Sistem Informasi Geografis SIG

18 Overfishing pada dasarnya adalah penangkapan ikan yang melebihi kapasitas daya dukung alam sebenarnya. Economical overfishing tangkap lebih secara ekonomi pada hakikatnya adalah situasi dimana perikanan tangkap yang semestinya mampu menghasilkan rente ekonomi yang positif, namun ternyata menghasilkan rente ekonomi yang nihil oleh karena pemanfaatan input effort yang berlebihan Fauzy 2010.

2.4 Sistem Informasi Geografis SIG

Sistem Informasi Geografis SIG adalah sistem komputer yang mempunyai kemampuan pemasukan, pengambilan, analisis data dan tampilan data geografis yang sangat berguna bagi pengambilan keputusan. Sistem Informasi Geografis dirancang untuk secara efisien memasukkan, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisis dan menyajikan semua jenis informasi yang berorientasi geografis Prahasta 2002. Peta merupakan gambaran kenampakan muka bumi pada bidang datar dengan menggunakan skala. Gambar peta merupakan gambaran kenampakan muka bumi yang diperkecil dari kenyataan sebenarnya dan digambarkan dalam bentuk simbol. Peta dapat digunakan untuk menjelaskan kondisi lingkungan suatu tempat. Peta juga digunakan untuk mendapatkan luasan suatu wilayah kawasan misalnya kawasan hutan. Peta akan memiliki tingkat pemanfaatan yang lebih tinggi apabila peta tersebut kemudian dikonversi menjadi Sistem Informasi Geografis SIG. Dengan SIG, maka peta tidak hanya sekedar dipahami sebagai gambar 2 dimensi saja, tetapi peta dapat dimaksimalkan pemanfaatannya sebagai alat untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi pembangunan antar sektor, antar institusi, dan antar stakeholders. Pemasukan data ke dalam sistem informasi geografis dilakukan dengan cara digitasi dan tabulasi. Manajemen data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan kembali, dan pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Proses manipulasi dan analisa data dilakukan interpolasi spasial dari data non-spasial menjadi data spasial, mengkaitkan data tabuler ke 19 data raster, tumpang susun peta yang meliputi map crossing, tumpang susun dengan bantuan matriks atau tabel dua dimensi, dan kalkulasi peta. Keluaran utama dari sistem informasi geografis adalah informasi spasial baru yang dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu tersimpan dalam format raster dan tercetak ke hardcopy , sehingga dapat dimanfaatkan secara operasional. Perencanaan spasial atau keruangan di wilayah pesisir lebih kompleks dibandingkan dengan perencanaan spasial di daratan karena 1 perencanaan di daerah pesisir harus mengikutsertakan semua aspek yang berkaitan baik dengan wilayah daratan maupun lautan, 2 aspek daratan dan lautan tersebut tidak dapat dipisahkan secara fisik oleh garis pantai. Kedua aspek tersebut saling berinteraksi secara terus menerus dan bersifat dinamis seiring dengan proses-proses fisik dan biogeokimia yang terjadi, 3 bentang alam daerah pesisir berubah secara cepat bila dibandingkan dengan wilayah daratan. Secara praktis penerapan SIG untuk pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan adalah 1 Konsep pembangunan basis data, 2 Penentuan ketersediaan wilayah pesisir Coastal Use Availability, dan 3 Penentuan wilayah pesisir untuk pengembangan Dahuri 1997. Struktur data spasial dalam Sistem Informasi Geografis SIG dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur data vektor dan raster. Struktur data vektor kenampakan keruangan akan dihasilkan dalam bentuk titik dan garis yang membentuk kenampakan tertentu, sedangkan struktur data raster kenampakan keruangan akan disajikan dalam bentuk konfigurasi sel-sel yang membentuk gambar Prahasta 2002. Sistem Informasi Geografis SIG terdiri dari tiga bagian yang terintegrasi, yaitu 1 Geografi; dunia nyata, atau realita spasial, atauilmu bumi geografi; 2 Informasi; data dan informasi, meliputi arti dan kegunaanya; dan 3 Sistem; teknologi komputer dan fasilitas pendukung. Dengan kata lain SIG merupakan kumpulan dari tiga aspek dalam kehidupan dunia modern kita, dan menawarkan metode baru untuk memahaminya. Informasi penutupan lahan dapat diekstrak langsung melalui proses interpretasi citra atau foto udara yang kualitasnya baik. Namun demikian, 20 informasi tentang penggunaan lahannya tidak dapat diketahui secara langsung.Oleh karena itu diperlukan pengecekan lapang untuk mengetahui penggunaanlahan di suatu daerah. Pengecekan lapang atau disebut juga ground “truth” didefinisikan sebagai observasi, pengukuran, dan pengumpulaninformasi tentang kondisi aktual di lapangan dalam rangka menentukan hubungan antara data penginderaan jauh dan obyek yang diobservasi. Dengan demikian apabila ditemukan perbedaan pola atau kecenderungan yang tidak dimengerti pada data penginderaan jauh, bisa dilakukan verifikasi dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Aplikasi Sistem Informasi Geografis SIG telah banyak digunakan untuk perencanaan pertanian, industri dan penggunaan lahan. Analisis terpadu terhadap penggunaan lahan, debit air, data kependudukan dan pengaruh dari masing- masing data dapat dilakukan. Secara teknis, proses analisis spasial untuk penentuan lahan mangrove dan konversi lahan yang terjadi di pesisir Kabupaten Cilacap dengan bantuan perangkat lunak SIG ArcView dapat dilakukan dengan bantuan ekstensi Geoprocessing. Tahapan atau langkah-langkah dalam analisis spasial akan diuraikan berikut ini dengan menggunakan contoh. Data spasial yang digunakan dalam contoh ini adalah data spasial dalam format ArcView Shapefile .shp, dengan nama file sebagai berikut: 1 Vegetasi.shp data spasial kondisi penutupan lahan; 2 Mangrove.shp data spasial mangrove; 3 Sedimentasi.shp data spasial tingkat sedimentasi; dan 4 Bangunan.shp data spasial kondisi bangunan konversi lahan. Batas wilayah pemetaan dari data spasial pada contoh yang digunakan adalah DASSub DAS Lancar. Sungai Lancar adalah sungai yangbermuara di Segara Anakan. Meskipun sungai dan sistem sungaiyang digunakan dalam contoh ini adalah riil namun data dan informasi untuk setiap kriteria parameter telah disesuaikan dengan maksud hanya sebagai contoh untuk mempermudah dalam menjelaskan tahapan teknis penyusunan data spasial lahan kritis. Secara garis besar tahapan dalam analisis spasial untuk penyusunan data spasial lahan kritis terdiri dari 4 tahap yaitu: 1 Tumpang susun overlay data spasial; 2 Editing data atribut; 3 Analisis tabular; dan 4 Presentasi grafis spasial hasil analisis. 21

2.5 Metode Ishikawa