3.3. Prosedur penelitian 3.3.1. Pengambilan ikan contoh di lapangan
Ikan senggiringan P. johorensis ditangkap dengan menggunakan alat tangkap gillnet jaring insang dengan ukuran mata jaring 0,5 inci 1,27 cm, 0,75
inci 1.92 cm, 1 inci 2,54 cm, 1,25 inci 3,18 cm, 1,5 inci 3,81 cm, 1,75 inci 4,45 cm, 2 inci 5,08 cm, 2,5 inci 6,35 cm yang dipasang sepanjang tepian
sungai selama 4 jam. Ikan senggiringan ditemukan di zona tengah Ds. Lingkungan dan Pemulutan dan di zona hilir Pulau Burung dan Sebokor.
Semua ikan yang tertangkap dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diawetkan dengan larutan formalin 10 . Selanjutnya ikan contoh dibawa ke laboratorium
Ekobiologi Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk dianalisis lebih lanjut.
3.3.2. Analisis laboratorium 3.3.2.1
Pengukuran panjang-berat total ikan contoh
Panjang total ikan diukur dari ujung kepala terdepan sampai ujung sirip ekor terbelakang dengan menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm.
Panjang baku diukur dari bagian ujung kepala terdepan sampai ke batang ekor. Berat total ikan ditimbang dengan timbanagan digital dengan tingkat ketelitian
sebesar 0,01 gram.
3.3.2.2. Pembedahan ikan
Ikan contoh yang telah diawetkan di dalam larutan formalin 10 dibedah dengan menggunakan gunting bedah, dimulai dari anus menuju bagian atas perut
di bawah garis linea lateralis dan menyusuri garis linea lateralis sampai ke bagian belakang operculum kemudian ke arah central hingga ke dasar perut. Otot dibuka
sehingga organ dalam ikan dapat terlihat dan jenis kelamin dapat ditentukan dengan melihat morfologi gonad menggunakan metode Cassie in Effendie 1979.
Gonad dipisahkan dari organ dalam lainnya dengan hati-hati kemudian simpan di dalam botol filmplastik.
3.3.2.3. Penentuan jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad TKG
Ikan senggiringan
P. johorensis tidak memiliki ciri seksual sekunder
seperti bentuk tubuh atau warna tertentu yang dapat mencirikan jenis kelamin ikan itu dari luar. Oleh karena itu jenis kelamin diduga melalui pembedahan
dengan melihat secara morfologi gonad dari masing-masing ikan contoh. Gonad ikan betina berwarna kuning sedangkan untuk ikan jantan berwarna putih. Untuk
menentukan tingkat kematangan gonad diacu dari ciri-ciri gonad ikan kapiek Puntius schwanefeldi seperti yang tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat kematangan gonad ikan kapiek P. schwanefeldi Bleeker
Tingkat Betina
Jantan
I
Ikan muda
Gonad seperti sepasang benang yang memanjang pada sisi lateral rongga
peritoneum bagian depan, berwarna bening dan permukaan licin.
Gonad berupa sepasang benang tetapi jauh lebih pendek
dibandingkan ovarium ikan betina pada stadium yang sama dan
berwarna jernih .
II
Masa Perkembangan
Gonad berukuran lebih besar, berwarna putih kekuningan, telur-telur belum bisa
dilihat satu persatu dengan mata telanjang. Gonad berwarna putih susu dan
terlihat lebih besar dibandingkan pada gonad tingkat I.
III
Dewasa
Gonad mengisi hampir setengah rongga peritoneum, telur-telur mulai terlihat
dengan mata telanjang berupa butiran halus, gonad berwarna kuning kehijauan.
Gonad mengisi hampir setengah dari rongga peritoneum, berwarna
putih susu dan mengisi sebagian besar peritoneum.
IV
Matang
Gonad mengisi sebagian besar ruang peritoneum, warna menjadi hijau
kecoklatan dan lebih gelap. Telur-telur jelas telihat dengan butiran-butiran yang
jauh lebih besar dibandingkan pada tingkat III.
Gonad makin besar dan pejal berwarna putih susu dan mengisi
sebagian besar peritoneum.
V
Mijah
Gonad masih seperti pada tingkat IV, sebagian gonad kempes karena sebagian
telur telah mengalami oviposisi mijah. Gonad bagian anal telah kosong
dan lebih lembut.
Sumber : Siregar 1991 in www.fmipa.itb.ac.id .
Penggunaan tabel ciri-ciri tingkat kematangan gonad ikan kapiek P. schwanefeldi
sebagai pembanding dalam menentukan tingkat kematangan gonad ikan senggiringan P. johorensis adalah karena ikan kapiek dan ikan
senggiringan memiliki genus yang sama yaitu Puntius.
3.3.2.4. Penentuan indeks kematangan gonad IKG