3.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat Kabupaten Mamuju Utara, Paser, Flores dan Tabalong tahun 2010, Peta Rupa Bumi
Indonesia Lembar 2014-63 Gimpubia, 2014-52 Marthasari, 2014-54 Pasangkayu, 2014-33 Banggaiba tahun 1991, skala 1:50000. Alat yang digunakan berupa
seperangkat komputer yang dilengkapi dengan beberapa software seperti yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Software yang Digunakan Dalam Penelitian No.
Software Fungsi
1. Arc View 3.3
Digitasi, Query 2.
Arc GIS Koreksi geometri
3. ERDAS Imagine 9.2
Mosaic, Transformasi Indeks Vegetasi, Pemotongan citra cropping, Layout
4. ENVI 4.5
Membuat titik ROI Region of Interest, Menghitung nilai statistik pada titik ROI
5. Microsoft Excel
Pengolahan data statistik
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu persiapan, pengumpulan data dan analisis data. Secara ringkas tahapan penelitian disajikan
pada Gambar 6.
3.3.1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi penentuan lokasi penelitian dan studi literatur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan pada Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi
Barat. Studi literatur merupakan tahap studi pustaka mengenai topik penelitian.
3.3.2. Tahap Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini hanya dilakukan pengumpulan data sekunder, yang berupa data biomassa lapang. Data biomassa lapang ini bersumber dari KLH,
2010, dimana jumlah sampel yang diambil sebanyak 43 yang menyebar pada 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Mamuju Utara, Paser, Tabalong dan Flores, seperti
yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Sampel Biomassa Lapang Kabupaten Flores Timur, Mamuju Utara, Paser dan Tabalong.
Penutupan Lahan Kabupaten
Jumlah Flores Timur
Mamuju Utara Paser
Tabalong
Hutan Primer Hp 1
2 1
- 4
Hutan Sekunder Hs 3
- 1
1 5
Perkebunan Kb -
2 1
2 5
Kebun Campuran Kc 2
2 1
1 6
Mangrove Mgv 2
2 1
- 5
Rawa Rw 1
1 1
1 4
Semak Belukar Sb 2
- 1
2 5
Savana Svn 1
- -
- 1
Sawah Sw -
- 1
2 3
Tegalan Tg 1
1 1
2 5
Total
13 10
9 11
43
Gambar 6. Diagram Alir Penelitian
Peta penutupan lahan KLH,
2010
Citra Landsat Mamuju Utara, 2010
Citra Landsat Paser, Flores, Tabalong
Reinterpretasi Peta penutupan
lahan Kabupaten Mamuju Utara
Pengambilan RoI Perhitungan nilai statistik dengan
sampel 10x10 pixel median,rata-rata Model hubungan antara Biomassa atas
permukaan lapang dengan indeks vegetasi GCP
-Mamuju Utara -Paser
-Flores -Tabalong
Hasil pengukuran Biomasssa lapang
atas permukaan
Pengambilan RoI berdasarkan
Landuse
1. Analisis model hubungan indeks vegetasi
berdasarkan nilai R². 2.
Estimasi biomassa atas permukaan pada berbagai tipe penutupan lahan.
Dengan membedakan vegetasi alami dan non alami
Indeks Vegetasi NDVI
TNDVI RVI
TRVI
3.3.3. Tahap Analisis
Koreksi Geometri
dilakukan untuk memperbaiki distorsi geometrik sehingga diperoleh citra dengan sistem proyeksi dan koordinat yang sama. Peta
RBI Bakosurtanal skala 1:25000 digunakan sebagai peta referensi. Interpretasi penutupan lahan
dilakukan dengan menggunakan peta penutupan lahan yang bersumber dari KLH, 2010, karena masih di jumpai
beberapa lokasi yang batas penutupan lahannya kurang sesuai dengan kenampakannya di citra. Interpretasi dilakukan secara visual dengan pendekatan
kunci interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona, tekstur, dan situs.
Transformasi indeks vegetasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
kerapatan kanopi. Indeks vegetasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah NDVI, TNDVI, RVI, TRVI dan DVI. Sedangkan rumus masing-masing indeks
vegetasi disajikan pada tabel 6: Tabel 6. Formula Indeks Vegetasi
Keterangan: NIR
= nilai digital pada citra kanal inframerah dekat kanal 4 Red
= nilai digital pada citra kanal merah kanal 3
Model hubungan antara biomassa atas permukaan lapang dengan indeks vegetasi
diawali dengan pengambilan sampel nilai DN Digital Number. Pengambilan nilai DN diperoleh melalui nilai respon langsung spektral citra
Landsat yang diperoleh dengan proses ekstraksi langsung nilai digital dengan melakukan transformasi indeks vegetasi. Pengambilan nilai DN dilakukan dengan
dua cara yaitu:
No Formula
Tipe indeks vegetasi Rumus
Sumber 1
NDVI Normalized Diferrent
Vegetation Index NIR-RedNIR+Red
Deering et. al, 1975 2
TNDVI Transformed Normalized
Diferrent Vegetation Index NIR
− Red NIR + Red
+ 0,5 Deering et. al, 1975
3 RVI
Ratio Vegetation Index NIR
Red Rouse et. al, 1974
4 TRVI
Transformed Ratio Vegetation Index
NIR Red
Rouse et. al, 1974
1 Pengambilan sampel nilai pixel citra Landsat yang dilakukan berdasarkan pada
lokasi sampel lapang GPS pada 4 Kabupaten Flores Timur, Mamuju Utara, Paser, Tabalong dengan ukuran sampel 10x10 pixel yang kemudian dihitung
nilai rata-rata dan median. Nilai pixel rata-rata dan median masing-masing dikorelasikan dengan nilai biomassa lapang untuk memperoleh model hubungan
antara biomassa lapang dengan rata-rata dan median. Keluaran dari tahapan beberapa model hubungan antara biomassa lapang dengan masing-masing indeks
vegetasi yang selanjutnya dipilih model yang memiliki R² tinggi untuk setiap penutupan lahan. Jika nilai koefisien mendekati satu R=1, artinya hubungan
antara dua variabel itu kuat Lu et al., 2002. Nilai R² ini menunjukkan presentase besarnya variabilitas dalam data yang dijelaskan oleh model regresi. Model
regresi yang memiliki nilai R² terbaik selanjutnya akan digunakan untuk mengestimasi biomassa pada Kabupaten Mamuju Utara.
2 Pengambilan sampel nilai pixel citra Landsat yang dilakukan berdasarkan pada
variasi kondisi penutupan lahan yang ditunjukan dengan warna yang berbeda. Ukuran sampel setiap kondisi penutupan lahan 10x10 pixel yang kemudian
dihitung nilai rata-rata dan median. Nilai rata-rata dan median untuk setiap penutupan lahan digunakan untuk mengestimasi biomassa setiap penutupan lahan
dengan mendasarkan pada model yang terpilih. Pengambilan sampel ini hanya dilakukan di citra Kabupaten Mamuju Utara untuk estimasi jumlah biomassa
permukaan di Kabupaten Mamuju Utara. Adapun ilustrasi pengambilan sampel pada citra disajikan pada Gambar 6.
Gambar 7. Contoh Ilustrasi Pengambilan Sampel Berdasarkan Warna di Penutupan Hutan primer Hp Kabupaten Mamuju Utara
Hp 1 Hp 2 Rata-
Rata
Median
Estimasi biomassa atas permukaan Kabupaten Mamuju Utara Estimasi biomassa atas permukaan Kabupaten Mamuju Utara dicari
melalui hubungan matematis terbaik antara biomassa pengukuran lapang dengan indeks vegetasi pada masing-masing parameter rata-rata dan median dengan
menggunakan analisis regresi. Analisis regresi yang diperoleh dengan model persamaan:
Y = a x
b
dimana : Y
= Kandungan biomassa di atas permukaan a,b
= Parameter x
= Nilai DN Digital Number variabel bebas rata-rata dan median
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN MAMUJU UTARA
4.1.Letak Geografis
Kabupaten Mamuju Utara terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi Barat atau pada bagian barat dari Pulau Sulawesi Ibu kota kabupaten ini terletak di
Pasangkayu. Kabupaten Mamuju Utara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju yang terletak 719 km dari Makassar. Secara geografis terletak
pada posisi:
0° 40’ 10” – 10° 50’ 12” Lintang Selatan
119° 25’ 26” – 119° 50’ 20” Bujur Timur dari Jakarta, 0° 0’ 0” Jakarta = 160° 48’ 28” Bujur Timur Green Wich.
Kabupaten Mamuju Utara dibatasi oleh :
Utara : Kabupaten Donggala;
Timur :
Kabupaten Luwu Utara;
Selatan : Kabupaten Mamuju;
Barat :
Selat Makasar.
Gambar 8. Peta Batas Kecamatan Kabupaten Mamuju Utara.
Kabupaten Mamuju Utara dengan luas wilayah 304.375 Ha yang secara administrasi kepemerintahan pada tahun 2007 terbagi atas 11 kecamatan, terdiri
dari 63 desa. Kecamatan Baras merupakan kecamatan terluas yaitu 53.631 Ha atau 17,62 dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mamuju Utara, sedangkan
kecamatan terkecil adalah Kecamatan Pedongga yaitu 3.011 Ha 0,69. Jarak antara kecamatan dengan ibukota kabupaten yang paling jauh adalah
Kecamatan Duripoku dengan ibukota Tammarunang yang berjarak sekitar 101 km dari Pasangkayu, sedangkan kecamatan yang terdekat adalah Kecamatan
Pedongga yang beribukota di Malei yang berjarak sekitar 15 km dari Pasangkayu.
4.2.Penutupan Lahan
Secara umum wilayah di Kabupaten Mamuju Utara di dominasi oleh penggunaan lahan untuk perkebunan yang terdiri dari perkebunan ke coklat, jeruk
dan kelapa dalam. Selain untuk perkebunan seluas 133.197 ha atau 43,76 dari luas wilayah kabupaten Mamuju Utara, sebagian kecil lahan digunakan untuk
persawahan seluas 1.211 ha atau 0.40, pemukiman seluas 2.315 ha atau 0,76, dan sebagai lahan tambak seluas 1.281 ha atau 0,42. Meskipun demikian sampai
saat ini masih terdapat wilayah hutan yang cukup luas, yang meliputi area seluas 165.187 wilayah Kabupaten Mamuju Utara.
4.3.Penduduk
Kabupaten ini berpenduduk 100.227 jiwa dimana 53.153 adalah laki-laki dan sisanya 47.074 jiwa adalah wanita. Populasi tersebut tersebar di 4 kecamatan
dengan total luas wilayah 304.375 Km². Jumlah penduduk Mamuju Utara pada pada Tahun 2006, 2007 dan 2008
berturut-turut adalah 110 446 jiwa, 130 991 jiwa dan 143 163 jiwa Mamuju Utara dalam Angka, 2009. Jumlah penduduk mengalami peningkatan sejalan dengan
waktu. Pada Tabel 7 nampak bahwa beberapa kecamatan baru dibentuk menjelang 2008 karena adanya pemekaran daerah, sehingga pada Tahun 2006 dan 2007 tidak
ada penduduknya.
Tabel 7. Jumlah Penduduk pada Setiap Kecamatan Pada Tahun 2006. 2007 dan 2008
Kecamatan Tahun - Year
District 2006
2007 2008
Sarundu 22.208
30.209 13.307
Dapurang -
- 15.522
Duripoku -
- 7.274
Baras 28.924
34.179 16.335
Bulu Taba -
- 13.886
Lariang -
- 7.136
Pasangkayu 32.163
35.978 18.394
Tikke Raya -
- 12.452
Pedongga -
- 6.580
Bambalamotu 27.251
30.625 16.507
Bambaira -
- 8.987
Sarjo -
- 6.783
Jumlahtotal 110.546
130.991 143.163
Secara keseluruhan, jumlah penduduk paling besar berada pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar 12.315 jiwa. Jenis kelamin dari penduduk Mamuju
Utara lebih besar laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dapat dilihat dari rasio jenis kelamin masing-masing kecamatan yang mempunyai nilai lebih
dari 100. Pada Tahun 2008 penduduk Mamuju Utara tertinggi berada di Kecamatan
Pasangkayu yaitu sebesar 18.394 jiwa, sedangkan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Pedongga yaitu 6 580 jiwa. Namun demikian,
kecamatan kepadatan penduduk sebesar 25,27 jiwa per km
2
. Sementara kepadatan penduduk Kecamatan Pasangkayu sendiri sebesar 82,56 jiwa per km
2
.dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Sarjo dengan kepadatan
penduduk sebesar 25,27 jiwa per km². Sementara kepadatan penduduk Kecamatan Pasangkayu sendiri sebesar 82,56 jiwa per km².
PEMBAHASAN
5.1. Interpretasi penutupan lahan Mamuju Utara tahun 2010
Peta penutupan lahan bersumber dari KLH, 2010, namun pada beberapa lokasi dijumpai ketidaktepatan koreksi geometri dan deleniasi penggunaan lahan
sehingga dilakukan perbaikan interpretasi pada lokasi tersebut. Beberapa ketidaktepatan kenampakan objek di citra dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Contoh Batas Objek yang Belum Diperbaiki merah dan Sudah Diperbaiki hitam pada a d Tubuh Air, b Kebun Campuran,
c Hutan.
Dalam interpretasi penutupan dari citra Landsat digunakan kombinasi band 543 RGB. Kombinasi band tersebut dipilih karena memiliki kekontrasan
yang tinggi sehingga memudahkan untuk membedakan penutupan lahan. karakteristik kenampakan kelas penutupan lahan pada citra Landsat yang terdapat
di Kabupaten Mamuju Utara disajikan pada Gambar 10.
a b
c d
Kebun campuran kc Hutan primer hp
Perkebunan kb Mangrove mgv
Semak belukar sb Tubuh air Ta
Tegalan Tg Tambakempang Tmb
Tanah Terbuka Tnb Rawa Rw
Sawah Sw Pemukiman Pmk
Gambar 10. Kenampakan Penutupan Lahan pada Citra Landsat Kabupaten Mamuju Utara, 2010.
Hutan primer Hp memiliki pola dengan bentuk bergerombol,
ukurannya luas, berwarna hijau tua sampai gelap dengan tekstur relatif kasar. Hutan primer tersusun oleh vegetasi yang rapat sehingga kanopi antar vegetasi
saling menutupi dan tersusun dari vegetasi dengan ketinggian yang lebih rendah stara kedua yang berupa tanaman berkayu, tanaman bawah yang berupa semak
belukar dan didominasi oleh pohon Gmenia, Eukaliptus. Hutan Primer merupakan jenis penggunaan lahan yang mendominasi di Kabupaten Mamuju Utara yaitu ±
50. KLH, 2010.
Kebun campuran Kc, dibandingkan dengan hutan, kenampakan kebun
campuran pada citra Landsat lebih berwarna terang dengan tekstur relatif kasar dan polanya bergerombol atau berdekatan dengan pemukiman atau mengikuti
jalur aliran sungai. Pada Kabupaten Mamuju Utara kebun campuran didominasi oleh tanaman ketapang, pisang, angsana dan coklat. Dalam kawasan kebun
campuran juga dijumpai tanaman bawah yang berupa rumput dan dibeberapa lokasi nampak adanya semak belukar KLH, 2010.
Kc Hp
Kb Mgv
Sb Ta
Tg Tmb
Tnb Rw
Sw Pmk
Perkebunan Kb sawit memiliki karakter bentuk dan pola bergerombol
hingga menyebar dengan tekstur halus dan berwarna hijau muda. Perkebunan sawit terletak diantara hutan dan lahan-lahan terbuka, terkadang bercampur
dengan kawasan permukiman KLH, 2010. Umur kelapa sawit memberikan warna serta ukuran kanopi yang berbeda. Pada umumnya, kelapa sawit dengan
umur muda memiliki kanopi lebih kecil dan berwarna hijau muda dibandingkan dengan kelapa sawit yang tua. Fenomena tersebut akan berpengaruh terhadap nilai
reflektan pada citra Landsat.
TegalanLadang Tg memiliki warna terang dan tekstur kasar, pola yang
menyebar, bentuk tidak beraturan. Tegalanladang didominasi oleh tanaman pangan seperti singkong dan jagung. Tanaman bawah pada kawasan
tegalanladang relatif lebih jarang dan di beberapa lokasi dijumpai tanah tanpa vegetasi KLH, 2010.
Rawa Rw memiliki pola yang tidak teratur, warna bercak gelap
kebiruan. Di Kabupaten Mamuju Utara rawa berupa lahan yang sedikit tergenang dan dijumpai tanaman rawa yang berupa tanaman liar serta dijumpai tanaman lain
seperti kelapa dengan jarak yang lebar KLH, 2010.
Mangrove Mgv memiliki pola yang tidak teratur dan bergerombol,
warna yang gelap kebiruan dan berada dekat pantai. Mangrove merupakan hutan bakau, nipah dan nibung yang berada disekitar pantai didominasi oleh jenis
vegetasi bakau Rhizophora sp dan api-api Avecinia sp. Mangrove merupakan vegetasi hutan yang tumbuh diatas garis pasang dan surut, tetapi juga dapat
tumbuh pada pantai karang, dataran koral mati yang diatasnya ditimbuni selapis tipis pasir atau ditimbuni lumpur Darsidi, 1986. Kondisi mangrove bervariasi
antara mangrove yang masih kecil baru ditanam, mangrove yang tua dengan kanopi yang cukup lebar dan mangrove yang telah ditebang. Pada beberapa
lokasi, hutan mangrove berada lebih ke pedalaman KLH, 2010.
Tambakempang Tmb , Kenampakan tambakempang pada citra
Landsat memiliki pola berpetak-petak berwarna biru kehitaman gelap. Tambakempang berupa petakan yang berisi air payau sebagai tempat
pemeliharaan ikan, udang. Tambakempang terletak didekat pantai karena kebutuhan suplay air laut dengan pembatasnya berupa galengan KLH, 2010.
Tubuh air A berwarna biru dan memiliki pola yang berkelok-kelok
meander pada sungai. Tubuh air dominan berupa genangan kecil yang menyebar dibeberapa lokasi.
Semak belukar Sb bentuk tidak teratur, berwarna hijau agak terang,
pola teratur, terdapat diantara perkebunan dan hutan ada juga yang berbentuk spot. Semak belukar merupakan kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh
kembali atau kawasan dengn liputan pohon jarang atau kawasan dengan dominasi vegetasi rendah KLH, 2010.
Tanah terbuka Tnb mempunyai bentuk dan pola yang menyebar di
antara hutan, semak belukar dan perkebunan dan memiliki warna merah jambu. Tanah terbuka merupakan kenampakan lahan terbuka tanpa vegetasi.
Pemukiman Pmk memiliki pola yang rapat, tekstur halus sampai kasar,
warna magenta, ungu kemerahan dan dekat dengan areal perkebunan. Pemukiman meliputi perkotaan, pedesaan dan industri.
Sawah Sw memiliki pola yang berpetak-petak yang umumnya berada
pada daerah yang datar dan rona yang gelaptergenang. Sawah merupakan lahan
pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya.
5.2. Penutupan Lahan Mamuju Utara Tahun 2010