Pendapatan Umur Tingkat Pendidikan

Karakterisik Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan. Karakteristik sampel yang dimaksud adalah meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan.

a. Jumlah Tanggungan

Dalam membeli dan mengkonsumsi pangan, jumlah konsumsi sampel sangant dipengaruhi oleh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Adapun jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga pada daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Jumlah Tanggungan Sampel No. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah jiwa Jumlah 1 0-2 10 14,49 2 3-5 53 76,81 3 5 6 8,70 69 100 Sumber : Data diolah dari lampiran 1 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah tangguangan terbanyak ada pada kelompok 3-5 yaitu sebanyak 53 orang atau 76,81 dan yang terkecil pada kelompok 5 yaitu sebanyak 6 jiwa atau 8,70 .

b. Pendapatan

Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan yang diperoleh cukup tinggi, maka pada umumnya daya beli masyarakat juga tinggi. Pendapatan sampel di daerah penelitian digolongkan berdasarkan penggolongan pengeluaran per kapita per tahun yang cukup bervariasi. Dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Pendapatan Sampel No. Pendapatan Jumlah jiwa Jumlah 1 Rp. 500.00-Rp. 2.500.000 38 55,07 2 Rp. 2.500.000 31 44,93 Jumlah 69 100 Sumber : Data diolah dari lampiran 1

c. Umur

Tingkat pembelian Konsumen sangat dipengaruhi oleh usianya, orang akan merubah pola pembeliannya ketika umurnya terus bertambah. Adapun keadaan umur konsumen sampel di daerah penelitian dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 4.7 Umur Sampel No Kelompok Umur tahun Jumlah jiwa Jumlah 1 20-29 13 18,84 2 30-39 26 37,68 3 40-49 24 34,78 4 50 6 8,70 69 100 Sumber : Data diolah dari lampiran 1 Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah konsumen sampel terbesar berada pada kelompok umur 30-39 tahun dengan jumlah 26 jiwa atau 37,68 dan yang terkecil pada kelompok umur 50 tahun dengan jumlah 6 jiwa atau 8,70 .

d. Tingkat Pendidikan

Pendidikan masyarakat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupun manfaatnya. Adapun pendidikan sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.8. Pendidikan Sampel No Tingkat Pendidikan Jumlah jiwa Jumlah 1 SMP 6 8,69 2 SMA 41 59,42 3 Diploma 2 2,90 4 Sarjana 20 28,99 Jumlah 69 100 Sumber : Data diolah dari lampiran 1 Dari tabel 4.8. di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan sampel rata-rata SMA. Untuk jumlah sampel yang terbesar adalah pada SMA yaitu sebesar 41 orang atau 59,42 sedangkan yang terkecil berada pada tingkat Diploma yaitu sebesar 2 orang atau 2,90 . BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Acuan untuk melihat tingkat kergaman konsumso pangan adalah Pola Pangan Harapan PPH dengan skor 100 sebagai pola yang ideal.Acuan kuantitatif untuk konsumsi pangan adalah Angka Kecukupan Gizi AKG rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WNPG bahwa konsumsi energi sebesar 2000 kkalkaphari. Dari penelitian diperoleh data kergaman konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat di Kecamatan Medan Tuntungan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.1 Data Keragaman Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat Rumah Tangga di Kecamatan Medan Tuntungan Kelompok Pangan Konsumsi Aktual grkaphr Konsumsi Harapan grkaphr Energi Aktual kkalkaphr Energi Harapan kkalkaphr AKE Aktual AKE Harapan PPH Aktual Padi- padian 36,55 275 132,91 1000 6,65 69,72 3,33 Umbi- umbian 48,10 100 57,72 120 2,89 30,28 1,45 Total 84,65 190,63 9,54 100 4,78 Sumber : Data diolah dari lampiran 2,3 dan 4 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi pangan non beras sumber karbohidrat rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan adalah 190,63 kkal atau 9,54 dari kecukupan energi yang dianjurkan. Dapat dilihat golongan padi-padian memiliki konsumsi energi sebesar 6,65 dan golongan umbi-umbian memiliki konsumsi energi sebesar 2,89 dari total kalori. Berdasarkan data Pemantauan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat Kota Medan tahun 2014 diketahui bahwa besar total energi untuk pangan non beras sumber karbohidrat yaitu padi-padian sebesar 43,26 dan umbi-umbian sebesar 1,19 yang diperlihatkan pada tabel 1.1. Hal ini menunjukkan bahwa Total energi padi- padian Kecamatan Medan Tuntungan masih rendah. Pola Pangan Harapan PPH Acuan untuk melihat tingkat keragaman konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan PPH dengan skor 100 sebagai pola yang ideal. Kinerja keragaman konsumsi pangan pada suatu waktu untuk komunitas tertentu dapat dinilai dengan metode PPH. Dari penelitian diperoleh angka kecukupan energi dari setiap rumahtangga di Kecamatan Medan Tuntungan : Tabel 5.2 PPH Medan Tuntungan dan PPH Ideal No. Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat PPH Medan Tuntungan PPH Ideal 1 Padi-padian 3,33 25,00 2 Umbi-umbian 1,45 2,50 Ket : RT = Rumah Tangga Sumber :Data diolah dari lampiran 3 Tabel 5.2 menunjukkan Pola Pangan Harapan PPH dilihat dari jenis pangan yaitu pad-padian dan umbi-umbian di Kecamatan Medan Tuntungan berada di bawah Pola Pangan Harapan PPH Ideal. Pola Pangan Harapan PPH jenis padi- padian di Kecamatan Medan Tuntungan sebesar 3,33 dan jenis umbi-umbian sebesar 1,45. Peran mie sebagai salah satu pangan pokok dapat terjadi di semua elemen masyarakat, tidak hanya pada rumah tangga tetapi juga menurut kelompok pendapatan. Seperti contohnya, mie instant tidak hanya dikonsumsi oleh kelompok pendapatan sedang dan tinggi tetapi dapat jugak dikonsumsi kelompok pendapatan rendah. Pada tingkat pendapatan tertentu rumah tangga akan memprioritaskan pada pangan dengan harga murah seperti pangan sumber energi, kemudian dengan semakin meningkatnya pendapatan akan terjadi perubahan preferensi konsumsi masyarakat. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat Per Kapita Per Hari Di Kecamatan Medan Tuntungan Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat. Faktor-faktor tersebut adalah faktor sosial dan faktor ekonomi. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : Pendapatan Rumah Tangga Pola konsumsi tidak terlepas dari faktor ekonomi dapat dilihat pada rumah tangga yang berpendapatan rendah pola konsumsi pangannya mengarah pada pangan pokok dan variasi pangan kurang mendapat perhatian sehingga pemenuhan gizinya tidak tercapai. Rumah tangga yang berpendapatan tinggi cenderung mengkonsumsi pangan yang bervariasi dan meningkatkan kualitas pangannya dengan cara memperhatikan kualitas pangan yang akan dibeli. Adapun sampel di daerah penelitian memiliki pendapatan rata-rata sebesar Rp. 2.224.637 per kapita per bulan. Jumlah Tanggungan Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi jumlah konsumsi pangan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan yang akan dikonsumsi akan semakin bervariasi karena masing-masing anggota rumah tangga belum tentu mempunyai selera yang sama. Adapun rata-rata jumlah anggota keluarga sampel di daerah penelitian adalah 3,9 artinya setiap kepala rumah tangga menanggung 3 anggota rumah tangga. Umur Umur rata-rata sampel di daerah penelitian adalah 36,9 tahun, artinya pada umumnya keadaan sampel masih berada pada umur produktif. Tingkat Pendidikan Konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat tergantung pada tingkat pendidikan, bahwa semakin tinggi pendidikan formal maka pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya kualitas pangan yang dikonsumsi untuk meningkatkan kesehatan akan menyebabkan semakin bervariasinya pangan yang dikonsumsi. Adapun tingkat pendidikan sampel di daerah penelitian adalah 13,275. Pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap konsumsi pangan dianalisis menggunakan analisis linier berganda dengan formula sebagai berkut : Y=b +b 1 x 1 +b 2 x 2 +b 3 x 3 +b 4 x 4 +μ Dimana : Y = Konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat jagung, gandum, ubi, dan kentang pada rumah tangga grkapbulan x 1 = Tingkat Pendapatan RpBulan x 2 = Jumlah Tanggungan Jiwa x 3 = Umur Tahun x 4 = Tingkat Pendidikan Tahun b = Konstanta b 1 , b 2, b 3 , b 4 = Koefisien regresi μ = error term Tabel 5.3 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat Di Kecamatan Medan Tuntungan No Keterangan Koefisien Regresi Sig Tolerance VIF 1 Constanta 42,938 0,000 2 Pendapatan -0,005 0,000 0,537 1,862 3 Tanggungan -4,048 0,020 0,917 1,090 4 Umur 0,150 0,578 0,880 1,136 5 Tingkat Pendidikan -1,030 0,956 0,546 1,833 R-square R-square adj 0,913 0,908 Sumber :Lampiran 5 Keterangan: Signifikansi pada derajat kepercayaan 5 α = 5 Maka model dari faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat di Kecamatan Medan Tuntungan adalah : Y = 50,062-0,005 X1 – 4,094 X2 + 0,111 X3 − 0,005X4 Hasil analisis di atas menunjukkan bahwanilai R 2 sebesar 91,3 , hal ini menunjukkan bahwa variabel independen mampu menjelaskan sebesar 91,3 dari variabel dependen yaitu konsumsi pangan. Sedangkan sebesar 8,7 merupakan faktor-faktor lain yang belum dimasukkan kedalam model. Pada tingkat kepercayaan 91,3 , semua variabel berpengaruh nyata. Hal ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi F sebesar 0,000 lebih kecil daripada alpha 0,05. Koefisien regresi memperlihatkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 0,000,05, dengan demikian H ditolak artinya bahwa variabel pendapatan X1, variabel tanggungan X2, variabel umur X3, dan variabel tingkat pendidikan X4 secara serempak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan. Sehingga dapat dikatakan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosial ekonomi terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat dapat diterima. Secara parsial variabel-variabel tersebut ada yang berpengaruh nyata dan ada yang berpengaruh tidak nyata. Variabel pendapatan X1 berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat pada tingkat kepercayaan 91,3 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari alpha 0,005. Sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H yang menyatakan bahwa variabel pendapatan berpengaruh terhadap konsumsi pangan non beras. Koefisien pendapatan terhadap jumlah konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat menunjukan hubungan yang negatif. Setiap penambahan Rp 1 akan mengurangi jumlah konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat sebesar Rp 0,005. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan mengurangi kebutuhan pangan karna akan diganti dengan menu makanan yang lebih bervariasi. Hal ini sesuai dengan teori engel yang menyatakan setiap kenaikan pendapatan akan mengurangi konsumsi. Secara parsial, variabel jumlah tanggungan X2 berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat pada tingkat kepercayaan 91,2 dengan tingkat signifikansi 0,020 lebih kecil dari alpha 0,05. Sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H yang menyatakan variabel jumlah tanggungan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat. Pengaruh jumlah tanggungan terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 4,048. Koefisien jumlah tanggungan terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat menunjukkan hubungan yang negatif. Setiap penambahan 1 jiwa, akan mengurangi jumlah konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat sebesar 4,048 gram. Hal ini sesuai dengan teori keynes yang menyatakan bahwa ketika jumlah penduduk meningkat maka jumlah barang yang diminta akan meningkat pula. Secara parsial, variabel umur X3 tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat pada tingkat kepercayaan 91,3 dengan signifikansi 0,578 lebih besar dari alpha 0,05. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H yang menyatakan bahwa variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat. Tingkat pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh usianya, orang akan merubah pola pembeliannya ketika umurnya terus bertambah. Tapi dalam hal ini menunjukkan bahwa umur tidak berpengeruh nyata karena berdasarkan penelitian, Jenis makan pangan non beras sumber karbohidrat dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat. Secara parsial, variabel tingkat pendidikan X4 tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat pada tingkat kepercayaan 91,3 dengan signifikansi sebesar 0,330 lebih besar dari alpha 0,005. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H yang menyatakan bahwa variabel harga tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat. Pendidikan seharusnya menjadi hal yang dapat mempengaruhi kosumsi pangan karena semakin tinggi pendidikan maka semakin banyak informasi tentang pangan yang didapatkan sehingga menjadi hal penting dalam pemenuhan gizi sehari-hari. Tapi dalam hal ini menunjukkan bahwa tingjat pendidikan tidak berpengaruh terhadap konsumsin pangan non beras sumber karbohidrat karena berdasarkan penelitian, ketergantungan masyarakat terhadap beras masih sangat tinggi. Jadi tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyrakat tidak berpengaruh terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan