2 rubra
dan T. singapurensis. Melalui penelitian terhadap struktur anatominya diharapkan keempat jenis kayu tersebut memiliki sifat yang baik, minimal sama
dengan kayu A. elegans sehingga dapat digunakan sebagai pengganti kayu-kayu yang banyak digunakan yang ketersediaannya saat ini terus berkurang. Dengan
pengetahuan yang lebih baik tentang sifat dasar yang dimiliki, maka pemanfaatan kayu akan lebih optimal.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat anatomi kayu
Talauma gigantifolia,
T. liliifera, T. rubra dan T. singapurensis,
baik makroskopis maupun mikroskopis, dan membandingkannya dengan sifat yang sama pada kayu
A .
elegans
.
C. Manfaat
Sifat anatomi yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam kegiatan identifikasi jenis dan mengarahkan pemanfaatan yang
optimal dari kayu-kayu yang sangat kurang dikenal ini sebagai bahan baku industri, serta memperkaya ilmu pengetahuan dibidang teknologi hasil hutan
khususnya terkait dengan diversifikasi pemanfaatan kayu. Manfaat lainnya adalah menambah informasi mengenai sifat anatomi jenis-jenis kayu Indonesia. Dengan
demikian, ketergantungan terhadap beberapa jenis kayu tertentu dapat dikurangi.
D. Hipotesis
1. Terdapat perbedaan sifat dan struktur anatomi diantara keempat jenis kayu
Talauma spp . yang diteliti; dan antara Talauma spp. dengan cempaka
hutan. 2.
Dimensi dan nilai turunan dimensi serat serta dimensi sel pembuluh pada keempat jenis Talauma spp. yang diteliti berbeda dengan dimensi dan nilai
turunan dimensi serat serta dimensi sel pembuluh pada kayu cempaka utan.
3. Meski karakteristik anatomi keempat jenis kayu Talauma spp. yang diteliti
berbeda dibandingkan dengan karakteristik anatomi kayu cempaka utan, pemanfaatan keduanya diperkirakan dapat saling menggantikan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sifat Makroskopis Kayu
Sifat makroskopis kayu adalah sifat atau karakteristik kayu yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar loupe
perbesaran 10-15 X. Sifat ini biasanya subjektif dan tidak berhubungan langsung dengan kekuatan kayu Pandit dan Kurniawan 2008. Beberapa sifat makroskopis
yang umum diamati adalah: a.
Warna Secara umum warna alami kayu dibedakan atas gelap dan terang terkait
dengan banyaknya kandungan ekstraktif di dalam kayu Hoadley 1980. Semakin tinggi kadar ekstraktif, maka warna kayu akan semakin gelap. Untuk lebih
memastikan warna sepotong kayu dilakukan pengukuran nilai-nilai kemerahan redness, kekuningan yellowness, dan kebiruan blueness pada bidang
tangensial kayu Gambar 1 dengan menggunakan spectrophotometer.
Gambar 1 Bidang pengamatan kayu Warna kayu dipengaruhi oleh letak kayu di dalam batang, umur saat pohon
ditebang, dan lama penyingkapan. Kayu di bagian gubal umumnya lebih terang dibandingkan dengan yang di bagian teras, sedangkan kayu dari pohon-pohon tua
dan permukaan kayu yang sudah lama tersingkap terkena udara pada umumnya lebih gelap.
Lintang Tangensial
Radial
4 b.
Corak Corak merupakan tampilan gambar pada permukaan suatu jenis kayu
akibat adanya lingkaran tumbuh yang jelas atau akibat arah pemotongan yang berbeda Gambar 2. Contoh corak akibat perbedaan yang jelas antara kayu awal
dan kayu akhir dari satu lingkaran tumbuh dapat dijumpai pada kayu jati, sungkai, suren dan lain sebagainya Mandang dan Pandit 2002.
Gambar 2 Beberapa contoh corak kayu
Sumber: Haygreen et al. 2003
c. Tekstur
Tekstur kayu menunjukkan ukuran relatif dari sel-sel dominan penyusun kayu. Kayu dikatakan bertekstur halus apabila sel-sel penyusunnya berukuran
30 μ, bertekstur sedang bila berukuran 30-45 μ, dan bertekstur kasar bila 45 μ Pandit dan Kurniawan 2008.
d. Arah Serat
Arah serat menunjukkan orientasi longitudinal dari sel-sel penyusun kayu terhadap sumbu batang. Dikatakan berserat lurus apabila orientasi longitudinal
dari sel-sel tersebut sejajar dengan sumbu batang, dan dikatakan berserat miring apabila orientasi sel-sel tersebut membentuk sudut terhadap sumbu batang. Serat
miring dapat dibedakan atas serat berpadu interlocked grain, bergelombang mirip ombak wavy grain, terpilin menyerupai spiral spiral grain, dan diagonal
diagonal grain Gambar 3.
5 Gambar 3 Macam-macam arah serat
i. Serat terpadu apabila arah serat antar riap tumbuh berganti-ganti terhadap sumbu batang
ii. Serat bergelombang pada permukaan kayu
iii. Serat terpilin seakan-akan mengelilingi sumbunya puntir.
iv. Serat diagonal akibat penggergajian sehingga bagian tepi papan yang digergaji tidak sejajar
dengan batang melainkan membentuk sudut.
e. Kilap
Kilap merupakan refleksi suatu permukaan benda terhadap sinar atau cahaya. Beberapa jenis kayu tampak mengkilap atau kusam tergantung dari
karakteristik yang dimilikinya. Kilap dipengaruhi oleh zat ekstraktif dan bahan lain yang ada di dalam jari-jari kayu. Kilap kayu diamati pada bidang radial.
f. Kesan Raba
Kesan raba secara kualitatif diketahui dengan cara menggosok-gosokkan jari ke permukaan kayu sehingga kayu dapat dinilai licin berlilin, berminyak atau
kesat kasar. Kayu yang terasa licin jika diraba umumnya bertekstur halus dan ber-berat jenis tinggi; sedangkan kesan raba berminyak menandakan kayu banyak
mengandung zat ekstraktif dari golongan lemak minyak. Pada umumnya kesan raba pada kayu tergolong kesat.
Kesan raba terkait dengan tekstur, kadar air dan kadar zat ekstraktif di dalam kayu. Identifikasi kayu untuk kesan raba dilakukan pada saat kayu dalam
kondisi kering udara. g.
Bau Bau kayu berhubungan erat dengan kandungan zat ekstraktif. Bagian kayu
teras memiliki bau yang sangat kuat dibandingkan bagian kayu gubal. Umumnya kayu-kayu yang baru ditebang fresh cut memiliki bau yang lebih kuat
dibandingkan kayu yang sudah kering Hoadley 1980. Itulah sebabnya pengamatan terhadap bau kayu dilakukan pada permukaan yang baru dibuat.
6
B. Sifat Mikroskopis Kayu