digunakan  untuk  menyatakan  sifat  geometri  tajuk  adalah  indeks  luas  daun, persentase penutupan tanah dan biomassa.
Morfologi  tajuk,  yaitu  susunan  geometri  daun  di  dalam  ruang    bervariasi dengan berubahnya sifat agronomi tanaman seperti fase pertumbuhan dan indeks
luas  saun,  persentase  penutupan  tanah,  waktu  tanam,  populasi  tanaman,  jarak baris, spesies tanaman, sudut datang sinar, sudut pandang dan arah angin. Banyak
faktor  pembatas  yang  berakibat  berkurangnya  luas  tajuk  jika  dilihat  secara vertikal.  Berkurangnya  luas  tajuk  mengakibatkan  meningkatnya  sumbangan
komponen  yang  terdapat  di  bawah  tanaman  tanah,  air,  tanaman  lain  atau bayangan  terhadap  reflektansi  spektral  pada  satuan  luas  tersebut.  Arah  baris
tanaman juga mempengaruhi tingkat bayangan.
2.3. Pengukuran Biomassa di Lapang
Biomassa  pohon  merupakan  fungsi  dari  volume  kayu,  yakni  diperoleh dari  diameter  dan  tinggi  dan  kerapatan  kayu  berat  kering  dalam  setiap  unit
volume kayu segar. Kerapatan bervariasi sesuai  dengan spesies, cara hidup, dan faktor lingkungan seperti topografi dan kemiringan lahan. Biomassa pohon dapat
dihitung  dengan  metode  langsung  pemanenan  destruktif  atau  metode  tidak langsung  model  allometrik.  Model  allometrik  diketahui  dengan  mengukur
variabel diameter at breast height DBH, tinggi total dan kerapatan kayu. Banyak studi  menggunakan  model  allometrik  dalam  pendugaan  biomassa  di  atas
permukaan tanah above ground biomassABG karena pemanenan pohon bersifat merusak dan membutuhkan biaya yang besar Vieira et al., 2008.
Terdapat  4  cara  utama  untuk  menghitung  biomassa  yaitu  a  sampling dengan  pemanenan  Destructive  sampling  secara  in  situ;  b  sampling  tanpa
pemanenan  Non-destructive  sampling  dengan  data  pendataan  hutan  secara  in situ; c Pendugaan melalui penginderaan jauh; dan d pembuatan model. Untuk
masing  masing  metode  di  atas,  persamaan  allometrik  digunakan  untuk mengekstrapolasi  cuplikan  data  ke  area  yang  lebih  luas.  Penggunaan  persamaan
allometrik  standard  yang  telah  dipublikasikan  sering  dilakukan,  tetapi  karena koefisien  persamaan  allometrik  ini  bervariasi  untuk  setiap  lokasi  dan  spesies,
penggunaan  persamaan  standard  ini  dapat  mengakibatkan  galat  error  yang
signifikan  dalam  mengestimasikan  biomassa  suatu  vegetasi  Heiskanen,  2006; Australian Greenhouse Office, 1999.
a. Sampling dengan pemanenan
Metode  ini  dilaksanakan  dengan  memanen  seluruh  bagian  tumbuhan termasuk  akarnya,  mengeringkannya  dan  menimbang  berat  biomassanya.
Pengukuran dengan metode ini untuk mengukur  biomassa hutan dapat  dilakukan dengan mengulang beberapa area cuplikan atau melakukan ekstrapolasi untuk area
yang lebih luas dengan menggunakan persamaan alometrik. Meskipun metode ini terhitung  akurat  untuk  menghitung  biomass  pada  cakupan  area  kecil,  metode  ini
terhitung mahal dan sangat memakan waktu. Prosedur  umum  untuk  membuat  estimasi  berat  dari  individu  masing-
masing  pohon  yang  menjadi  bagian  dalam  pemanenan  biomassa  destructive sampling adalah sebagai berikut: Hitchcock and McDonnell, 1979:
 Tebang  pohon  dan  pisahkan  material  yang  ada  sesuai  dengan  komponen  dari
pohon tersebut. 
Bagi dan timbang setiap komponen bagian-demi bagian. 
Ambil subsample dari masing-masing komponen. 
Tentukan  volume  dari  sub  sample  dengan  metode  penenggelaman  dalam  air atau metode lainnya optional.
 Keringkan dengan oven dan timbang masing-masing sub sample.
 Tetapkan total berat kering dari masing-masing bagian.
 Terapkan
faktor  kepadatan  berat  basah  dan  berat  kering  untuk  setiap komponen.
 Jumlahkan berat masing-masing komponen menjadi berat keseluruhan pohon.
Berat  basah  keseluruhan  pohon  dan  kompone
n
-komponennya  dapat  dibagi  atau dibedakan
dengan  cara  ini  atau  melalui  cara  sampling.  Membagi  berdasarkan kadar  air  dan  berat
kering  umumya  memerlukan  proses  laboratorium. Metode
untuk  mengestimasikan  berat  dan  volume  semak  dan  vegetasi  lain  mengandung prinsip yang sama dengan pengukuran untuk pohon. Variabel bebas untuk fungsi
persamaan  berat  kering  dalam  beberapa  kasus  dapat  pula  disamakan  seperti tinggi dan densitas vegetasi.
a. Sampling tanpa pemanenan
Metode  ini  merupakan  cara  sampling  dengan  melakukan  pengukuran  tanpa melakukan pemanenan. Metode ini antara lain dilakukan dengan mengukur tinggi
atau  diameter  pohon  dan  menggunakan  persamaan  alometrik  untuk mengekstrapolasi biomassa.
b. Pendugaan melalui Penginderaan Jauh.
Penggunaan  teknologi  Penginderaan  Jauh  umumnya  tidak  dianjurkan  terutama untuk  proyek-proyek  dengan  skala  kecil.  Kendala  yang  umumnya  adalah  karena
teknologi ini relatif mahal dan secara teknis membutuhkan keahlian tertentu yang mungkin  tidak  dimiliki  oleh  pelaksana  proyek.  Metode  ini  juga  kurang  efektif
pada  daearah  aliran  sungai,  pedesaan  atau  wanatani  agroforestry  yang  berupa mosaik  dari  berbagai  penggunaan  lahan  dengan  persil  berukuran  kecil  beberapa
ha  saja.  Hasil  pengideraan  jauh  dengan  resolusi  sedang  mungkin  sangat bermanfaat untuk membagi area proyek menjadi kelas-kelas vegetasi yang relatif
homogen.  Hasil  pembagian  kelas  ini  menjadi  panduan  untuk  proses  survey  dan pengambilan  data  lapangan.  Untuk  mendapatkan  estimasi  biomassa  dengan
tingkat keakuratan yang baik memerlukan hasil Pengideraan Jauh dengan resolusi yang tinggi, tetapi hal ini akan menjadi metode alternatif dengan biaya yang besar.
c. Pembuatan model
Model  digunakan  untuk  menghitung  estimasi  biomassa  dengan  frekuensi dan  intensitas  pengamatan  insitu  atau  Penginderaan  Jauh  yang  terbatas.
Umumnya,  model  empiris  ini  didasarkan  pada  jaringan  dari  sample  plot  yang diukur  berulang,  yang  mempunyai  estimasi  biomassa  yang  sudah  menyatu  atau
melalui  persamaan  allometrik  yang  mengkonversi  volume  menjadi  biomassa Australian Greenhouse Office, 1999.
Plot  Pengamatan  pada  Hutan  Primer,  Hutan  Sekunder,  Perkebunan,  dan Kebun Campuran.
Plot pengukuran dibuat berdasarkan pertimbangan keterwakilan penutupan lahan  dan  kualitas  citra  serta  aksesibilitas  di  lapangan.    Bentuk  plot  berupa  jalur
berpetak dengan ukuran 20 m x 100 m dan setiap petak berukuran 20 m x 20 m
Tahapan pembuatan plot ialah sebagai berikut: 1
Ditentukan  titik  awal  jalur  pengamatan  titik  merah  pada  Gambar  2  lalu diberi  patok.  Patok  dapat  berupa pohon atau jatuhan ranting didirikan dan diberi
tanda  diikat  dengan    tali  rafia  warna  cerah.  Koordinat  titik  awal  jalur pengamatan ditentukan dengan menggunakan GPS.
2 Ditentukan  arah  jalur  azimuth  pengamatan  menggunakan  kompas.  Jika
lokasi  pengamatan  berlereng  maka  azimuth  tegak  lurus  lereng  ke  arah  puncak, jika  lokasi  pengamatan  datar  atau  agak  datar  azimuth
tegak lurus dengan sungai atau jalan. 3
Ditarik  tali  tambang  sepanjang  20  meter  sebagai searah  azimuth  yang  membagi  petak  menjadi  dua
bagian  simetris.  Batas  20  meter  diberi  tanda  diikat dengan  tali  rafia.  Koordinat  batas  20  meter  tersebut
ditentukan menggunakan GPS. 4
Ditarik tali tambang atau rafia sepanjang 10 meter ke arah  kanan    dan  kiri  90
dan  270 dari  arah  jalur.
Kemudian  diberi  patok  batas  10  meter  kanan  dan kirinya. Dibatasi petak ukuran 1 m x 1m seperti yang
disajikan pada Gambar 2, untuk pengamatan biomassa tumbuhan bawah.
Setelah  plot  selesai  dibuat  maka  dilakukan  pengamatan  vegetasi  penutup  lahan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Pohon-pohon  dengan  diameter  setinggi
dada  ≥  5  cm  diberi  nomor  dengan menggunakan label yang dituliskan nomor pohon.
- Masing-masing pohon tersebut diukur diameter setinggi dada cm, tinggi total
m, dan tinggi bebas cabang m. Gambar  2.  Plot  pengukuran  Biomassa  di  Hutan  Primer,
Hutan  Sekunder,  Perkebunan,  dan  Kebun
- Pada plot tumbuhan bawah 1 m x 1 m, diamati dan dihitung jumlah individu
tanaman  tiap  jenis  per  plot  pengamatan.  Kemudian  dibabatdipanen  habis  seluas plot  tersebut  dan  ditimbang  menggunakan  timbangan.  Sebanyak  250  gram  dari
tumbuhan  bawah  yang  dibabat  tersebut  dimasukkan  ke  dalam  plastik  untuk dibawa.
- Langkah-langkah  nomor  1  s.d  3  dilakukan  juga  pada  plot-plot  selanjutnya
sampai dengan 5 plot panjang jalur 100 m.
Mangrove
Pembuatan  plot  pengamatan  mangrove  dengan  ukuran  petak  10  m  x  10  m sebanyak  5  petak  jalur  petak  sampai  dengan  50  m  seperti  yang  disajikan  pada
Gambar 3. Tahapan pembuatan plot pada mangrove sama seperti pada pembuatan plot hutan sekunder, hutan primer, perkebunan dan kebun campuran pada tahap 1
sampai 3. Namun batas pemberian patok sebesar 10 meter kanan dan kirinya.
Semak Belukar, Tegalan, Sawah, dan Rawa
plot  pengamatan  dengan  ukuran  petak  1  m  x  1  m  sebanyak  5  petak  jalur petak  sampai  dengan  50  m  seperti  yang  disajikan  pada  Gambar  4.  Tahapan
pembuatan plot ialah sebagai berikut:
Gambar  4.    Plot  pengukuran  biomassa  di  Semak  Belukar,  Tegalan,  Sawah,  dan Rawa.
Tahapan  pembuatan  plot  pada  mangrove  sama  seperti  pada  pembuatan plot hutan sekunder, hutan primer, perkebunan dan kebun campuran pada tahap 1
sampai  3.  Pada  tahap  selanjutnya, Pada  plot  1  m  x  1  m,  diamati  dan  dihitung
Gambar 3.  Plot pengukuran biomassa di  mangrove
jumlah  individu  tanaman  tiap  jenis  per  plot  pengamatan  atau  dapat  pula  dilihat jarak  tanam  tiap  tanaman.  Kemudian  dipanen  tiap  jenis  tanaman  dalam  plot
tersebut  dan  ditimbang  menggunakan  timbangan.  Berat  biomassa  per  plot  1  m
2
ialah  jumlah  tanaman  rumpun  dalam  1  m
2
dikalikan  berat  1  tanaman  rumpun
pewakil.
Analisis Data Biomassa Pohon
Biomasa  pohon  dalam  berat  kering  dihitung  menggunakan  persamaan alometrik  berdasarkan  pada  diameter  batang  setinggi  1,3  m  di  atas  permukaan
tanah  dalam  cm,  danatau  tinggi  pohon,  berat  jenis  kayu,  dan  lain-lain  sesuai dengan persamaan allometrik yang akan digunakan. Tabel 3 berisi daftar sebagian
persamaan alometrik  yang tersedia dan digunakan dalam mengestimasi biomassa pada berbagai jenis vegetasi.
Tabel 3. Persamaan Alometrik pada Penghitungan Biomassa Pohon.
Jenis pohon Persamaan Alometrik
Sumber Pohon-pohon bercabang
B = 0,11 � D
2,62
Ketterings, 2001 Pohon tidak bercabang
B =  40 � H D
2
Hairiah, 2002 Nekromas pohon mati
B =  40 � H D
2
Hairiah, 2002 Kopi
B = 0,281 H D
2,06
Arifin, 2001; Van Noordwijk, 2002 Pisang
B = 0,030 H D
2,13
Arifin, 2001; Van Noordwijk, 2002 Sengon
B = 0,0272 H D
2,811
Sugiarto, 2002; Van Noordwijk, 2002 Palm
B = BAH �
Hairiah, 2000
Keterangan: B     = berat kering kg pohon
H     = tinggi tanaman cm �    = kerapatan kayu Mg m
3
, kg d m
3
atau g c m
3
D    = diameter cm setinggi dada 1,3 m BA  = basal area c
m
2
Dari  berat  kering  komponen  penyimpan  karbon  dalam  suatu  luasan tertentu  kemudian  dikonversi  ke  nilai  karbonnya  dengan  perhitungan  sebagai
berikut:
Karbon biomasa = Total berat kering  0.46
2.4. Indeks Vegetasi