Karakteristik Mineral Tanah Karakteristik Bahan Tanah Awal 1. Karakteristik Sifat Kimia dan Fisik Bahan Tanah

tanah dengan tekstur liat. Aerasi dan perombakan bahan organik berjalan lebih cepat daripada tanah dengan tekstur liat, sehingga lebih baik pula untuk sistem perakaran padi yang bersifat aeratif. Darmawan dan Sastiono 2007 menyatakan bahwa pada tanah Cihideung Bogor, dengan penambahan bahan organik dan pengairan secara SRI membuat tanah menjadi kering pada bagian permukaan yaitu tanah mengeping seperti pecahan genting, karena itu pertumbuhan tanaman pun terganggu.

4.2.2. Karakteristik Mineral Tanah

Mineral fraksi pasir dari tanah percobaan dianalisis dengan menghitung 100 butir mineral yang melalui benang silang yang terdapat pada lapang pandang mikroskop polarisasi. Hasil analisis mineral fraksi pasir menunjukkan bahwa pada tanah Cihideung Bogor didominasi oleh mineral Kuarsa, Lapukan dan Hiperstein, pada tanah Sindangbarang Bogor didominasi oleh mineral Lapukan, Andesin dan Labradorit, pada tanah Margakaya Karawang oleh Kuarsa, dan pada tanah Bobojomg Cianjur didominasi oleh mineral Lapukan, Amphibol dan Hiperstein Tabel Lampiran 5. Mineral kuarsa merupakan mineral yang paling banyak pada tanah Cihideung Bogor dan Margakaya Karawang. Kuarsa merupakan salah satu mineral yang resisten terhadap pelapukan, bahkan terhadap hancuran iklim yang ekstrim sekalipun. Kuarsa tidak memiliki kandungan unsur hara, sehingga tidak dapat memberikan sumbangan hara ke tanah. Banyaknya mineral Kuarsa pada tanah dari Karawang berhubungan dengan daerahnya yang merupakan daerah sedimentasi atau pengendapan pada jalur sungai. Sedangkan mineral Lapukan yang dijumpai pada tanah Cihideung Bogor, Sindangbarang Bogor dan Bobojong Cianjur terjadi karena hancuran iklim yang ekstrim, menyebabkan pelapukan berjalan cepat pada bahan induk yang banyak mengandung mineral mudah lapuk. Hardjowigeno 1993, menyatakan bahwa mudah tidaknya pelapukan bahan induk tergantung pula pada jenis mineral yang dikandungnya. Bahan induk yang banyak mengandung mineral mudah lapuk akan mudah hancur, dan pembentukan mineral baru liat lebih cepat terjadi. Selain Kuarsa, masih ditemukan pula mineral-mineral lain yang mudah melapuk terutama pada tanah Cihideung Bogor, Sindangbarang Bogor dan Bobojong Cianjur, yang masih mungkin dapat melapuk lebih lanjut akibat hancuran iklim dan pemanasan yang lebih intensif. Banyaknya kandungan mineral yang mudah lapuk menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki tingkat pelapukan yang relatif muda. Banyaknya mineral mudah lapuk pada tanah Cihideung dan Sindangbarang Bogor serta Bobojong Cianjur, karena bahan tanah tersebut berasal dari Volkan Salak. Semakin tinggi mineral mudah lapuk, maka semakin tinggi pula tingkat kesuburan alami tanah tersebut. Sifat-sifat kimia tanah berkaitan erat dengan bahan induk, tingkat pelapukan, dan mineral liat yang dominan. Tingkat pelapukan yang lanjut dan pencucian yang intensif menyebabkan kation basa tercuci, sehingga Ca-dd, Mg-dd, dan K-dd tanah rendah Wada, 1989. Pada kenyataannya, basa-basa pada keempat tanah percobaan ini tergolong tinggi hingga sangat tinggi. Daerah Bobojong Cianjur, tanah disawahkan dengan sistem SRI dengan dua kali masa tanam dalam setahun. Pemupukan dilakukan dengan menambahkan bahan organik ke dalam tanah yang berasal dari pembalikan jerami dan kompos yang dibuat dari campuran sayur- sayuran dan kotoran kelinci dan tanpa penambahan pupuk NPK sama sekali. Sebagai pengganti urea, petani Bobojong Cianjur menggunakan buah bernuk buah maja yang difermentasi menjadi pupuk organik cair. Sebelum digunakan untuk bertanam padi dengan metode SRI, petani Bobojong Cianjur menggunakan metode konvensional dengan menambahkan pupuk dasar. Begitu pula petani Cihideung Bogor, meskipun menanam padi dengan metode SRI, namun masih digunakan NPK sebagai pupuk dasar disamping bahan organik. Sedangkan pemupukan yang dilakukan para petani Margakaya Kawarang adalah dengan membalikkan sisa-sisa jerami yang telah dibakar dan dengan pemberian urea. Berdasarkan hal tersebut maka nilai basa-basa dapat menjadi lebih tinggi. Analisis mineral fraksi liat dilakukan dengan menggunakan DTA. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada semua bahan tanah percobaan Cihideung Bogor, Sindangbarang Bogor, Margakaya Karawang dan tanah Bobojong Cianjur didominasi oleh mineral liat Kaolinit Gambar Lampiran 1 dan 2. Mineral Kaolinit tergolong mineral tipe 1:1 yaitu mineral yang tidak mudah mengembang dan mengkerut. Dalam Tan 1995, dinyatakan bahwa mineral kaolinit memiliki ikatan struktural yang kokoh sehingga partikel kaolinit tersebut tidak mudah dihancurkan. Hal tersebut juga menjadi penyebab sifat-sifat plastisitas dan daya mengerut dan mengembang yang rendah. Adanya kaolinit pada tanah dicirikan oleh suatu puncak kurva endotermik kuat pada kisaran 450- 600 o C dan suatu kurva eksotermik kuat pada 900-1000 o C. Puncak endotermik tersebut disebabkan oleh dehidroksilasi, sedangkan puncak eksotermik diakibatkan oleh pembentukan alumina. Bahan induk yang melapuk akan berubah ukurannya, yaitu semakin halus ukurannya dengan meningkatnya tingkat pelapukan. Hal ini berarti, semakin lanjut tingkat pelapukan, maka semakin tinggi kadar liat dalam hal ini Kaolinit pada tanah tersebut.

4.3. Hubungan Jenis Perlakuan dengan C-organik dan N-total