh kita jual kembali kepada nasabah dengan menambahkan keuntungan (margin) dan dapat nasabah angsur kewajiban tersebut sesuai kemampuan dalam jangka waktu tertentu yang telah kedua belah pihak sepakati.

e. Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA) adalah Pembiayaan dengan akad Murabahah diperuntukkan bagi calon nasabah yang memiliki usaha mikro dengan maksimal nilai pembiayaan 3 juta.

f. Pembiayaan Qardh Al Hasan adalah penyaluran dana ziswaf oleh BMT Global Insani kepada nasabah yang termasuk kedalam kategori penerima zakat (mustahik).

g. Pembiayaan Modal Kerja adalah pembiayaan menggunakan akad Mudharabah dengan prinsip bagi hasil (nisbah) dimana pihak BMT membiayaai 100% usaha nasabah, bagi hasil sesuai dengan kesepakatan antara BMT dan nasabah.

h. Pembiayaan Al Hiwalah merupakan pengalihan hutang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam hal ini terjadi perpindahan tanggungan atau hak dari satu orang kepada orang lain. Menurut fuqaha hiwalah adalah pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal‘alaih (orang yang berkewajiban membayar hutang).

i. Pembiayaan Al Ijaroh adalah pembiayaan dengan perinsip sewa murni atau sewa beli (Al Ijaroh Muntahiyah Bil Tamlik).


(63)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Akad Investasi Mudharabah “Al Qiradh ‘Am Hasanah”

Investasi adalah pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai dimasa datang yang belum dapat dipastikan besarnya. Dalam sistem ekonomi konvensional, seseorang melakukan investasi dengan motif yang berbeda-beda, diantaranya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, menabung agar mendapat pengembalian yang lebih besar, merencanakan pensiun, untuk berspekulasi, dan lain-lain. 1

Islam mengajarkan bahwa semua perbuatan manusia yang bersifat vertikal (hubungan manusia dengan Allah) dan horizontal (hubungan manusia dengan manusia) merupakan investasi yang akan dinikmati di dunia dan akhirat. Karena perbuatan manusia dipandang sebagai investasi maka hasilnya ada yang beruntung dan ada pula yang merugi. Itulah yang disebut risiko. Karena yang menentukan berhasil atau tidaknya investasi dimasa depan adalah ketentuan dan kehendak Allah.2

Investasi “Al Qiradh am Hasanah” merupakan salah satu produk penghimpunan dana BMT Global Insani dengan tujuan saling menguntungkan antara BMT dan nasabah yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah

1 Muhamad Nafkir HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta: Serambi, 2009), h.68. 2 Muhamad Nafkir HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, h.70.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Foto Perkebunan Jahe PT. Surabraja Mandiri :