pun dan kalian tidak dibalasi, kecuali dengan balasan apa yang telah kalian kerjakan.
15
ْ َىعرس ر ْ َامرْ لشإلْ نلَاس
ر ُنلم ل للْ س
ر يملشْ نأرور
ْ ْ ْ
Artinya : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh
selain apa yang telah diusahakannya”, QS. An- Najm : 39 .
Tafsir jalalain : Dan bahwasanya bahwasanya perkara yang sesungguhnya itu ialah seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya yaitu memperoleh kebaikan dari usahanya yang baik, maka dia tidak akan memperoleh kebaikan sedikit pun dari
apa yang diusahakan oleh orang lain.
16
Ayat-ayat di atas, menegaskan bahwa pekerjaan seseorang akan dibalas menurut berat pekerjaannya itu. Upah adalah hak dan bukan
pemberian sebagai hadiah. Upah hendaklah proporsional, sesuai dengan kadar kerja atau hasil produksi dan dilarang adanya
eksploitasi. Bila tenaga kerja merupakan faktor utama dalam produksi, maka selayaknya ia memperoleh imbalan yang lebih manusiawi.
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia merupakan sistem dasar pengupahan manusiawi, baru setelah itu dikombinasikan dengan
unsur yang lainnya. Menurut Bapak Udin selaku Manager Umum di KSP Mekar
Jaya, semua karyawan dibayarkan upahnya sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukannya, yang mana besarnya upah dihitung
berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan.
b. Layak
Jika konsep Adil berbicara tentang kejelasan, transparasi serta proporsionalitas ditinjau dari berat pekerjaannya, maka konsep Layak
berhubngan dengan besaran upah yang diterima.
15. Asy-Syayuthi dan Al-Mahally, Tafsir Jalalain , Q.S [36]: 54. 16. Asy-Syayuthi dan Al-Mahally, Tafsir Jalalain , Q.S [53]: 39.
79
1 Layak Bermakna Cukup Pangan, Sandang, Papan
ل ر عرجرْ ن
م مرفرْ م م ك
ه يمدليمأرْ ت ر ح
م ترْ ههللاْ مهههلرعرجرْ ممك ه ُنهاُورخمإلْ ممهه
ههسسس م بللميهلمورْ ل
ه ك ه َاميرْ َامشملْ ههممعلط
م يهلمفرْ هلدليرْ ت ر ح
م ترْ ههَاخرأرْ ههللا ن
م إلسسفرْ ههسسبهللغميرْ َاسسمرْ للسسمرعرلماْ ن ر سسملْ ههفهلبك
ر يهورْ لرْ َامشملْ س ه
برلمير ْ ْ هليملرعرْ ههنمعليهلمفرْ ههبهللغميرْ َامرْ ههفرلشكر
“Mereka para budak dan pelayanmu adalah saudaramu, Allah menempatkan mereka di bawah asuhanmu; sehingga barang siapa
mempunyai saudara di bawah asuhannya maka harus diberinya makan seperti apa yang dimakannya sendiri dan memberi pakaian
seperti apa yang dipakainya sendiri; dan tidak membebankan pada mereka dengan tugas yang sangat berat, dan jika kamu
membebankannya dengan tugas seperti itu, maka hendaklah membantu mereka mengerjakannya. HR. Muslim.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Mustawrid bin Syadad Rasulullah SAW bersabda :
ن م سسمرْ ل
ه ُوقهيرْ مرلشس ر ورْ هليملرع
ر ْ مهلشلاْ َّيلشص ر ْ َّي
ب بلنشلاْ ت ه عمملس
ر ومأرْ لر
ل زسسنممرْ ذهسسخلتشيرلمفرْ ل ن ْ زلسسنممرْ ههلرْ س
ر يملرورْ لرمرعرْ َانرلرْ َّي
ر للور مندلسسخرْ ههسسلرْ س
ر سسيملرْ ومأرْ جموشزرسستريرلمفرْ ةنسسجرومزرْ ههسسلرْ ت
م سسس ر يملر
ن م مرورْ ةربلادرْ ذمج
ل تشيرلمفرْ ةنبشادرْ ههلرْ ت م س
ر يملرْ ومأ ر ْ َامحدلَاخرْ ذمجلتشيرلمفر
ْ دمحاْ ْ ل ل َاغرُورههفرْ ك
ر للذرْ َىُورس ل ْ أحْىيمشْ ب
ر َاص ر أ
ر
“Barang siapa mengangkat pekerja, jika ia tidak mempunyai rumah harus dibikinkan rumah; jika belum menikah harus dinikahkan; jika
tidak mempunyai pembantu harus dicarikan pembantu; jika tidak mempunyai kendaraan harus diberikan kendaraan. Jika Majikan
tidak memberikan hal tersebut, ia adalah pembunuh”
.
Dari dua hadits diatas, dapat dikatakan bahwa kelayakan upah yang diterima oleh pekerja dilihiat dari 3 aspek yaitu : Pangan
makanan, Sandang pakaian dan Papan tenpat tinnggal. Bahkan bagi pegawai atatu karyawan yang masih belum menikah, menjadi
tugas majikan yang mempekerjakannya untuk mencarikan jodohnya. Artinya, hubungan antara majikan atau atasan dengan karyawan bukan
hanya sebatas hubungan pekerjaan formal, tetapi karyawan sudah dianggap merupakan keluarga atasan. Konsep yang menganggap
80
karyawan sebagai bagian keluarga atasannya merupakan konsep Islam yang sudah lebih dari 14 abad yang lalu yang telah dicetuskan.
17
Konsep ini dipakai oleh pengusaha-pengusaha Arab pada masa lalu, dimana mereka pengusaha muslim seringkali memperhatikan
kehidupan karyawannya di luar lingkungan kerjanya. Hal inilah yang sangat jarang dilakukan pada masa sekarang. Wilson menulis dalam
bukunya yang berjudul Islamic Business Theory and Practice yang artinya kira-kira seperti ini : “walaupun perusahaan itu bukanlah
perusahaan keluarga, para majikan atau atasan Muslimin seringkali memperhatikan kehidupan karyawannya di luar lingkungan kerjanya,
hal ini sulit dipahami untuk para pengusaha Barat”. Konsep inilah yang sangat berbeda dengan konsep upah menurut Barat. Konsep upah
menurut Islam, tidak dapat dipisahkan dari konsep moral. Mungkin sah-sah saja jika upah karyawan di Barat sangat kecil karena
pekerjaannya sangat rendah misalnya cleaning service. Tetapi dalam konsep Islam, meskipun cleaning service, tetapi faktor layak menjadi
pertimbangan utama dalam menentukan berupa upah yang akan diberikan.
Menurut Bapak Haris Nasrudin, S.Pd selaku Kepala Bagian Kredit Mikro, upah di Indonesia belum memenuhi standar layak yang
bermakna cukup pangan, sandang, dan papan. Hal ini dilihat dari masih kurang memadainya upah yang diberikan dengan kebutuhan
pokok yang ditanggung para karyawan. Begitu pula dengan KSP Mekar Jaya yang sudah mampu menerapkan standar upah dengan
upah minimum yang distandarkan oleh Pemerintah Daerah.
18
Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa KSP Mekar Jaya belum mampu memenuhi kelayakan pangan, sandang, dan papan.
Yang mana dalam perhitungan standar minimum upah, pihak KSP Mekar Jaya baru mampu menghitung upah berdasarkan cicilan rumah
tetapi belum mampu memberikan fasilitas rumah kepada karyawan.
17 Mustofa, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Upah Minimum, hal 33. 18 Wawancara langsung dengan Bapak Haris Nasrudin,S.Pd selaku Kepala Bagian Kredit
Mikro KSP Mekar Jaya Luragung , 27 Agustus 2016.
81
Begitu pula halnya dengan sandang yang dalam perhitungan standar upah belum mencantumkan pemenuhan sandang berupa pakaian untuk
kehidupan sehari-hari. Namun untuk seragam pihak KSP Mekar Jaya sudah berupaya memberikan pakaian kerja agar membantu karyawan
dalam pemenuhan seragam kerja. Dalam hal pangan, dinilai KSP Mekar Jaya menghitung besarnya pemenuhan upah Rp.30.000 perhari
yang menurut penulis hal tersebut sudah dinilai cukup untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari bagi para karyawan lajang.
Namun, untuk karyawan yang telah berkeluarga dihitung dengan Rp.40.000 perhari yang dinilai penulis hal ini belum memenuhi
kebutuhan pangan kepada karyawan dan keluarganya. 2 Layak Bermakna Sesuai Dengan Pasaran
Dalam firman Allah SWT sebagai berikut :
ض ل
رملم ر اْ َّيفلْ اُومثرعمترْ لرورْ ممههءَايرشمأرْ س
ر َانشلاْ اُوس
ه خ ر بمترْ لرور
ْ ن ر يدلس
ل فممه
Artinya :“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan. QS. Asy-Syua’ra : 183 .
Tafsir Jalalain : Dan janganlah kalian merugikan manusia pada hak- haknya janganlah kalian mengurangi hak mereka barang sedikit pun
dan janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan melakukan pembunuhan dan kerusakan-kerusakan lainnya.
Lafal Tatsau ini berasal dari Atsiya yang artinya membuat kerusakan; dan lafal Mufsidiina merupakan Hal atau kata keterangan keadaan
daripada Amilnya, yaitu lafal Tatsau.
19
Ayat di atas menjelaskan bahwa janganlah seseorang merugikan orang lain, dengan cara mengurangi hak-hak yang seharusnya
diperolehnya. Dalam pengertian yang lebih jauh hak-hak dalam upah
19. Asy-Syayuthi dan Al-Mahally, Tafsir Jalalain , Q.S [26]: 183.
82
bermakna bahwa janganlah mempekerjakan seseorang jauh dibawah upah yang biasanya diberikan. Jika ini terjadi , berarti pengusaha
sudah tidak berbuat layak bagi karyawannya.
20
Dari penelitian yang dilakukan di KSP Mekar Jaya, maka penulis menyimpulkan bahwa pihak KSP Mekar Jaya sudah berupaya
memenuhi pemberian upah yang layak bermakna sesuai dengan pasaran atau upah standar minimum yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah. Dari uraian upah menurut konsep Islam diatas, maka dapat
digambarkan bagaimana konsep upah dalam Islam memiliki 2 dua dimensi, yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat. Untuk menerapkan
upah dalam dimensi dunia, maka konsep moral merupakan hal yang sangat penting agar pahala dapat diperoleh sebagai dimensi akhirat
dari upah tersebut. Jika moral diabaikan, maka dimensi akhirat tidak akan tercapai. Oleh karena itulah konsep moral diletakkan pada kotak
paling luar, yang artinya, konsep moral dibutuhkan untuk menerapkan upah dimensi dunia agar upah dimensi akhirat dapat tercapai.
Dimensi upah di dunia dicirikan oleh 2 hal, yaitu adil dan layak. Adil bermakna bahwa upah yang diberikan haruslah jelas, transparan
dan proporsional. Layak bermakna bahwa upah yang diberikan harus mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta tidak jauh
berada di bawah pasaran. Aturan manajemen upah ini perlu didudukkan pada posisinya, agar mempermudah bagi kaum muslimin
atau pengusaha muslim dalam menerasdspkan manajemen syariah dalam pengupahan karyawan di perusahan.
2. Hal-hal dalam Bermuamalah