dalam tanah dengan cara menurunkan populasi bibit, menghemat penggunaan air dan menambahkan bahan organik. Cara ini mendapatkan respon yang tidak sama
dari tanaman padi, tergantung sifat-sifat tanah. Sistem tanah sawah memiliki beberapa alternatif “input”. Input dalam suatu
sistem tanah sawah dapat berasal dari penambahan pupuk, pelapukan mineral dan kandungan hara pada tanah itu sendiri. Input yang berasal dari pelapukan mineral
dan kandungan hara pada tanah awal tergantung jenis tanah dan bahan induk yang terdapat pada daerah tersebut.
Di lain pihak, walaupun metode SRI telah diyakini berhasil meningkatkan produksi padi tanpa menggunakan pupuk anorganik dan lebih menghemat air,
namun masih banyak hal yang belum dapat dipahami dalam menerapkan SRI. Surridge 2004 mengemukakan bahwa penerapan SRI berhasil di suatu daerah
tergantung kondisi lingkungan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa peneliti CSIRO Australia memberikan hipotesis, metode SRI akan memberikan hasil yang
lebih baik pada lahan-lahan yang lebih reduktif. Sementara itu, menurut peneliti IRRI peningkatan produksi padi dengan penggunaan SRI mungkin berdasarkan
genetika padi, iklim dan masukan unsur hara Sheehy et al., 2005. Darmawan dan Sastiono 2007 mengemukakan bahwa produksi padi SRI yang ditanam di lapang
menunjukkan hasil sebanyak 8-9 tonha gabah kering panen tidak berbeda dengan padi yang ditanam secara konvensional. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian
Nareswari 2008, dengan penanaman 3 benih per lubang tanam dapat menghasilkan 9 tonha gabah kering panen. Berdasarkan hal tersebut, maka
penelitian mengenai karakteristik tanah termasuk mineralnya, konsumsi air dan bahan organik perlu dilakukan.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: 1.
Karakteristik kimia dan mineral tanah serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi menggunakan metode SRI dan sistem
tanam konvensional. 2.
Pengaruh penambahan bahan organik dalam mendukung pertumbuhan dan produksi padi, baik pada metode SRI maupun konvensional.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Padi
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah
jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau
Poaceae sinonim Graminae atau Glumiflorae. Sejumlah ciri suku familia ini juga menjadi ciri padi, misalnya: berakar serabut, daun berbentuk lanset sempit
memanjang, urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa floret, buah dan biji sulit dibedakan
karena merupakan bulir atau kariopsis. Padi tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara
cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek karena kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya
pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan oksigen ke
bagian akar Anonim, 2008a.
Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan manusia: Oryza sativa yang berasal dari daerah hulu sungai di kaki Pegunungan Himalaya India dan
TibetTiongkok dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat hulu Sungai Niger. O. sativa terdiri dari dua varietas, indica dan japonica sinonim sinica.
Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki bulu Ing. awn, bijinya cenderung panjang. Varietas indica,
sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak ber-bulu atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun kedua varietas dapat
saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari
persilangan varietas japonica kultivar Deegeowoogen dari Formosa dan varietas indica kultivar Peta dari Indonesia. Selain kedua varietas ini, dikenal pula
sekelompok padi yang tergolong varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua varietas utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di
Pulau Jawa. Budidaya padi yang telah berlangsung lama telah menghasilkan
berbagai macam jenis padi hasil seleksi dan pemuliaan yang dilakukan orang Anonim, 2008a
Salah satu jenis padi hasil seleksi dan pemuliaan ialah varietas Mekongga. Varietas ini merupakan varietas unggul yang lahir dari persilangan antara padi
jenis galur A 2970 yang berasal dari Arkansas, Amerika Serikat dengan varietas IR 64 yang telah dirilis oleh Menteri Pertanian 14 Juni 2004. Varietas jenis ini
memiliki kelebihan umur tanam yang cukup singkat, hanya 116-125 hari, bentuk tanaman tegak, dengan tinggi tanaman mencapai 91-106 cm. Anakan produktif
13-16 batang, bentuk gabah ramping panjang dengan tekstur pulen, kadar amilosa 23 . Bobot 1000 butir 28 gram, potensi hasil 8.4 tonha. Resistensi cukup baik
dari serangan hama, di mana agak tahan terhadap serangan wereng coklat biotipe 2 dan 3, agak tahan terhadap serangan hama dan penyakit daun bakteri yang
dikenal dengan nama Strain IV Anonim, 2008b. Untuk pertumbuhannya, padi memerlukan hara, air dan energi. Hara adalah
unsur pelengkap dari bahan organik asam nukleat, hormon dan enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam merombak hasil fotosintesa atau respirasi menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan energi. Hara dan air diperoleh tanaman padi dari tanah, sedangkan fotosintat diperoleh dari daun melalui fotosintesa. Oleh
karena itu, tanahlahan dan cuacaiklim merupakan faktor lingkungan tumbuh tanaman padi. Penguasaan tentang lingkungan tumbuh padi ini sangat penting
untuk menentukan cara budidaya yang paling tepat dan menguntungkan. Terciptanya ragam budidaya tanaman padi dan teknologinya adalah upaya
penyesuaian tanaman padi dengan lingkungan tumbuhnya Ismunadji dan Roechan, 1988.
2.2. Metode SRI System of Rice Intensification