Sifat Mikroskopis Sifat anatomi the least known wood species suku Magnoliaceae: Talauma gigantifolia Miq., T. liliifera O. K., T. rubra Miq., dan T. singapurensis Ridl.

16

2. Tekstur

Hasil pengukuran tekstur kayu menunjukkan bahwa tekstur kelima jenis kayu yang diteliti bervariasi: mulai halus-sedang hingga sedang-kasar. Kayu T. singapurensis dan T. gigantifolia bertekstur halus-sedang, kayu T. liliifera bertekstur halus-kasar, sementara T. rubra dan A. elegans merupakan kayu-kayu yang bertekstur sedang-kasar. Khusus terhadap kayu A. elegans, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa tekstur kayu A. elegans tergolong agak halus dan merata Sosef et al. 1998. Perbedaan ini diduga terkait dengan perbedaan umur sampel yang digunakan.

3. Arah serat

Hasil pengamatan terhadap arah serat menunjukkan bahwa kayu T. rubra dan T. singapurensis memiliki arah serat yang sama dengan kayu A. elegans; sedangkan T. gigantifolia dan T. liliifera tidak. Kayu A. elegans, T. rubra dan T. singapurensis memiliki arah serat lurus hingga agak berpadu; sedangkan T. gigantifolia dan T. liliifera memiliki arah serat lurus. Sebagaimana halnya dengan tekstur kayu, hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian terdahulu. Menurut Sosef et al. 1998, kayu A. elegans berserat lurus. Perbedaan ini diduga terkait dengan perbedaan umur dan kondisi sampel yang digunakan.

B. Sifat Mikroskopis

Hasil pengamatan sifat mikroskopis pada kelima jenis kayu untuk ketiga bidang pengamatan disajikan pada Gambar 5, 6 dan 7. Sifat mikroskopis yang diamati adalah pembuluh, serat, jari-jari dan parenkim. 17 Gambar 5 Penampang lintang kelima jenis kayu yang diteliti: a A. elegans; b T. gigantifolia ; c T. liliifera; d T. rubra; dan e T. singapurensis Perbesaran 50x Gambar 6 Penampang radial kelima jenis kayu yang diteliti: a A. elegans; b T. gigantifolia ; c T. liliifera; d T. rubra; dan e T. singapurensis Perbesaran 50x 18 Gambar 7 Penampang tangensial kelima jenis kayu yang diteliti: a A. elegans; b T. gigantifolia ; c T. liliifera; d T. rubra; dan e T. singapurensis Perbesaran 50x

1. Sel pembuluh

Hasil pengamatan terhadap sel pembuluh yang meliputi pola penyebaran, pengelompokan, tipe bidang perforasi, pernoktahan, diameter dan jumlah per satuan luas disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik sel pembuluh pada lima jenis kayu yang diteliti Jenis Penye- baran Pengelom- pokkan Bidang Perforasi Noktah Dia- meter μ Jumlah per mm² Aromadendron elegans Tata baur Soliter dan gabung radial 2-6 sel Bentuk tangga Bentuk tangga 133-298 7-15 Talauma gigantifolia Tata baur Soliter dan gabung radial 2-5 sel Bentuk tangga Bentuk tangga 135-266 7-17 Talauma liliifera Tata baur Soliter dan gabung radial 2-5 sel Bentuk tangga Bentuk tangga; berhadap- hadapan 112-206 8-17 Talauma rubra Tata baur Soliter dan gabung radial 2-6 sel Bentuk tangga Bentuk tangga 78-224 9-24 Talauma singapurensis Tata baur Soliter dan gabung radial 2-3 sel Bentuk tangga Bentuk tangga 140-243 7-16 19 Dari Tabel 3 diketahui bahwa kelima jenis kayu yang diteliti banyak memiliki kemiripan dalam hal penyebaran dan pengelompokan pori serta tipe bidang perforasi dan pernoktahannya. Kayu T. singapurensis paling mudah dibedakan dari yang lainnya karena pengelompokan porinya yang hanya terdiri dari 2-3 sel dan memiliki ukuran diameter pori yang tergolong kecil hingga besar. Keempat jenis kayu lainnya memiliki diameter pori yang tergolong sedang hingga besar. Dari segi pengelompokan pori, kayu T. rubra serupa dengan kayu A. elegans ; sedangkan kayu T. gigantifolia serupa dengan T. liliifera. Perbedaan antara kayu T. rubra dengan A. elegans terletak pada ukuran diameter dan frekuensi sel pembuluh per mm 2 ; sedangkan antara T. gigantifolia dan T. liliifera terletak pada ukuran diameter pori dan tipe pernoktahannya. Diameter sel pembuluh pada kayu T. rubra lebih kecil dibandingkan dengan diameter sel pembuluh pada kayu A. elegans 78-224 μ berbanding 133-298 μ, sedangkan frekuensi sel pembuluhnya lebih banyak 9-24 sel berbanding 7-15 sel per mm 2 . Dibandingkan dengan kayu T. liliifera, diameter sel pembuluh pada kayu T. gigantifolia lebih besar 135- 266 μ berbanding 112-206 μ. Selain pernoktahan bentuk tangga, pada dinding sel pembuluh kayu T. liliifera dijumpai juga pernoktahan yang berhadap-hadapan opposite. Hal menarik pada penelitian ini adalah ditemukannya tilosis pada semua jenis kayu Gambar 5. Menurut Pandit dan Kurniawan 2008, tilosis adalah isi pori yang tidak berwarna tetapi dapat memantulkan sinar bila kayu diarahkan ke sumber cahaya sinar. Selain tilosis, pada seluruh jenis kayu talauma yang diteliti juga dijumpai adanya endapan dan atau getah. Pada kayu T. gigantifolia dan T. singapurensis endapannya berwarna hitam dan merah, pada A. elegans dan T. rubra coklat, sedangkan pada T. liliifera berwarna merah.

2. Sel Parenkim

Dari gambar preparat mikrotom bidang melintang Gambar 5, kelima jenis kayu yang diteliti memiliki parenkim bentuk pita yang bervariasi dalam jumlah lapisan sel penyusunnya dan jumlah sel per untainya. Keempat jenis kayu talauma berparenkim pita tangensial panjang, sedangkan kayu A. elegans berparenkim tangensial pendek. Pada kayu T. gigantifolia dan T. singapurensis 20 parenkim bentuk pitanya terdiri dari 2-3 lapis sel, sementara pada kayu T. liliifera dan T. rubra 3-6 lapis sel. Parenkim pita tangensial pendek pada kayu A. elegans kurang jelas terlihat. Berdasarkan jumlah sel per untainya, parenkim pita pada A. elegans dan T. gigantifolia lebih banyak dibandingkan parenkim pita pada T. liliifera, T. rubra, dan T. singapurensis. Parenkim pita pada A. elegans dan T. gigantifolia sama- sama terdiri dari 5-8 sel per untai; sedangkan T. liliifera, T. rubra, dan T. singapurensis hanya 3-4 sel per untai.

3. Jari-jari

Hasil pengamatan terhadap sel jari-jari pada masing-masing bidang pengamatan yang meliputi lebar dan jumlah baris, komposisi, jumlah lapisan sel tegak dan sel bujur sangkar, bentuk kristal, lebar dan tinggi jari-jari serta keberadaan sel minyak saluran radial disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik sel jari-jari pada lima jenis kayu yang diteliti Bidang dan Parameter Pengamatan Aromaden- dron elegans Talauma gigan- tifolia Talauma liliifera Talauma rubra Talauma singapurens is X Lebar dan jumlah baris Uniseriate dominan; 1-2 seri Biseriate dominan; 1-3 seri Multiseriate dominan; 2-3 seri Biseriate dominan; 1-3 seri Biseriate dominan; 1-3 seri R Komposisi Hetero- seluler Hetero- seluler Heteroseluler Hetero- seluler Heteroseluler Jml lapisan sel tegak 0-3 1-7 1-3 1-3 1-4 Jml lapisan sel bujur sangkar 1-4 1-5 1-2 1-2 1-2 Bentuk kristal Cristalsand dan rhomboidal Cristalsand dan rhomboidal Cristalsand dan raphides Cristalsand dan raphides Cristalsand dan druse T Lebar 1-3 1-3 1-3 2-3 1-3 Tinggi 7-27 3-23 5-27 7-29 5-31 Sel minyak Ada Ada Ada Ada Ada Dari Tabel 4 diketahui bahwa sel jari-jari kayu pada kelima jenis kayu yang diteliti memiliki kesamaan dalam tiga hal, yaitu komposisi selnya heteroseluler, berisi kristal yang berupa butiran pasir dan ditemukan adanya sel- sel minyak yang radial. Komposisi sel yang heteroseluler menandakan bahwa jari- jari kayu disusun oleh sel-sel yang heterogen. Selain sel tegak dan sel bujur sangkar, ditemukan juga adanya sel-sel baring. 21 Dari hasil pengamatan pada bidang lintang diketahui bahwa lebar jari-jari bervariasi. Jari-jari kayu A. elegans didominasi oleh jari-jari uniseriate 1-2 seri, kayu T. gigantifolia, T. rubra, dan T. singapurensis biseriate 1-3 seri, sedangkan kayu T. liliifera multiseriate 2-3. Hasil pengamatan pada bidang radial memperlihatkan perbedaan dalam hal jumlah lapisan sel tegak dan sel bujur sangkar, dan macam bentuk kristal yang ada di dalam jari-jari kayu. Sel tegak pada jari-jari kayu T. liliifera dan T. rubra berjumlah 1-3 lapis, pada T. singapurensis 1-4 lapis, sementara pada T. gigantifolia 1-7 lapis. Sel tegak jari-jari pada kayu A. elegans berjumlah 0-3 lapis. Jumlah lapisan sel bujur sangkar pada jari-jari kayu T. liliifera sama dengan yang ditemukan pada jari-jari kayu T. rubra maupun T. singapurensis, yaitu 1-2 lapis. Nilai ini berbeda dibandingkan dengan yang terdapat pada kayu T. gigantifolia 1- 5 lapis ataupun pada kayu A. elegans 1-4 lapis. Selain cristal sand, macam kristal yang terdapat di dalam jari-jari kayu yang diteliti juga berbeda. Druse kristal yang permukaannya menonjol ditemukan pada kayu T. singapurensis, raphides kristal berbentuk jarum panjang pada kayu T. liliifera dan T. rubra, sedangkan rhomboidal kristal prisma segi banyak pada kayu T. gigantifolia dan A . elegans. Hasil pengamatan pada bidang tangensialnya menunjukkan bahwa lebar jari-jari kayu T. gigantifolia, T. liliifera dan T. singapurensis sama dengan lebar jari-jari kayu A. elegans tetapi berbeda dibandingkan dengan lebar jari-jari kayu T . rubra. Jari-jari kayu T. rubra relatif lebih lebar 2-3 berbanding 1-3 sel. Dari segi tinggi jari-jari, kelima jenis kayu yang diteliti juga bervariasi. Kayu T. rubra dan T. singapurensis tergolong paling tinggi, dan diikuti oleh kayu T . liliifera dan A. elegans. Kayu T. gigantifolia memiliki tinggi jari-jari yang paling pendek. Berdasarkan klasifikasi tinggi jari-jari kayu menurut Pandit dan Kurniawan 2008, maka kelima jenis kayu yang diteliti termasuk kayu dengan jari-jari yang tergolong tinggi 15 sel. Berdasarkan hasil yang diperoleh Tabel 3 dan 4 diketahui bahwa semua kayu yang diteliti memiliki bidang perforasi tipe tangga dan sel minyak. Oleh 22 karena itu keduanya merupakan ciri penting identifikasi jenis kayu untuk anggota suku Magnoliaceae. 23

4. Dimensi Serat dan Nilai Turunannya

Hasil pengamatan terhadap dimensi serat yang meliputi panjang, diameter dan tebal dinding serta diameter lumen disajikan pada Tabel 5. Nilai turunan dimensi serat yang terdiri dari Runkle ratio RR, felting power FP, Mulhstep ratio MR, flexibility ratio FR, dan coeffisien of rigidity CR disajikan pada Tabel 6. Tabel 5 Rata-rata nilai dimensi serat 5 jenis kayu yang diteliti Jenis Dimensi μm Panjang serat Diameter serat Diameter lumen Tebal dinding Aromadendron elegans 2019