Pendangiran Pengaruh Perbedaan Karakteristik Kimia dan Mineral serta Penambahan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode SRI

membuat sawah mampu untuk menyerap udara dan tetap hangat sepanjang hari. Sebaliknya sawah yang digenangi air justru akan memantulkan kembali radiasi matahari yang berguna, dan hanya menyerap sedikit panas yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Dengan SRI, kondisi tak tergenangi hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya, setelah pembungaan, sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan pada praktek tradisional.

e. Pendangiran

Pendangiran membersihkan gulma dan rumput dapat dilakukan dengan tangan atau alat sederhana. Pendangiran pertama dilakukan 10 atau 12 hari setelah tranplantasi, dan pendangiran kedua setelah 14 hari. Minimal disarankan 2-3 kali pendangiran, namun jika ditambah sekali atau dua kali lagi akan mampu meningkatkan hasil hingga satu atau dua ton per ha. f. Bahan Organik Di dalam tanah memang sudah tersedia makanan secara alamiah. Namun, tidak semua tanah menyediakan makanan yang cukup untuk tanaman. Oleh karena itu, tanah yang tidak menyediakan makanan perlu dibantu dengan menambah kadar makanan di dalam tanah. Makanan tambahan ini biasa disebut pupuk, sedangkan penambahan makanan tersebut disebut pemupukan. Pupuk yang ada di pasaran cukup kompleks, terdiri dari banyak jenis, ragam dan bentuk. Berdasakan bahan bakunya, jenis pupuk tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian sisa-sisa tanaman dan hewan, misalnya bungkil, guano, tepung tulang, dan sebagainya. Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung banyak unsur baik makro maupun mikro. Hanya saja, ketersediaan unsur-unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit. Pupuk organik kebanyakan tersedia di alam, tersaji secara alamiah. Contohnya, kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, dan guano. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos. Sebenarnya, kompos bukanlah hal baru. Kompos adalah bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi dengan mikroorganisme yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, kotoran hewan dan lain-lain. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh keadaan lingkungan yang basah dan lembab. Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: Murbandono, 2006. • Menyediakan unsur hara bagi tanaman • Menggemburkan tanah dan memperbaiki struktur tanah • Meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah • Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air sehingga menyimpan air tanah lebih lama • Memudahkan pertumbuhan akar tanaman • Menghemat pemakaian pupuk kimia atau pupuk buatan alternatif pengganti • Ramah lingkungan Awalnya SRI dikembangkan dengan menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil panen pada tanah-tanah tandus di Madagaskar. Tetapi saat subsidi pupuk dicabut pada akhir tahun 1980-an, petani disarankan untuk menggunakan bahan organik, dan ternyata hasilnya lebih bagus. Bahan organik dapat dibuat dari macam-macam sisa tanaman seperti jerami, serasah tanaman, dan bahan dari tanaman lainnya, dengan tambahan pupuk kandang bila ada. Daun pisang bisa menambah unsur kalium, daun- daun tanaman kacang-kacangan dapat menambah unsur N, dan tanaman lain seperti Tithonia dan Afromomum angustifolium, memberikan tamabahan unsur P Berkelaar, 2001. Bahan organik tanah sangat penting dalam tanah, yaitu terkait dengan peranan tanah dengag media tumbuh tanaman. Kadar bahan organik dalam tanah berbeda-beda pada setiap jenis tanah. Namun secara umum ketersediaan bahan organik dalam tanah tidak lebih dari 35 dari bobot tanah. Bahan organik dalam tanah terdapat dalam 3 bentuk, yaitu bebas, berikatan dengan liat serta dengan Al dan Fe Soepardi, 1983. Ketika dipakai bersamaan, praktek SRI memberi dampak pada struktur tanaman padi yang berbeda dibandingkan praktek tradisional. Dalam metode SRI, tanaman padi memiliki lebih banyak batang, perkembangan akar lebih besar, dan lebih banyak bulir pada malai. Tanaman padi dalam model SRI akan tampak kecil, kurus dan jarang di sawah selama sebulan atau lebih setelah transplantasi. Dalam bulan pertama, tanaman mulai menumbuhkan batang. Selama bulan ke-2 pertumbuhan batang mulai terlihat nyata. Untuk memahami hal ini, perlu dimengerti konsep phyllochrons Ind. pilokron, sebuah konsep yang diaplikasikan pada keluarga rumput-rumputan, termasuk tanaman biji-bijian seperti padi, gandum, dan barley. Pilokron adalah periode waktu antara munculnya satu phytomer satu set batang, daun, dan akar yang muncul dari dasar tanaman dan perkecambahan selanjutnya. Ukuran pilokron ditentukan terutama oleh temperatur, tapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti panjang hari, kelembaban, kualitas tanah, kontak dengan air dan cahaya serta ketersediaan nutrisi. Bila kondisinya sesuai, pilokron dalam padi lamanya lima sampai tujuh hari, meski dapat lebih singkat pada temperatur lebih tinggi. Di bawah kondisi yang sesuai, fase vegetatif tanaman padi dapat berlangsung selama 12 pilokron sebelum tanaman mulai menumbuhkan malai dan masuk ke fase pembungaan. Sebaliknya, dalam kondisi sedikit hara dan air, pilokron berlangsung lebih lama, dan hanya sedikit yang mampu mencapai fase pembungaan. Hanya beberapa batang yang tumbuh dalam fase awal pilokron, dan tidak ada sama sekali selama pilokron kedua dan ketiga. Setelah fase pilokron ketiga setiap batang akan menghasilkan batang baru dari pangkalnya dengan tenggang waktu satu pilokron sebelum proses malai. Akar bibit mengalami trauma saat terkena sinar matahari dan mengering, saat ditanam di tempat yang tidak ada kontak dengan udara dan saat bulu akar keluar dari akar pertama, akan hilang atau rusak jika terlambat ditranspalantasi. Trauma ini memperlambat pertumbuhan berikutnya, sehingga banyak pilokron yang tidak tercapai sebelum inisiasi malai. Banyak metode transplantasi menyebabkan tanaman terhambat tumbuh selama satu atau dua minggu yang juga menghambat pertumbuhan selanjutnya. Untuk pertumbuhan batang maksimum, tanaman perlu menyelesaikan sebanyak mungkin pilokron selama fase vegetatif. SRI membutuhkan lebih banyak tenaga kerja per ha daripada metode tradisional. Bila petani tidak terbiasa mentransplantasi bibit kecil umur 2 minggu dalam jarak ruang dan kedalaman tertentu, proses ini bisa membutuhkan waktu dua kali lebih lama. Tapi jika para petani sudah merasa nyaman dan menguasai tekniknya, transplantasi membutuhkan waktu lebih singkat karena jumlah bibit yang ditanam jauh lebih sedikit. Dengan SRI, diperlukan lebih banyak waktu juga untuk mengatur pengairan sawah dibandingkan cara lama. Ini berarti sistem irigasi perlu diatur secara tepat agar memungkinkan air masuk dan keluar dari sawah secara teratur. Kebanyakan irigasi hanya dibuat untuk menyimpan banyak air, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada petak dan pengairan lebih dulu sebelum memulai metode SRI.

2.3. Pelapukan Mineral