I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Diare merupakan penyebab kematian pada pedet berumur di bawah 6 bulan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering ditemukan
pada kasus diare pedet yang berumur kurang dari 3 hari adalah Escherichia coli enterotoksigenik K99. Kasus diare seperti ini biasa terjadi pada pedet yang tidak
diberi kolostrum HSLBP 2008. Prevalensi kasus diare pada anak sapi di daerah sentra pengembangan sapi perah Jawa Barat berkisar antara 19-40 dengan
kematian pedet di bawah umur satu bulan berkisar antara 8-19 sepanjang tahun Supar 2001.
Pengobatan dan pengendalian penyakit bakterial secara medikasi dengan sediaan obat-obatan antibiotik bukan menjadi pilihan yang terbaik, selain karena
kurang efektif sehubungan dengan keberadaan resistensi multipel juga menyebabkan bahaya sampingan yang cukup potensial berkaitan dengan cemaran,
residu antibiotik dan kimia toksik pada ternak dan produk-produknya. Antibiotika banyak dipakai untuk pengobatan diare pada anak sapi dalam dua dekade terakhir,
namun hasilnya tidak baik karena kasus diare dan mortalitas tetap tinggi Supar 2001. Salah satu alternatif pengendalian diare pada anak sapi adalah dengan cara
vaksinasi pada induk sapi pada saat bunting dengan harapan induk sapi dapat memberikan kekebalan pasif pada anaknya melalui kolostrum pada saat kelahiran.
Sapi dan kambing memiliki plasenta tipe syndesmochorial yang tidak memungkinkan terjadinya transfer imunoglobulin dari induk ke janin Tizard
2000. Itulah sebabnya anak sapi atau kambing lahir dalam keadaan tanpa antibodi di dalam darah. Di lain pihak zat antibodi tersedia di dalam kolostrum sehingga
stamina anak yang baru lahir dipasok dari kolostrum yang diproduksi oleh induk Purbani 2007. Kolostrum atau dikenal juga sebagai “susu pertama” atau “susu
imun” adalah sekresi yang dihasilkan kelenjar mamaria mamalia pada tahap akhir kebuntingan sampai beberapa hari setelah melahirkan Tizard 2000. Kolostrum
mamalia mengandung imunoglobulin yang mampu melawan benda asing, termasuk bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam tubuh. Jumlah IgG dalam
kolostrum sapi hampir 40 kali lipat kolostrum manusia. IgG berperan dalam mengaktifkan sel darah putih yang bekerja menahan serangan bakteri, terutama
E.coli Purbani 2007. Produksi kolostrum yang berlebih pada awal laktasi belum
dimanfaatkan secara maksimal. Kolostrum, khususnya yang berasal dari induk sapi yang divaksinasi dengan vaksin E.coli, dapat dimanfaatkan sebagai produk
biologis untuk kepentingan imunisasi pasif bagi anak sapi yang baru lahir sehingga terhindar dari kasus diare.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati profil leukosit pada induk sapi bunting yang divaksin dengan vaksin Escherichia coli K99 polivalen.
Parameter yang diamati adalah jumlah leukosit total dan diferensiasi leukosit yang meliputi jumlah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil.
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang profil leukosit pada induk sapi bunting yang divaksinasi dengan vaksin E.coli K99
polivalen.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah