2.2 Tinjauan Pembiayaan Pengusahaan HTI
Sesuai  dengan  Peraturan  Pemerintah  nomor  6  tahun  2007  tentang  Tata Hutan  dan  Rencana  Pengelolaan  Hutan,  serta  Pemanfaatan  Hutan,  Pedoman
Pelaporan Keuangan Pengusahaan Hutan tahun 1995, dan hasil-hasil penelitian di lapangan, secara umum biaya pembangunan HTI terdiri dari :
1. Biaya perencanaan
2. Biaya penanaman
3. Biaya pemeliharaan dan pembinaan hutan
4. Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan
5. Biaya pemungutan hasil hutan
6. Biaya pemenuhan kewajiban kepada negara
7. Biaya pemenuhan kewajiban kepada lingkungan dan sosial
8. Biaya pembangunan sarana dan prasarana
9. Biaya administrasi dan umum
10. Biaya pendidikan dan latihan
11. Biaya penelitian dan pengembangan
12. Biaya penilaian HTI
Menurut  Yanwardi  2007,  biaya  operasional  adalah  biaya-biaya  yang langsung dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barangproduksi. Produksi dapat
berbentuk penanaman, bibit, dan kayu. Biaya operasional dapat dibagi menjadi: 1.
Biaya  penanaman  plantation  cost  merupakan  biaya-biaya  yang  dikeluarkan untuk  penanaman  bibit  tanaman  hingga  tanaman  tersebut  bisa  dipanen.  Biaya
penanaman  terbagi  atas  dua  bagian  yakni  biaya-biaya  persiapan  lahan  tanam dan  penanaman  bibit  itu  sendiri  initial  expenses  dan  biaya  pemeliharaan
maintenance expenses. 2.
Biaya  pembibitan  nursery  cost  merupakan  biaya-biaya  yang  dikeluarkan untuk menghasilkan bibit-bibit yang akan ditanam.
3. Biaya pemanenan Harvesting cost merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk  memanen  kayu,  mengeluarkan  kayu  dari  areal  pemanenan,  hingga mengantarkan kayu ke areal pabrik.
Menurut  Lipsey 1995,  biaya  merupakan pengorbanan  sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk  mencapai  tujuan  tertentu.  Lebih  lanjut  Lipsey  mengelompokkan  biaya menjadi 2, yaitu:
1. Biaya  Variabel,  yaitu  biaya  yang  berkaitan  langsung  dengan  output,  yang
nilainya  bertambah  besar  dengan  meningkatnya  output  dan  berkurang  dengan menurunnya  output. Biaya  ini disebut  juga  sebagai  biaya  langsung atau  biaya
yang dapat dihindari avoidable cost. Contoh:  biaya  material, upah  langsung, dan lain-lain
2. Biaya  Tetap,  yaitu  biaya  yang  tidak  akan  berubah  meskipun  output  berubah,
biaya  ini  akan  sama  besarnya  kendati  output  satu  unit  maupun  satu  juta  unit. Biaya  ini  disebut  juga  sebagai  biaya  yang  tidak  dapat  dihindari  unavoidable
cost. Contoh: biaya asuransi, bunga modal, penyusutan, dan lain-lain. Menurut  Nugroho  2002,  biaya  tetap  adalah  biaya  yang  jumlah  totalnya
tetap dalam satuan unit waktu tertentu, tetapi akan berubah persatuan unitnya jika volume  produksi  persatuan  waktu  tersebut  berubah.  Biaya  ini  akan  terus
dikeluarkan, walaupun tidak berproduksi. Komponen biaya tetap adalah :
1. Depresiasi  atau  penyusutan  bertujuan  untuk  mengatasi  kesulitan-kesulitan
perhitungan  biaya.  Depresiasi  merupakan  metode  untuk  memperhitungkan besarnya penurunan nilai pasar barang modal tetap. Berkaitan dengan penilaian
nilai  asset  untuk  memperhitungkan  pajak  kekayaan  perusahaan.  Selain  itu depresiasi  merupakan  metode  untuk  memperhitungkan  alokasi  biaya  atas
barang modal tetap yang digunakan selama waktu pakainya secara sistematis. 2.
Bunga  Modal.  Harga  uang  secara  umum  disebut  bunga.  Bunga  modal diperlukan
sebagai kompensasi
atas uang
yang diinvestasikan.
Pertimbangannya adalah apabila uang tersebut tidak diinvestasikan  melainkan disimpan dalam Bank, maka uang tersebut akan mendapat bunga Bank.
Biaya variabel adalah biaya yang per satuan unit produksinya tetap, tetapi akan  berubah  jumlah  totalnya  jika  volume  produksinya  berubah.  Biaya  ini  tidak
diperlukan apabila tidak berproduksi. Biaya ini disebut juga biaya pengoperasian.
Contohnya  adalah:  biaya  borongan,  bahan  baku,  biaya  pemeliharaan  dan perbaikan, biaya pengangkutan dan sebagainya Nugroho, 2002.
Hal-hal yang menyebabkan nilai suatu alat berkurang adalah: 1.
Adanya bagian-bagian yang rusak atau aus karena lamanya waktu pemakaian sehingga  alat  tersebut  tidak  bisa  bekerja  dengan  kemampuan  seperti
sebelumnya. Yang dimaksud dengan alat disini adalah bagian utama yang tidak ekonomis lagi bila diganti.
2. Adanya  peningkatan  biaya  operasi  dari  sejumlah  unit  output  yang  sama  bila
dibandingkan  pada  mesin  yang  masih  baru.  Peningkatan  biaya  ini  misalnya karena penambahan biaya pemeliharaan dan penambahan tenaga. Penambahan
biaya operasi ini menunjukkan merosotnya nilai alat tersebut. 3.
Karena  perkembangan  teknologi  selalu  muncul  alat  yang  lebih  praktis  dan lebih  efisien  sehingga  alat  yang  lama  nilainya  akan  merosot.  Alat-alat  yang
lama walaupun masih cukup baik untuk dioperasikan tidak ekonomis lagi kalau dipergunakan  secara  terus-menerus  sehingga  orang  akan  lebih  cenderung
berfikir untuk mengganti alat yang baru, yang lebih praktis, dan lebih efisien. 4.
Adanya pengembangan perusahaan, dengan adanya pengembangan perusahaan maka  alat  yang  digunakan  harus  diganti  dan  disesuaikan  dengan
pengembangannya,  sehingga  alat-alat  yang  lama  akan  menurun  nilainya Pramudya, 1992.
Biaya  penyusutan  merupakan  fungsi  dari  waktu,  maka  masa  pemakaian alat  harus  diketahui.  Umur  suatu  alat  dapat  dibedakan  menjadi  dua  pengertian
yaitu  :  umur  ekonomis  dan  umur  pelayanan.  Umur  ekonomis  economic  life adalah  umur  dari  suatu  alat  dari  kondisi  100  baru  sampai  alat  tersebut  tidak
ekonomis  lagi  bila  terus  digunakan  dan  lebih  baik  diganti.  Pada  akhirnya  nilai ekonomis  alat  tersebut  mungkin  masih  dapt  digunakan  tetapi  sudah  tidak
ekonomis  lagi.  Alat  disebut  tidak  ekonomis  antara  lain  karena  menurunnya efisiensi yakni semakin tinggi biaya pemeliharaan. Umur pelayanan adalah umur
suatu alat dari awal pembelian dalam kondisi 100 baru sampai alat tersebut mati tidak  bisa  dipakai  lagi  dan  menjadi  barang  yang  harus  dibuang.  Pada  akhir
pelayanan alat tersebut sudah tidak mempunyai nilai lagi Pramudya, 1992.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi  dan Waktu Penelitian
Penelitian    ini  dilakukan    di    Hutan  Tanaman    Industri    HTI      PT.  Riau Andalan  Pulp  and  Paper  sektor  Pelalawan,  Kecamatan  Pelalawan,  Kabupaten
Pelalawan,  Propinsi  Riau.  Lokasi  HTI  berada  pada  lahan  gambut  Peatland. Adapun  waktu  penelitian  di  lapangan  dilaksanakan  selama  satu  bulan,  mulai
tanggal  27 April sampai dengan 27 Mei 2009.
3.2 Jenis Data
Data  yang  dikumpulkan  terdiri  dari  data  primer  dan  data  sekunder.  Data primer  meliputi  jenis,  jumlah,  harga  alat,  prestasi  kerja  dari  tenaga  kerja,  serta
jumlah  material  yang  diperlukan  dalam  kegiatan  pengusahaan  HTI  di  lapangan. Data  sekunder  meliputi  biaya-biaya  kegiatan  penunjang  HTI,  realisasi  tebangan,
kondisi umum dan indikator ekonomi.
3.3 Cara Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dan  wawancara secara langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dengan cara mengutip arsip
perusahaan dan literatur  yang terkait dengan penelitian.
3.4  Metode Pengamatan Waktu Kerja 3.4.1 Waktu Kerja
Waktu kerja  merupakan waktu yang dibutuhkan  untuk melaksanakan suatu pekerjaan.  Waktu  kerja  terbagi  atas  waktu  produktif  dan  waktu  non  produktif
Nugroho, 2002. Waktu Produktif merupakan bagian dari waktu kerja yang digunakan untuk
memproduksi  output  dalam  pekerjaan  utama  maupun  pekerjaan  pendukung. Waktu produktif terdiri atas :
1. Waktu  tetap  yaitu  bagian  dari  waktu  produktif  yang  sifatnya  tetap  dan
tidak  dipengaruhi  oleh  volume  pekerjaan  utama.  Secara  matematis dirumuskan
n 1
i Fi
F
W W