sebesar  Rp  2.728.900  per  hektar  7,75.  Pada  penanaman,  biaya  yang  sangat mempengaruhi  adalah  biaya  tenaga  kerja  dan  material.  Biaya  selanjutnya  adalah
biaya  pemeliharaan  sebesar  Rp  2.427.400  per  hektar  6,89,    kemudian  biaya pengadaan bibit sebesar Rp 406.700 per hektar 1,16 serta biaya perlindungan
hutan sebesar Rp 101.500 per hektar 0,29.
5.2.2 Biaya Total
Biaya total kegiatan pengusahaan HTI diperoleh  dengan  melakukan  studi literatur terhadap beberapa pustaka yang terkait. Dalam hal ini dilakukan rata-rata
penjumlahan  biaya  pengusahaan  HTI  terhadap  lima  buku  studi  kelayakan mengenai pembiayaannya berturut-turut yaitu : PT. TPL 2003, PT. MHP 2002,
PT.  Kiani  Lestari  1991,  PT.  Kelawit  Wana  Lestari  1993  dan  PT.  Ekawana Lestari Dharma 1993. Penjumlahan  biaya pengusahaan HTI  yang dihitung dari
data lapangan di PT. RAPP dan rata-rata  pembiayaan  lima buku studi kelayakan HTI berdasarkan harga konstan tahun 2000.
Tabel  19  merupakan  tabel  yang  menjelaskan  biaya  total  kegiatan pengusahaan  HTI.  Biaya  total  pengusahaan  HTI  yang  dapat  dihitung  pada  PT.
RAPP  sektor  Pelalawan  adalah  Rp  17.940.990  per  Ha  atau  Rp  127.850  USD 15,18  per  m
3
harga  konstan  tahun  2000.  Harga  jual  kayu  Acacia  crassicarpa dari HTI sebagai Bahan Baku Serpih BBS industri pulp dan kertas  sebesar Rp
204.000,-  per  m
3
atau  USD  24,22  per  m
3
dengan  menggunakan  harga  konstan tahun  2000.  Dengan  melihat  keadaan  produksi  kayu  di  PT.  RAPP  sektor
Pelalawan dengan realisasi tebangan tahun 2009 sebesar 140 m
3
per Ha, maka dari nilai  jual  kayu  terhadap  biaya  total  kegiatan  pengusahaan  maka  diperoleh
keuntungan  kotor  sebesar    Rp  76.150  atau  USD  9,04  per  m
3
1  USD=Rp 8421,78
Tingkat  keuntungan  sebesar  USD  9,04  per  m
3
di  HTI  RAPP  sektor Pelalawan tidak menunjukkan profitabilitas perusahaan yang sesungguhnya. Nilai
keuntungan  per  m
3
kayu  tersebut  belum  memperhitungkan  biaya-biaya  seperti pungutan-pungutan  tidak  resmi  dan  biaya-biaya  siluman  serta  biaya  sosial
lingkungan akibat adanya pembangunan HTI.
Tabel 19.  Biaya total kegiatan pengusahaan HTI harga konstan tahun 2000 Kegiatan HTI
Biaya Rp ribuha
Biaya Rp ribum
3
Persentase
Kegiatan Teknis
1
Pengadaan Bibit Penanaman
Pemeliharaan Perlindungan Hutan
Pemanenan Kayu Kegiatan Penunjang
2
Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana
Administrasi dan Umum Diklat dan Litbang
Lain-lain Kewajiban Kepada Negara
3
Kewajiban bagi lingkungan sosial
4
Penilaian HTI
4
170,81 1.146,14
970,96 42,63
12.415,45
101,00 1.303,00
1.125,00 434,00
91,00 96,00
45,00 1,22
8,18 6,93
0,03 88,68
0, 72 9,31
8,03 3.10
0,65 0,68
0,32 0,95
6,39 5,42
0,02 69,36
0,56 7,29
6,28 2,42
0,52 0,53
0,26
Jumlah 17.940,99
127,85 100
Keterangan : 1.
Dihitung berdasarkan data lapangan PT. RAPP  2009 : Rp 39.319.400 per ha : GDP Deflator = 237,93 : Kurs 1 USD tahun 2000 = Rp 8421,78.
2. Dihitung berdasarkan tiga buku studi kelayakan masing-masing PT. Kiani Lestari 1991: Rp
509.458 : GDP Deflator = 26,86 , PT. Ekawana Lestari Dharma 1993: Rp 1.031.861 : GDP Deflator  =  30,81  dan    PT.  Kelawit  Wana  Lestari  1993:  Rp  1.133.660  :  GDP  Deflator  =
30,81. 3.
Dihitung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 220Kpts-111999 tentang besarnya Provisi Sumber Daya Hutan PSDH per satuan hasil hutan kayu 1999 : Rp 82.815 per ha :
GDP Deflator = 90,10. 4.
Dihitung  berdasarkan  Keputusan  Menteri  Kehutanan  No.  389Kpts-111994  tentang  biaya satuan pembangunan HTI tahun 19941995 1994 : Rp 32.000 per ha dan Rp 15.000 per ha :
GDP Deflator = 33,21.
5.2.3 Perbandingan Biaya