45 Kurva keseimbangan bio-ekonomi pada Gambar 16 menunjukkan upaya
penangkapan udang di Kabupaten Cilacap secara aktual telah melampaui kondisi optimum atau nilai maksimum ekonomi lestari MEY. Pada kurva tersebut titik
h-Aktual telah melewati titik MEY, apabila upaya penangkapan terus bertambah maka akan mencapai nilai sumberdaya lestari maksimum MSY. Apabila telah
melewati batas MSY berakibat tidak saja pada penurunan keuntungan hasil tangkapan terlebih pada degradasi sumberdaya udang yang ditangkap. Hal ini
menggambarkan kondisi kegiatan penangkapan udang di Kabupaten Cilacap sudah tidak optimal, karena dengan setiap bertambahnya upaya penangkapan
keuntungan tetap semakin menurun. Apabila upaya penangkapan udang terus bertambah, dengan cepat akan mancapai nilai tangkapan maksimum lestari dan
apabila berlanjut tidak hanya keuntungan hasil tangkapan yang berkurang, tetapi sumberdaya udang akan terus mengalami penurunan.
Hal tersebut juga sesuai dengan penurunan produktivitas alat tangkap udang trammel net pada analisis CPUE. Pada analisis CPUE menunjukkan seberapapun
besar upaya penangkapan udang dengan trammel net, apabila telah melampaui MEY, maka keuntungan dari kegiatan penangkapan udang akan terus menurun.
Apabila tidak ada pengaturan yang baik, akan berujung pada titik Open Access, yang berarti bahwa kegiatan penangkapan yang dilakukan akan menderita
kerugian baik secara finansial maupun punahnya sumberdaya udang hasil tangkapan.
4.2 Peta Kawasan Mangrove di Cilacap
Penyusunan peta liputan lahan Kabupaten Cilacap bertujuan salah satunya untuk mengetahui posisi atau keberadaan dan luasan hutan mangrove. Peta
disusun dari data dasar citra satelit. Luasan hutan mangrove pada hasil peta mengabaikan kerapatan vegetasinya. Berdasarkan citra satelit tahun 2005, 2007
dan 2009, diolah menjadi peta liputan lahan Cilacap tahun 2005 Gambar 17, peta liputan lahan Cilacap tahun 2007 Gambar 18 dan peta liputan lahan Cilacap
tahun 2009 Gambar 19.
46 Gambar 17 Peta liputan lahan Kabupaten Cilacap tahun 2005
Gambar 18 Peta liputan lahan Kabupaten Cilacap tahun 2007
47 Gambar 19 Peta liputan lahan Kabupaten Cilacap tahun 2009
Berdasarkan ketiga peta tersebut diperoleh luasan kawasan mangrove yaitu: tahun 2005 seluas 14.502,55 Ha; tahun 2007 seluas 9.326,71 Ha; dan tahun 2009
seluas 2.618,78 Ha.
4.3 Permasalahan Penurunan Hasil Tangkapan Udang
Penelitian mengenai penurunan hasil tangkap udang akan dianalisis berdasarkan proses sebab-akibat menggunakan diagram tulang ikan fish-bone
Ishikawa . Komponen penyusun diagram tersebut terdiri atas permasalahan
utama, penyebab, dan alasan. Diagram sebab-akibat, dikenal dengan fish bone diagram Ishikawa, mengungkapkan antara permasalahan dengan penyebab dan
alasan timbulnya penyebab permasalahan. Permasalahan dirumuskan berdasarkan tujuan dari penelitian. Faktor
penyebab berasal dari diskusi dan survei yang dilakukan di lapangan, kemudian membentuk kuisioner bagi responden pelaku perikanan dan pemangku
kepentingan yang terkait. Pelaku perikanan dan pemangku kepentingan terkait terdiri dari pengusaha kapal udang, nelayan penangkap udang, pengurus nelayan,
pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Cilacap, pejabat Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap dan pedagangbakul udang.
48 Kategori sebab akibat terbagi atas empat bagian besar terkait penurunan
hasil tangkapan udang, diantaranya adalah sumberdaya manusia nelayan, kapal dan alat tangkap, sumberdaya mangrove, dan yang terakhir adalah metode
pengelolaan penangkapan. Penyebab dapat ditelusuri kembali ke akar penyebab berdasarkan kriteria yang ada, seperti pada Gambar 20.
Gambar 20 Faktor-faktor penyebab penurunan hasil tangkapan udang
Faktor-faktor penyebab permasalahan penurunan hasil tangkapan udang dikelompokkan menjadi 5 lima hal yaitu sumberdaya manusia nelayan, kapal
dan alat tangkap, populasi udang, metode penangkapan dan mangrove. Berikut adalah akar sebab dari permasalahan penurunan hasil tangkapan udang yaitu:
1 Sumberdaya manusia nelayan:
1 Kurangnya partisipasi nelayan untuk menjaga sumberdaya udang dan
mangrove. Hal ini disebabkan penyuluhan yang tidak intensif. 2
Manfaat ekonomi usaha penangkapan rendah. Hal ini disebabkan karena nilai ekonomi hasil tangkapan udang tidak mencukupi lagi untuk
memenuhi kebutuhan hidup nelayan. 2
Kapal dan alat tangkap: 1
Jumlah armada kapal penangkap udang yang terus bertambah. Penambahan tersebut karena bertambahnya kapal lokal dan kapal dari luar
Cilacap.
49 2
Alat tangkap yang terus bertambah dari sisi ukuran maupun jumlahnya. Ukuran alat tangkap semakin besar dan jumlah alat tangkap juga semakin
bertambah. 3
Populasi udang: 1
Jumlah populasi udang semakin menurun akibat tekanan penangkapan yang tinggi.
2 Pertumbuhan udang terganggu, sebagai akibat dari penangkapan yang
turut menangkap induk dan anakan udang nener. 4
Metode penangkapan: 1
Pengaturan waktu tangkap tidak diatur. Waktu penangkapan idealnya diatur untuk memberikan kesempatan udang agar berkembang biak.
2 Jumlah upaya trip penangkapan tidak dikendalikan. Upaya penangkapan
idealnya diatur agar efektif, efisien dan tetap menguntungkan. 5
Hutan Mangrove: 1
Konservasi lahan hutan mangrove untuk lahan industri, pertanian, perikanan budidaya dan perumahan.
2 Pencemaran perairan di lokasi mangrove sebagai akibat aktifitas industri,
pariwisata, rumah tangga, pertanian dan perikanan budidaya yang membuang limbah, pupuk dan bahan-bahan kimia yang mencemari
perairan. 3
Penebangan mangrove untuk dijual sebagai kayu bakar maupun dibuat arang.
4.4 Strategi Pengelolaan Sumberdaya Udang