Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras (Studi Kasus : Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

(1)

53

Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Tingkat Konsumsi Beras Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,749a ,561 ,541 211,16944

a. Predictors: (Constant), Tingkat Konsumsi Non Beras, Umur, Jumlah Anggota Rumah Tangga, Tingkat

Pendapatan Rumah Tangga

b. Dependent Variable: Tingkat Konsumsi Beras

ANOVAa Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5011971,826 4 1252992,957 28,099 ,000b

Residual 3924142,955 88 44592,534

Total 8936114,781 92


(2)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 14,154 106,910 ,132 ,895

Tingkat Pendapatan

Rumah Tangga -52,654 25,338 -,167 -2,078 ,041

Jumlah Anggota

Rumah Tangga 127,205 18,298 ,556 6,952 ,000

Umur 7,554 1,971 ,274 3,833 ,000

Tingkat Konsumsi Non

Beras ,062 ,020 ,268 3,021 ,003


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amang, 1993. Ekonomi Perberasan Jagung dan Minyak Sawit. Jakarta: PT Dharma Karsa Utama

Ariani dkk. 1995. Perencanaan Kebutuhan Pangan Pada Repelita VI di tiga Provinsi di Indonesia (Penerapan Pedoman Pola Pangan Harapan). Institut Pertanian Bogor

Aziz, T. A. 2008. Kajian Perubahan Pola Konsumsi Pangan di Sumatera Utara. Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara Badan Ketahanan Pangan. 2011. Analisis Konsumsi Pangan Provinsi Bengkulu

2011. Bengkulu

_____________________. 2014. Laporan Analisis Konsumsi Pangan Kabupaten Langkat 2014. Langkat

_____________________. 2014. Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan 2014. Jakarta

_____________________. 2015. Metode dan Teknis Pengolahan Data Susenas Untuk Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan. Sumatera Utara

Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Secanggang Dalam Angka. Langkat Baliwati dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya

Bangun, Haga P. 2013. Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Fatimah, E. 1995. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran dan Tingkat Konsumsi Pangan Keluarga (Studi Kasus di Kelurahan Tanah Sareal, Bogor). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hasibuan, Monalisa. 2014. Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Khumaidi, M. 1997. Beras Sebagai Pangan Pokok Utama Bangsa Indonesia Keunikan dan Tantangannya Bogor. Orasi ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Pertanian IPB

Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia


(4)

Supriana, T. 2013. Dasar Ekonometrika. Medan: Universitas Sumatera Utara _________. 2013. Ekonomi Makro. Medan: USU Press


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Dari data Badan Pusat Statistik (Kecamatan Secanggang Dalam Angka Tahun 2015) bahwa Desa Selotong merupakan desa terluas di Kecamatan Secanggang dan memiliki jumlah penduduk sebesar 4.704 jiwa.

Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan

No Desa/Kelurahan Luas (Km2)

1 Kepala Sungai 9,46

2 Perkotaan 8,60

3 Teluk 9,40

4 Cinta Raja 17,88

5 Telaga Jernih 12,95

6 Karang Gading 10,08

7 Kuala Besar 17,35

8 Selotong 46,17

9 Secanggang 12,51

10 Tanjung Ibus 24,91

11 Hinai Kiri 4,25

12 Kebun Kelapa 7,05

13 Sungai Ular 10,79

14 Jaring Halus 10,69

15 Karang Anyer 6,94

16 Pantai Gading 17,35

17 Suka Mulia 4,81

Jumlah 231,19


(6)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Selotong jumlah rumah tangga di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang sebesar 1.274 rumah tangga. Setiap rumah tangga mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel di Desa Selotong. Jumlah sampel dapat dihitung dengan rumus Slovin

(Supriana, 2015), yaitu :

Keterangan : = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = Taraf kesalahan (dalam penelitian ini digunakan α = 10%)

Maka dapat diperoleh jumlah sampel sebesar : =

= 92,72 = 93 sampel

Maka dari rumus di atas dapat diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti adalah 93 sampel rumah tangga dan ditentukan secara Simple Random Sampling.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini, seperti Badan Pusat


(7)

20

Statistik dan Badan Ketahanan Pangan, serta dari berbagai literatur, jurnal, dan internet yang mendukung penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk indentifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong. Pola konsumsi pangan diperoleh dari hasil wawancara kepada masyarakat di Desa Selotong dengan pertanyaan seputar jenis/kelompok dan jumlah pangan yang dikonsumsi per harinya, seperti kelompok padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain.

Untuk identifikasi masalah 1 digunakan perhitungan konsumsi energi berdasarkan acuan PPH (BKP Sumatera Utara, 2015) dengan formula sebagai berikut :

1) Konsumsi Aktual

2) Energi Aktual

3) % Aktual


(8)

5) Skor Aktual = % Aktual x Bobot 6) Skor AKE = % AKE x Bobot

7) Menghitung skor PPH dengan ketentuan menggunakan skor maksimum jika skor AKE > skor maksimum.

Penentuan Bobot :

1) Sumber Tenaga (Karbohidrat dan Lemak) = 33,3 %

Padi-padian (50%), umbi-umbian (6%), minyak dan lemak (10%), buah/biji beminyak (3%), dan gula (5%). Bobot : 33,3 % / 74 % = 0, 5.

2) Sumber Zat Pembangun (Protein) = 33,3 %

Pangan hewani (12%) dan kacang-kacangan (5%). Bobot : 33,3 % / 17 % = 2. 3) Sumber Zat Pengatur (Vitamin dan Mineral) = 33,3 %

Sayur dan buah (6%). Bobot : 33,3 % / 6 % = 5. 4) Lain-lain (0,1%)

Bumbu-bumbuan dan minuman (3%). Bobot : 0,1 % / 3 % = 0,03. (Sumber : BKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015)

Untuk indentifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat di Desa Selotong. Tingkat konsumsi beras diperoleh dari bagian pola konsumsi pangan kelompok padi-padian, sedangkan tingkat konsumsi non beras diperoleh dari bagian pola konsumsi selain dari beras, seperti kelompok non beras padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain.


(9)

22

Untuk indentifikasi masalah 3 dianalisis menggunakan alat uji statistik yaitu Analisisi Regresi Linear Berganda (Multiple Regression Analysis) dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Services Solution) dengan persamaan:

Y = b0+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 +e Keterangan :

Y = Tingkat Konsumsi Beras

b0 = Koefisien Intersep (Nilai Konstanta) b1,b2,b3b4,= Koefisien Regresi

X1 = Tingkat Pendapatan Rumah Tangga X2 = Jumlah Anggota Rumah Tangga

X3 = Umur

X4 = Tingkat Konsumsi Non Beras

e = Error

3.4.1 Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah secara serempak (simultan atau bersama-sama) semua variabel bebas (tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras) yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (tingkat konsumsi beras). Uji F dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi statistik koefisien regresi secara serempak. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Kriteria pengujian :


(10)

Hipotesis yang digunakan :

H0 : Tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.

H1 : Tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.

3.4.2 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menunjukkan apakah secara parsial variabel bebas (tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras) yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (tingkat konsumsi beras). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05.

Kriteria pengujian :

- Jika t hitung≤ ttabel atau jika signifikansi t > α ; H0 diterima dan H1 ditolak.

- Jika t hitung > ttabel atau jika signifikansi t≤α ; H0 ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis yang digunakan :

H0 : Tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur dan tingkat konsumsi non beras secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.

H1 : Tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur dan tingkat konsumsi non beras secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.


(11)

24

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Pangan adalah salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, seperti kebutuhan akan beras, jagung, ubi, daging, minyak, kacang-kacangan, gula, sayur, buah, dan sebagainya.

2. Pangan Beras adalah suatu kebutuhan bahan pangan dasar beras yang selalu dikonsumsi manusia.

3. Pangan Non Beras adalah suatu kebutuhan bahan pangan manusia selain beras, seperti kebutuhan akan jagung, ubi, daging, minyak, kacang-kacangan, gula, sayur, buah, dan sebagainya.

4. Pola Konsumsi Pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu dan dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan masyarakat.

5. Tingkat Konsumsi Beras adalah jumlah rata-rata beras yang dikonsumsi anggota masyarakat dalam satuan gr/kap/hr.

6. Tingkat Konsumsi Non Beras adalah jumlah pangan selain beras yang rata-rata dikonsumsi anggota masyarakat dalam satuan gr/kap/hr.

7. Pola Pangan Harapan adalah jenis dan jumlah kelompok pangan sebagai parameter yang digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman dan mutu


(12)

energi (kalori) anekaragam pangan dan dalam bentuk komposisi berat (gram atau kg) anekaragam pangan yang memenuhi kebutuhan gizi penduduk. 8. Pola Pangan Harapan Ideal adalah suatu parameter yang digunakan untuk

menilai tingkat keanekaragaman dan mutu gizi ketersediaan dan konsumsi pangan penduduk Indonesia secara Nasional dengan skor PPH Ideal yang ditargetkan sebesar 95 pada tahun 2015.

9. Konsumsi Energi adalah sejumlah energi pangan yang dikonsumsi penduduk rata-rata per orang per hari dalam satuan Kkal/kap/hr.

10. Angka Kecukupan Energi adalah sejumlah zat gizi/energi pangan yang diperlukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dalam satuan Kkal/kap/hr.

11. Bobot adalah nilai yang diberikan untuk setiap kelompok bahan pangan dengan mempertimbangkan kepadatan energi, zat gizi, serat, kuantitas, dan cita rasa terhadap komoditas tersebut.

12. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan satu dapur yang sama dalam satuan Rp/bulan.

13. Jumlah Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota lainnya yang masih menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan jiwa.

14. Umur adalah usia ibu rumah tangga (responden) yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dalam satuan tahun.


(13)

26

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Februari – Maret tahun 2016.

2. Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.


(14)

(15)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Selotong terletak di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat dengan luas wilayah 46,17 km2dan ketinggian 4 meter di atas permukaan laut. Desa Selotong memiliki musim hujan dan musim kemarau dengan jumlah bulan hujan adalah 5 bulan. Desa Selotong merupakan desa terluas di Kecamatan Secanggang dan teridiri dari 9 (sembilan) dusun.

Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Jaring Halus Kecamatan Secanggang

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karang Gading Kecamatan Secanggang

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Secanggang Kecamatan Secanggang

Masyarakat di Desa Selotong sebagian besar bergerak dalam bidang pertanian dan perkebunan. Tanaman pangan yang ditanam seperti jagung, kacang tanah, kacang panjang, padi sawah, dan cabai. Tanaman apotik hidup, seperti kunyit dan daun


(16)

4.1.1 Keadaan Penduduk

a. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Pada tahun 2015 penduduk di Desa Selotong berjumlah 4.704 jiwa (2.436 laki-laki dan 2.268 perempuan) dengan 1.274 rumah tangga. Berdasarkan golongan umur penduduk di Desa Selotong dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

(Tahun) (Jiwa) (Jiwa)

0-6 350 300 650 13,82

7-18 875 835 1.710 36,35

18-56 1.011 963 1.974 41,96

> 56 200 170 370 7,87

Total 2.436 2.268 4.704 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Selotong Tahun 2015

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Selotong pada tahun 2015 sebesar 4.704 jiwa. Dari tabel di atas juga menunjukkan jumlah usia 18-56 (usia produktif) yang paling banyak sebesar 1.974 jiwa (41,96%) dan jumlah usia >56 yang paling sedikit sebesar 370 jiwa (7,87%).

b. Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

Mata pencaharian penduduk Desa Selotong bermacam jenisnya, yaitu petani, buruh tani, pedagang, PNS, dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Desa Selotong dapat dilihat pada Tabel 6.


(17)

29

Tabel 6. Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan No Mata Pencaharian

Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa)

Persentase (%) (Jiwa) (Jiwa)

1 Petani 952 350 1.302 40,83

2 Buruh Tani 650 450 1.100 34,49

3 Buruh Migran 100 50 150 4,70

4 Pegawai Negeri Sipil 40 45 85 2,67

5 Pengrajin Industri Rumah Tangga 5 5 10 0,31

6 Pedagang Keliling 85 50 135 4,23

7 Peternak 300 100 400 12,54

8 Dokter Swasta - - -

-9 Bidan Swasta - 2 2 0,06

10 Pensiunan TNI/POLRI 5 - 5 0,16

Total 2.137 1.052 3.189 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Selotong Tahun 2015

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Selotong bekerja sebagai petani sebesar 1.302 jiwa (40,83%), dan yang paling sedikit adalah sebagai penisunan TNI/POLRI sebesar 5 jiwa (0,16%).

c. Penduduk Menurut Agama

Taebl 7 merupakan data jumlah penduduk Desa Selotong berdasarkan agama yang dianut.

Tabel 7. Penduduk Menurut Kelompok Agama

No Agama Laki-laki Perempuan Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%) (Jiwa) (Jiwa)

1 Islam 2.424 2.255 4.679 99,47

2 Kristen 2 3 5 0,11

3 Katolik - - -

-4 Budha 10 10 20 0,43

5 Hindu - - -

-6 Khonghucu - - -

-Total 2.436 2.268 4.704 100


(18)

Tabel 7 menunjukkan bahwa penduduk di Desa Selotong mayoritas beragama Islam sebesar 4.679 jiwa (99,47%). Dan sisanya beragama kristen dan budha. 4.1.2 Sarana dan Prasarana

Pada umumnya hal yang mendorong meningkatnya kesejahteraan suatu desa dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Desa Selotong memiliki berbagai sarana dan prasarana seperti yang dtunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sarana Pendidikan 3

2 Sarana Kesehatan 5

3 Sarana Ibadah 8

Sumber : Kantor Kepala Desa Selotong Tahun 2015

Tabel 8 menunjukkan bahwa di Desa Selotong memiliki sarana pendidikan sebanyak 3 unit (2 SD Negeri dan 1 SMP Negeri), sarana kesehatan sebanyak 5 unit (1 puskesmas pembantu dan 4 pos yandu), dan sarana ibadah sebanyak 8 unit (2 mesjid dan 6 musholla). Dari data tabel di atas menunjukkan Desa Selotong memiliki sarana dan prasarana yang kurang tersedia, seperti tidak adanya sarana pendidikan SMA, tidak adanya pabrik atau kilang padi, dan sebagainya.

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Karakteristik rumah tangga sampel yang dimaksud meliputi tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur ibu rumah tangga, dan tingkat konsumsi non beras. Tingkat konsumsi non beras terdapat pada Lampiran 3.


(19)

31

4.2.1 Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga di Desa Selotong bervariasi. Hal ini disebabkan mata pencaharian masyarakat di Desa Selotong beragam. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Desa Selotong No Pendapatan Rumah Tangga

(Rp/Bulan)

Jumlah Rumah Tangga

Persentase (%)

1 < 1.000.000 4 4,30

2 1.000.000 - 2.000.000 60 64,52

3 > 2.000.000 29 31,18

Total 93 100

Sumber : Lampiran 5

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa pendapatan rumah tangga terbanyak di Desa Selotong adalah pendapatan yang berkisar Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 per bulannya yaitu sebanyak 60 rumah tangga atau berkisar 64,52%. Sedangkan pendapatan terkecil adalah pendapatan rumah tangga yang berkisar lebih kecil dari Rp 1.000.000 per bulannya yaitu sebanyak 4 rumah tangga atau berkisar 4,30%.

4.2.2 Jumlah Anggota Rumah Tangga

Dalam membeli dan mengkonsumsi pangan, jumlah konsumsi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Adapun jumlah anggota rumah tangga di Desa Selotong dapat dilihat pada Tabel 10.


(20)

Tabel 10. Jumlah Anggota Rumah Tangga

No Jumlah Anggota Jumlah Persentase

Rumah Tangga (Kepala Keluarga) (%)

1 1–3 37 39,78

2 4–6 52 55,91

3 > 6 4 4,30

Total 93 100

Sumber : Lampiran 5

Dari Tabel 10 dapat dilihat jumlah anggota rumah tangga terbanyak di Desa Selotong pada kelompok 4– 6 (sedang) yaitu sebanyak 52 KK atau 55,91 % dan yang terkecil pada kelompok > 6 yaitu sebanyak 4 KK atau 4,30 %.

4.2.3 Umur

Memahami perbedaan umur penting karena perbedaan umur mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek dan juga akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Adapun perbedaan umur ibu rumah tangga di Desa Selotong dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Umur Ibu Rumah Tangga

No Umur Jumlah Persentase

(Orang) (%)

1 22 sd 37 35 37,64

2 38 sd 53 42 45,16

3 54 sd 69 16 17,20

Total 93 100

Sumber : Lampiran 5

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata umur ibu rumah tangga di Desa Selotong terbanyak yaitu bekisar 38–53 tahun atau 45,16 % dan yang terkecil yaitu bekisar 54–69 tahun atau 17,20 %.


(21)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pola Konsumsi Pangan

Pola Konsumsi Pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pola Konsumsi Pangan juga menggambarkan keberagaman pangan rumah tangga di daerah penelitian, yaitu Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

Dari hasil penelitian diperoleh pola konsumsi pangan atau tingkat keberagaman pangan rumah tangga di Desa Selotong pada Tabel 12.

Tabel 12. Data Keberagaman Pangan Rumah Tangga di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

Kelompok Pangan Konsumsi Aktual (gr/kap/hr) Energi Aktual (kkal/kap/hr) % AKE Bobot Skor AKE Skor Maks PPH Ideal PPH

Padi-padian 268,48 976,29 48,81 0,50 24,41 25,00 24,79

Umbi-umbian 50,18 66,91 3,35 0,50 1,67 2,50 1,67

Pangan

Hewani 185,40 317,83 15,89 2,00 31,78 24,00 24,00

Minyak dan

Lemak 49,05 392,40 19,62 0,50 9,81 5,00 5,00

Buah/Biji

Berminyak 16,40 98,40 4,92 0,50 2,46 1,00 1,00

Kacang-kacangan 73,55 210,14 10,51 2,00 21,01 10,00 10,00

Gula 53,96 179,87 8,99 0,50 4,50 2,50 2,50

Sayur dan

Buah 254,58 132,82 6,64 5,00 33,21 30,00 30,00

Dan Lain-lain 27,38 109,52 5,48 0,03 0,16 0,00 0,00

Total 978,98 2.484,18 124,21 11,53 129,01 100,00 98,96 Sumber : Lampiran 3


(22)

Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi rumah tangga di Desa Selotong adalah 978,98 gr/kap/hr. Hal ini berarti berat konsumsi pangan di Desa Selotong melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan sebesar 850 gr/kap/hr. Berat konsumsi pangan rumah tangga terbesar sampai terkecil adalah padi-padian, sayur dan buah, pangan hewani, kacang-kacangan, gula, umbi-umbian, minyak dan lemak, lain-lain (minuman dan bumbu), dan buah/biji berminyak.

Dari Tabel 12 juga menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi rumah tangga di Desa Selotong adalah 2.484,18 kkal atau 124,21 %. Hal ini berarti konsumsi energi di Desa Selotong melebihi dari angka kecukupan yang dianjurkan sebesar 2000 kkal. Kelompok pangan yang memiliki energi terbesar sampai yang terkecil adalah padi-padian, minyak dan lemak, pangan hewani, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, lain-lain (minuman dan bumbu), buah/biji berminyak, dan umbi-umbian.

Dari hasil penelitian diperoleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Terlihat pada Tabel 12 bahwa skor PPH di Desa Selotong sebesar 98,96. Hal ini berarti PPH di Desa Selotong sudah mencapai target 95 yang telah ditetapkan Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2015.

5.2 Tingkat Konsumsi

Tingkat konsumsi menggambarkan jumlah bahan makanan yang rata-rata dikonsumsi anggota masyarakat. Tingkat konsumsi dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu tingkat konsumsi beras dan non beras.


(23)

35

Dari hasil penelitian diperoleh tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat yang terdapat pada Tabel 13.

Tabel 13. Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

No.

KELOMPOK PANGAN Konsumsi Pangan

TOTAL PANGAN Gr/Kap/Hr Berat Ideal

(Gr/Kap/Hr) A. Beras

Padi-padian (Beras) 236,73 239

Total Beras 236,73 239

B. Non Beras

Padi-padian (Non Beras) 31,75 36

Umbi-umbian 50,18 90

Pangan Hewani 185,40 140

Minyak dan Lemak 49,05 25

Buah/Biji Berminyak 16,40 10

Kacang-kacangan 73,55 35

Gula 53,96 30

Sayur dan Buah 254,58 230

Dan Lain-lain 27,38 15

Total Non Beras 742,25 611

Total Beras dan Non Beras 978,98 850

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Tabel 13 menunjukkan tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat di Desa Selotong. Dapat dilihat tingkat konsumsi beras di Desa Selotong berada di bawah angka ideal dan hampir mendekati angka ideal. Begitu juga dengan tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian dan kelompok umbi-umbian berada di bawah angka ideal. Terdapat 7 (tujuh) kelompok bahan pangan yang berada di atas angka ideal, yaitu pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak,


(24)

Jika dibandingkan tingkat konsumsi beras di Desa Selotong dengan tingkat konsumsi beras Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras

No Uraian

Tingkat Konsumsi Beras gr/kap/hr Ideal

gr/kap/hr

1 Nasional 263,5 239

2 Provinsi Sumatera Utara 348,5 239

3 Kabupaten Langkat 246,5 239

4 Desa Selotong 236,7 239

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Dapat dilihat dari Tabel 14 bahwa tingkat konsumsi beras di Desa Selotong paling rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi beras Provinsi Sumatera Utara, Nasional dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi beras di Desa Selotong berada di bawah angka ideal. Hal ini karena setiap harinya masyarakat mengkonsumsi beras tidak dengan jumlah yang berlebih. Tetapi masyarakat lebih mengutamakan lauk pauk untuk dimakan karena sebagian besar lauk pauk tidak dibeli oleh masyarakat. Melainkan diproduksi sendiri atau membeli dengan harga yang lebih murah dengan tetangga yang bekerja sebagai nelayan atau petani. Selain tingkat konsumsi beras, tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok padi padian Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 15.


(25)

37

Tabel 15. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Padi-padian

No Uraian

Tigkat Konsumsi Non Beras Padi-padian

gr/kap/hr Ideal gr/kap/hr

1 Nasional 32,4 36

2 Provinsi Sumatera Utara 68,1 36

3 Kabupaten Langkat 28,0 36

4 Desa Selotong 31,7 36

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Dapat dilihat dari Tabel 15 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara tetapi di atas tingkat Nasional dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian berada di bawah angka ideal. Hal ini karena masyarakat jarang mengkonsumi jagung, jika ada yang mengkonsumsi tetapi dalam jumlah sedikit. Masyarakat lebih sering mengkonsumsi pangan non beras selain kelompok padi-padian. Karena seperti jagung, mie basah dan kering, roti, dan tepung mereka harus membeli ke pasar dengan mengeluarkan biaya.

Selain tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian, tingkat konsumsi non beras kelompok umbi-umbian juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok umbi-umbian Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 16.


(26)

Tabel 16. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Umbi-umbian

No Uraian

Tigkat Konsumsi Non Beras Umbi-umbian

gr/kap/hr Ideal gr/kap/hr

1 Nasional 31,8 90

2 Provinsi Sumatera Utara 59,1 90

3 Kabupaten Langkat 18,8 90

4 Desa Selotong 50,1 90

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Dapat dilihat dari Tabel 16 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok umbi-umbian di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara tetapi di atas tingkat Nasional dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok umbi-umbian di Desa Selotong berada di bawah angka ideal. Menurut hasil penelitian masyarakat mengkonsumsi ubi kayu, ubi jalar dan kentang, tetapi jumlahnya tidak banyak. Hal ini yang membuat tingkat konsumsi umbi-umbian tidak mencapai angka ideal.

Selain tingkat konsumsi non beras kelompok umbi-umbian, tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 17.


(27)

39

Tabel 17. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Pangan Hewani

No Uraian

Tingkat Konsumsi Non Beras Pangan Hewani

gr/kap/hr Ideal gr/kap/hr

1 Nasional 102,6 140

2 Provinsi Sumatera Utara 191,6 140

3 Kabupaten Langkat 188,2 140

4 Desa Selotong 185,4 140

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Dapat dilihat dari Tabel 17 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat, tetapi di atas tingkat Nasional. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena mata pencaharian masyarakat di Desa Selotong sebagian besar adalah nelayan dan petani. Hasil dari tangkapan nelayan yang mereka konsumsi tanpa membeli. Masyarakat yang bukan bekerja sebagai nelayan, sebagian besar membeli ikan dengan tetangga mereka yang bekerja sebagai nelayan dengan harga yang lebih murah dibandingkan di pasar. Begitu juga dengan konsumsi telur ayam. Hampir seluruh masyarakat memiliki ayam di halaman rumahnya. Hal ini yang membuat mereka jarang membeli telur di pasar.

Selain tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani, tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 18.


(28)

Tabel 18. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Minyak dan Lemak

No Uraian

Tingkat Konsumsi Non Beras Minyak dan Lemak gr/kap/hr Ideal

gr/kap/hr

1 Nasional 27,0 25

2 Provinsi Sumatera Utara 27,8 25

3 Kabupaten Langkat 31,7 25

4 Desa Selotong 49,0 25

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Dapat dilihat dari Tabel 18 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak di Desa Selotong paling tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena masyarakat di Desa Selotong mengkonsumsi minyak goreng yang berlebih untuk menggoreng ikan (karena setiap hari masyarakat makan ikan) dan juga menggoreng pisang (karena masyarakat memiliki pohon pisang sendiri), serta untuk menggoreng tahu dan tempe menjadi cemilan atau lauk untuk makan.

Selain tingkat konsumsi non beras kelompok minyak dan lemak, tingkat konsumsi non beras kelompok buah/biji berminyak juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok buah/biji berminyak Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 19.


(29)

41

Tabel 19. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Buah/Biji Berminyak

No Uraian

Tigkat Konsumsi Non Beras Buah/Biji Berminyak gr/kap/hr Ideal

gr/kap/hr

1 Nasional 7,0 10

2 Provinsi Sumatera Utara 20,2 10

3 Kabupaten Langkat 174,5 10

4 Desa Selotong 16,4 10

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Dapat dilihat dari Tabel 19 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok buah/biji berminyak di Desa Selotong berada di bawah tingkat Kabupaten Langkat dan Provinsi Sumatera Utara, tetapi di atas tingkat Nasional. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok buah/biji berminyak di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena masyarakat sering mengkonsumsi kelapa untuk dijadikan santan pada sayuran. Masyarakat memiliki pohon kelapa sendiri di belakang rumahnya. Sebagian masyarakat meminta atau diberikan kelapa oleh tetangga yang memiliki pohon kelapa.

Selain tingkat konsumsi non beras kelompok buah/biji berminyak, tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 20.


(30)

Tabel 20. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Kacang-kacangan

No Uraian

Tigkat Konsumsi Non Beras Kacang-kacangan gr/kap/hr Ideal

gr/kap/hr

1 Nasional 23,2 35

2 Provinsi Sumatera Utara 23,4 35

3 Kabupaten Langkat 17,6 35

4 Desa Selotong 73,5 35

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Dapat dilihat dari Tabel 20 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan di Desa Selotong paling tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena selain ikan masyarakat juga sering mengkonsumsi tahu dan tempe setiap harinya karena harga terjangkau. Dan juga mengkonsumsi kacang tanah yang menjadi lauk makan serta kacang hijau untuk dijadikan bubur.

Selain tingkat konsumsi non beras kelompok kacang-kacangan, tingkat konsumsi non beras kelompok gula juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok gula Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Gula

No Uraian

Tigkat Konsumsi Non Beras Gula gr/kap/hr Ideal

gr/kap/hr

1 Nasional 24,5 30

2 Provinsi Sumatera Utara 16,0 30

3 Kabupaten Langkat 17,3 30


(31)

43

Dapat dilihat dari Tabel 21 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok gula di Desa Selotong paling tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok gula Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok gula di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena masyarakat mengkonsumsi gula putih/gula pasir untuk minum teh manis dan kopi (1-3 kali sehari), serta gula merah untuk membuat bubur kacang hijau.

Selain tingkat konsumsi non beras kelompok gula, tingkat konsumsi non beras kelompok sayur dan buah juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok sayur dan buah Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Sayur dan Buah

No Uraian

Tigkat Konsumsi Non Beras Beras

gr/kap/hr Ideal gr/kap/hr

1 Nasional 256,3 230

2 Provinsi Sumatera Utara 263,9 230

3 Kabupaten Langkat 227,7 230

4 Desa Selotong 254,5 230

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Dapat dilihat dari Tabel 22 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok sayur dan buah di Desa Selotong berada di bawah tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Naisonal, tetapi di atas tingkat Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok sayur dan buah di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena sebagian besar masyarakat memiliki pohon buah pepaya, pisang,


(32)

harus membeli lagi ke pasar. Masyarakat juga menanam berbagai macam sayur-sayuran, seperti sayur bayam, kangkung, sawi, kacang panjang, daun ubi, daun pepaya, dan genjer. Jadi mereka mengkonsumsi sayur-sayuran dari hasil produksi mereka sendiri.

Selain tingkat konsumsi non beras kelompok sayur dan buah, tingkat konsumsi non beras kelompok lain-lain (minuman dan bumbu) juga akan dibandingkan dengan tingkat konsumsi non beras kelompok lain-lain Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan juga Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok–Lain-lain

No Uraian

Tigkat Konsumsi Non Beras Lain-lain

gr/kap/hr Ideal

gr/kap/hr

1 Nasional 58,9 15

2 Provinsi Sumatera Utara 3,1 15

3 Kabupaten Langkat 1,8 15

4 Desa Selotong 27,3 15

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Dapat dilihat dari Tabel 23 bahwa tingkat konsumsi non beras kelompok lain-lain di Desa Selotong berada di bawah tingkat Nasional tetapi di atas tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Dan juga tingkat konsumsi non beras kelompok lain-lain di Desa Selotong berada di atas angka ideal. Hal ini karena masyarakat sering mengkonsumsi teh manis dan kopi, yaitu sebanyak 1-3 kali sehari.


(33)

45

Tabel 24. Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras Nasional, Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Langkat, dan Desa Selotong

No Kelompok Pangan Nasional Gr/Kap/Hr Sumatera Utara Gr/Kap/Hr Langkat Gr/Kap/Hr Desa Selotong Gr/Kap/Hr Ideal Gr/Kap/Hr 1 Padi-padian

(Beras) 263,5 348,5* 246,5 236,7 239,0

2 Padi-padian

(Non Beras) 32,4 68,1* 28,0 31,7 36,0

3 Umbi-umbian 31,8 59,1* 18,8 50,1 90,0

4 Pangan Hewani 102,6 191,6* 188,2 185,4 140,0

5 Minyak dan

Lemak 27,0 27,8 31,7 49,0* 25,0

6 Buah/Biji

Berminyak 7,0 20,2 174,5* 16,4 10,0

7

Kacang-kacangan 23,2 23,4 17,6 73,5* 35,0

8 Gula 24,5 16,0 17,3 53,9* 30,0

9 Sayur dan Buah 256,3 263,9* 227,7 254,5 230,0

10 Lain-lain 58,9* 3,1 1,8 27,3 15,0

Keterangan : *) Nilai tertinggi

Sumber : Lampiran 4 dan BKP Sumatera Utara

Tabel 24 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras di Desa Selotong berada di bawah angka ideal Nasional, begitu juga dengan konsumsi non beras padi-padian dan umbi-umbian berada di bawah angka ideal Nasional. Sedangkan kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain berada di atas angka ideal Nasional.

5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Beras Masyaralat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) faktor, yaitu tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras di Desa Selotong.


(34)

umur, dan tingkat konsumsi non beras) terhadap variabel terikat (tingkat konsumsi beras) terdapat pada Tabel 25.

Tabel 25. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Beras di Desa Selotong

No Variabel Koef. Regresi Sig.

1 Konstanta 14,154 0,895

2 Tingkat Pendapatan Rumah Tangga -52,654 0,041

3 Jumlah Anggota Rumah Tangga 127,205 0,000

4 Umur 7,554 0,000

5 Tingkat Konsumsi Non Beras 0,062 0,003

R Square 0,561

Sumber : Lampiran 6

Dari Tabel 25 dapat diperoleh persamaan :

Y = 14,154–52,654X1+ 127,205X2+ 7,554X3+ 0,062X4

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2 (R Square) yang diperoleh adalah sebesar 0,561. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 56,1 % variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras berpengaruh terhadap variabel terikat tingkat konsumsi beras. Sedangkan sisanya 43,9 % dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.

Dari persamaan hasil analisis regresi, dapat diperoleh nilai konstanta sebesar 14,154. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek yang ditimbulkan variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras terhadap variabel terikat tingkat konsumsi beras adalah 14,154. Atau apabila nilai variabel bebas sama dengan nol (=0), maka nilai variabel terikat tingkat konsumsi beras adalah sebesar 14,154 gr.


(35)

47

Dari tabel Anova pada lampiran 6, diperoleh signifikansi F adalah sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat tingkat konsumsi beras.

Secara parsial variabel bebas tersebut ada yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata. Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t tingkat pendapatan rumah tangga (X1) adalah sebesar 0,041 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas tingkat pendapatan rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras. Angka 52,654 menunjukkan besarnya koefisien regresi X1.Nilai koefisien regresi bertanda negatif sebesar -52,654. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan pendapatan, maka akan terjadi penurunan konsumsi beras sebesar 52,654 gr. Hal ini karena penambahan pendapatan bisa saja dikeluarkan untuk konsumsi non beras dan non pangan.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t jumlah anggota rumah tangga (X2) adalah sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0ditolak dan H1diterima, yang berarti variabel bebas jumlah anggota rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras. Angka 127,205 menunjukkan besarnya koefisien regresi X2. Nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 127,205. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan 1 jiwa, maka akan terjadi penambahan konsumsi beras sebesar 127,205 gr. Atau


(36)

semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka semakin banyak pula konsumsi berasnya.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t umur (X3) adalah sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas umur secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras. Angka 7,554 menunjukkan besarnya koefisien regresi X3. Nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 7,554. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan umur 1 tahun, maka akan terjadi penambahan konsumsi beras sebesar 7,554 gr. Penambahan konsumsi beras dikarenakan apabila bertambahnya umur ibu rumah tangga berarti semakin tinggi umur anak-anaknya, maka semakin banyak pula mengkonsumsi berasnya.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t tingkat konsumsi non beras (X4) adalah sebesar 0,003 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas tingkat konsumsi non beras secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras. Angka 0,062 menunjukkan besarnya koefisien regresi X4. Nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,062. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan konsumsi non beras maka akan terjadi penambahan konsumsi beras sebesar 0,062 gr.


(37)

(38)

6.1 Kesimpulan

1. Pola konsumsi pangan di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat didominasi oleh kelompok pangan non beras.

2. Tingkat konsumsi beras di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat berada di bawah angka ideal Nasional. Begitu juga tingkat konsumsi non beras kelompok padi-padian dan kelompok umbi-umbian yang masih di bawah angka ideal Nasional. Sedangkan tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain (minuman dan bumbu) berada di atas angka ideal Nasional.

3. Secara serempak dan parsial keempat faktor (tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras) berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.

6.2 Saran

1. Kepada Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah agar mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pola konsumsi pangan yang ideal dan mencapai Pola Pangan Harapan (PPH) Ideal. Dan juga memberikan penjelasan tentang pentingnya dalam pencapaian PPH tersebut.


(39)

50

2. Kepada Masyarakat

Disarankan kepada masyarakat di Desa Selotong agar meningkatkan konsumsi umbi-umbiannya dan sebaliknya mengurangi konsumsi tujuh kelompok pangan yang berlebih, yaitu pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan agar pola konsumsi pangan masyarakat berimbang dan beragam.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Disarankan untuk meneliti pola konsumsi pangan rumah tangga di daerah perkotaan.


(40)

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pola Konsumsi Pangan

Pola Konsumsi Pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata perorang per hari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004 menetapkan bahwa Angka Kecukupan Gizi/Energi (AKG/AKE) di tingkat konsumsi sebesar 2.000 Kkal per kapita per hari dan protein 52 gram per kapita per hari, dan 57 gram per kapita per hari ditingkat ketersediaan (BKP Bengkulu, 2011).

Bahan pangan untuk konsumsi sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok besar. Jenis pangan pada masing-masing kelompok dapat berbeda pada setiap daerah/kota sesuai sumberdaya pangan yang tersedia. Secara nasional bahan pangan dikelompokkan sebagai berikut :

a. Padi-padian : beras, jagung, sorghum dan terigu b. Umbi-umbian : ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu,

dan umbi lainnya

c. Pangan hewani : ikan, daging, susu dan telur

d. Minyak dan lemak : minyak kelapa, minyak sawit (minyak goreng, minyak jagung, margarin) e. Buah/biji berminyak : kelapa, kemiri, jambu mete dan


(41)

9

f. Kacang-kacangan : kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang lainnya

g. Gula : gula pasir, gula merah

h. Sayur dan buah : semua jenis sayuran dan buah-buahan yang biasa dikonsumsi

i. Lain-lain : teh, kopi, sirup, bumbu-bumbuan, makanan dan minuman jadi.

Seperti diketahui bersama ketahanan pangan nasional akan terwujud apabila didukung langsung oleh ketahanan pangan skala rumah tangga. Pola konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga sekaligus ketahanan pangan nasional. Dimana pola konsumsi pangan sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah tangga, seperti pendapatan, harga pangan, selera dan kebiasaan makan

(BKP Langkat, 2015).

Untuk melihat situasi pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dilakukan pendataan kebiasaan konsumsi pangan masyarakat sehingga diperoleh gambaran tentang kualitas dan kuantitas konsumsi pangan di daerah penelitian tersebut.

2.1.2 Pola Pangan Harapan

Penilaian terhadap pengembangan pola konsumsi pangan tingkat Nasional dan Regional dilaksanakan dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH) dan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Pola Pangan


(42)

dianjurkan untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Pola Pangan Harapan (PPH) dapat digunakan sebagai ukuran keseimbangan dan keanekaragaman pangan dengan terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan. Skor pola konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi konsumsi pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan serta mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif

(BKP Bengkulu, 2011).

Tabel 3. Standar Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional

No Kelompok Pangan Skor PPH

1 Padi-padian 25

2 Umbi-umbian 2,5

3 Pangan Hewani 24

4 Minyak dan Lemak 5

5 Buah/Biji Berminyak 1

6 Kacang-kacangan 10

7 Gula 2,5

8 Sayur dan Buah 30

9 Lain-lain 0

Total 100

Sumber : BKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

PPH berguna untuk :

1) Sebagai alat atau instrumen perencanaan konsumsi pangan, ketersediaan pangan dan produksi pangan.

2) Sebagai instrumen evaluasi tingkat pencapaian konsumsi pangan, penyediaan pangan dan produksi pangan.

3) Dapat pula digunakan sebagai basis pengukuran diversifikasi dan ketahanan pangan.


(43)

11

2.1.3 Tingkat Konsumsi

Tingkat konsumsi menggambarkan jumlah bahan makanan yang rata-rata dikonsumsi anggota masyarakat. Terdapat 3 (tiga) cara untuk menjelaskan tingkat konsumsi, yaitu :

1) Berdasarkan jenis atau macam dan jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga.

2) Menurut pengelompokan penggunaan komoditi.

3) Menurut nilai (pengeluaran) dari komoditas yang dikonsumsi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras adalah sebagai berikut : 1) Tingkat Pendapatan Rumah Tangga

Adanya sifat keterbatasan sumberdaya keluarga atau pendapatan yang tersedia akan mempengaruhi adanya prioritas alokasi pengeluaran keluarga. Keluarga yang berpenghasilan rendah, sebagian besar pendapatannya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan akan relatif besar. Akan tetapi karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka mulai pada tingkat pendapatan tertentu pertambahan pendapatan akan dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan non pangan, sehingga pada kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan-kebutuhan lain selain pangan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya tidak sebesar pengeluaran non pangan (Fatimah,1995).


(44)

2) Jumlah Anggota Rumah Tangga

Jumlah anggota rumah tangga juga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Bagi rumah tangga dengan anggota rumah tangga banyak, pada kondisi tersebut maka tingkat konsumi pangan akan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih kecil. Untuk mencukupi konsumsi pangan seluruh anggota rumah tangga maka pada kondisi ini pula lebih mengutamakan kuantitas dibandingkan kualitas pangan.

3) Umur

Memahami umur konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek(Sumarwan, 2004).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Konsumsi

Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) yang dikemukakan oleh Keynes, menduga bahwa fungsi konsumsi memiliki karakteristik :

1) Kecenderungan mengkonsumsi merupakan fungsi yang stabil dan besarnya konsumsi agregat ditentukan oleh besarnya pendapatan agregat.

2) Konsumsi akan meningkat jika pendapatan meningkat, tetapi peningkatan konsumsi yang terjadi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan.

3) Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin besar jarak (gap) antara pendapatan dan konsumsi. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan, semakin besar proporsi dari pendapatan yang ditabung.


(45)

13

4) Peningkatan pendapatan akan diikuti dengan peningkatan tabungan, dan turunnya pendapatan akan diikuti dengan penurunan tabungan dalam jumlah yang lebih besar (Supriana, 2013).

Konsumsi adalah fungsi linier dari pendapatan yang dapat dibelanjakan. Hal ini dituliskan sebagai berikut :

Gambar 1. Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) Persamaan di atas dinamakan fungsi konsumsi, di mana a adalah titik potong (intersep) dan b adalah kemiringan (slope) fungsi konsumsi. Slope dari fungsi konsumsi adalah kecenderungan untuk mengkonsumsi (Marginal Propensity to Consume = MPC). MPC sebesar b dapat diartikan sebagai penambahan sebesar 1 satuan pendapatan yang dapat dibelanjakan akan menaikkan konsumsi sebesar b,

K

onsum

si

Pendapatan yang Dapat Dibelanjakan C

Yd

C = a + bYd C = a + bYd


(46)

2.3 Penelitian Terdahulu

Haga Prana P. Bangun (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi (Studi Kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang) menyimpulkan bahwa pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Sidoarjo Dua Ramunia tersebut masih didominasi oleh beras dibandingkan bahan pangan lainnya. Tingkat konsumsi beras di Desa Sidoarjo Dua Ramunia berada di atas tingkat konsumsi beras Kabupaten Deli Serdang dan di bawah tingkat konsumsi beras Sumatera Utara. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras di Desa Sidoarjo Dua Ramunia adalah jumlah anggota keluarga dan tingkat pendapatan.

Monalisa Hasibuan (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat di Kecamatan Medan Tuntungan menyimpulkan bahwa konsumsi pangan sumber karbohidrat di Kecamatan Medan Tuntungan sebesar 64,73 gr/kap/hari. Kelompok pangan padi-padian sebesar 33,54 gr/kap/hari dan kelompok umbi-umbian sebesar 31,19%. Pola Pangan Harapan (PPH) dari kelompok padi-padian sebesar 3,05 dan kelompok umbi-umbian sebesar 0,94. Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat per kapita adalah pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan, umur, dan tingkat pendidikan. Secara serempak keempat faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat, sedangkan secara parsial hanya pendapatan rumah tangga dan jumlah tanggungan yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi


(47)

15

2.4 Kerangka Pemikiran

Penelitian dilakukan di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dengan sasaran responden masyarakat (ibu rumah tangga) di Desa Selotong. Setiap masyarakat memiliki pola konsumsi pangan tersendiri. Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi mayarakat dan dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan mayarakat. Pola konsumsi pangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat. Tingkat konsumsi beras dan non beras membentuk skor berupa Pola Pangan Harapan (PPH) di daerah penelitian (Desa Selotong). Selanjutnya PPH di Desa Selotong akan dibandingkan dengan PPH Ideal Nasional. Sehingga dapat diketahui PPH di Desa Selotong ideal atau tidak ideal.

Selain pola konsumsi pangan, tingkat konsumsi beras dan non beras diperlukan juga data pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diuraikan skema kerangka pemikiran pada Gambar 2.


(48)

Masyarakat

Pola Konsumsi Pangan

Tingkat Konsumsi Non Beras

Tingkat Konsumsi

Beras

Pola Pangan Harapan

Ideal Tidak

Ideal

Pola Pangan Harapan Ideal

1. Tingkat Pendapatan Rumah tangga

2. Jumlah Anggota Rumah Tangga

3. Umur

4. Tingkat Konsumsi Non Beras

Keterangan :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras

Menyatakan Alur Menyatakan Pengaruh Menyatakan Perbandingan


(49)

17

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis penelitian adalah: ada pengaruh tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat baik secara serempak maupun parsial.


(50)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional dan bahkan politis. Menurut Khumaidi (1997), Pangan pokok ialah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi yang terbesar. Sedangkan pangan pokok utama ialah pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditi lain.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata dan terjangkau. Pembangunan pangan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Konsumsi pangan penduduk Indonesia masih belum memenuhi kecukupan gizi. Kuantitas, kualitas dan keragaman pangan belum memenuhi kaedah berimbang, karena masih didominasi oleh serealia khususnya beras, sebaliknya kontribusi jagung, umbi-umbian, kacangan-kacangan, pangan hewani, sayur-sayuran dan buah-buahan masih sangat kurang. Ketergantungan terhadap beras dapat diperlonggar dengan penganekaragaman pangan melalui perubahan citra bahan pangan pokok berbasis umbi-umbian yang diperkaya nutrisinya oleh kacang-kacangan (Aziz, 2008).


(51)

2

Program peningkatan ketahanan pangan dimaksudkan sebagai upaya untuk menjaga ketersediaan pangan nasional (beras dan sumber bahan pangan lain), agar dapat dipenuhi dan diproduksi domestik sehingga mampu mengurangi ketergantungan akan impor.

Salah satu bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah beras. Pembentukan pola konsumsi beras pada rumah tangga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan pengaruh yang berasal dari rumah tangga yaitu pendapatan rumah tangga, jumlah konsumsi beras, jumlah pembelian beras dan kelas sosial. Faktor eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar lingkungan rumah tangga, yaitu harga beras.

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi masyarakat ini dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan masyarakat yang selanjutnya dapat diamati dari parameter Pola Pangan Harapan (PPH) (Baliwati dkk, 2010) . Berbagai zat gizi yang disediakan oleh beragam pangan yang terdapat dalam pangan yang dikonsumsi. Sejumlah golongan bahan pangan yang tersusun secara seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Golongan pangan tersebut mencakup: 1) padi-padian, 2) umbi-umbian, 3) pangan hewani, 4) minyak dan lemak, 5) buah dan biji berminyak, 6) kacang-kacangan, 7) gula, 8) sayuran dan buah, serta 9) lain-lain. Kesembilan kelompok pangan inilah yang terdapat dalam PPH. Oleh karena itu, konsep PPH merupakan manifestasi konsep gizi seimbang.


(52)

pertanian dan pangan dengan adanya PPH akan mengetahui banyaknya pangan yang harus disediakan untuk konsumsi penduduk agar terpenuhi kecukupan gizi dengan mutu yang lebih baik. Prinsip dasar perencanaan kebutuhan pangan dengan PPH adalah tersedianya pangan yang beranekaragam yang sesuai dengan kecukupan gizi penduduk setempat. Selain itu PPH disajikan dalam kelompok pangan untuk memberikan keleluasaan menentukan pilihan jenis pangan yang diinginkan diantara kelompoknya dengan memperhatikan aspek pola konsumsi atau preferensi jenis pangan penduduk dan aspek potensi wilayah setempat

(Ariani dkk, 1995).

Tabel 1. Susunan dan Jumlah Pangan Ideal Nasional Per Kapita Per Hari

No Kelompok %

AKE

Energi Berat

Pangan (Kkal/Kap/Hr) (Gram/Kap/Hr)

1 Padi-padian 50 1.000 275

2 Umbi-umbian 6 120 90

3 Pangan Hewani 12 240 140

4 Minyak dan Lemak 10 200 25

5 Buah/Biji Berminyak 3 60 10

6 Kacang-kacangan 5 100 35

7 Gula 5 100 30

8 Sayur dan Buah 6 120 230

9 Lain-lain 3 60 15

Total 100 2.000 850

Sumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

Tabel 1 menunjukkan besar Angka Kecukupan Energi (AKE) ideal masing-masing kelompok pangan yang diperoleh dari pembagian besar energi dengan total energi dikali 100%. Tabel di atas juga menunjukkan besarnya energi dan berat konsumsi ideal yang dijadikan faktor konversi dalam perhitungan konsumsi energi untuk memperoleh skor Pola Pangan Harapan (PPH).


(53)

4

Tabel 2. Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Nasional Tahun 2014

No. KELOMPOK PANGAN

Konsumsi Pangan 2014

TOTAL PANGAN Gr/Kap/Hr Kg/Kap/Thn

1. Padi-padian 295,9 108,0

Beras 263,5 96,2

Jagung 4,2 1,5

Tepung Terigu 28,2 10,3

2. Umbi-umbian 31,8 11,5

Singkong 17,9 6,5

Ubi Jalar 7,5 2,7

Sagu 1,1 1,5

Kentang 4,2 0,4

Umbi-umbian lainnya 1,1 0,4

3. Pangan Hewani 102,6 37,4

Daging Ruminansia 5,2 1,9

Daging Unggas 15,1 5,5

Telur 20,3 7,4

Susu 6,7 2,4

Ikan 55,3 20,2

4. Minyak dan Lemak 27,0 8,9

Minyak Kelapa 2,6 0,9

Minyak Sawit 23,9 8,7

Minyak Lain 0,5 0,2

5. Buah/Biji Berminyak 7,0 2,6

Kelapa 5,9 2,2

Kemiri 1,1 0,4

6. Kacang-kacangan 23,2 8,5

Kacang Kedelai 21,4 7,8

Kacang Tanah 0,8 0,3

Kacang Hijau 0,8 0,3

Kacang-kacang lainnya 0,2 0,1

7. Gula 24,5 9,0

Gula Pasir 22,7 8,3

Gula Merah 1,8 0,7

8. Sayur dan Buah 256,3 93,5

Sayur-sayuran 163,4 59,6

Buah-buahan 92,9 33,9

9. Lain-lain 58,9 21,5

Minuman 49,3 18,0

Bumbu 9,6 3,5


(54)

Dari Tabel 1 dan Tabel 2 dapat diketahui pola konsumsi pangan ideal dan juga pola konsumsi pangan Nasional. Tingkat konsumsi pangan Nasional kelompok padi-padian, minyak dan lemak, sayur dan buah, dan lain-lain berada di atas angka ideal, sedangkan tingkat konsumsi pangan Nasional kelompok umbi-umbian, pangan hewani, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, dan gula berada di bawah angka ideal.

Dari data Lampiran 1 dapat diketahui pola konsumsi pangan Provinsi Sumatera Utara. Diperoleh dari data Lampiran 1 bahwa tingkat konsumsi pangan kelompok padi-padian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak berada di atas angka ideal, sedangkan tingkat konsumsi pangan kelompok umbi-umbian, kacang-kacangan, gula, dan pangan lain-lain berada di bawah angka ideal.

Dari data Lampiran 2 dapat diketahui pola konsumsi pangan Kabupaten Langkat. Diperoleh dari data Lampiran 2 bahwa tingkat konsumsi pangan kelompok pangan hewani, minyak dan lemak serta buah/biji berminyak berada di atas angka ideal, sedangkan tingkat konsumsi pangan kelompok padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta pangan lain-lain berada di bawah angka ideal.

Dilihat dari ketiga situasi konsumsi pangan penduduk, dapat diperoleh tingkat konsumsi pangan kelompok padi-padian Nasional berada di atas Kabupaten Langkat tetapi di bawah Provinsi Sumatera Utara. Tingkat konsumsi pangan kelompok umbi-umbian Nasional berada di atas Kabupaten Langkat tetapi di bawah Provinsi Sumatera Utara. Tingkat konsumsi pangan kelompok pangan hewani Nasional paling rendah dibandingkan tingkat Provinsi Sumatera Utara dan


(55)

6

Kabupaten Langkat. Tingkat konsumsi pangan kelompok minyak dan lemak Nasional paling rendah dibandingkan tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Tingkat konsumsi pangan kelompok buah/biji berminyak Nasional paling rendah dibandingkan tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Tingkat konsumsi pangan kelompok kacang-kacangan Nasional berada di atas Kabupaten Langkat tetapi di bawah Provinsi Sumatera Utara. Tingkat konsumsi pangan kelompok gula Nasional berada di atas Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat. Tingkat konsumsi pangan kelompok sayur dan buah Nasional berada di atas Kabupaten Langkat tetapi di bawah Provinsi Sumatera Utara. Tingkat konsumsi pangan kelompok lain-lain (minuman dan bumbu) Nasional berada di atas Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat.

Peneliti akan melakukan survei pola konsumsi pangan di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat untuk mengetahui situasi pangan penduduk yang akan dibandingkan dengan situasi pangan penduduk Nasional, Sumatera Utara, Kabupaten Langkat, dan dibandingkan juga dengan pola konsumsi pangan ideal Nasional yang telah dilampirkan pada Tabel 1. Serta untuk mengetahui skor PPH di daerah penelitian yang akan dibandingkan dengan skor PPH Ideal Nasional.

1.2 Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang dan permasalahan yang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi sebagai berikut :


(56)

2. Bagaimana tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat di Desa Selotong?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong. 2. Untuk mengetahui tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat di Desa

Selotong.

3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah :

1. Sebagai sumber pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang pola konsumsi pangan dan tingkat konsumsi beras dan non beras.

2. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


(57)

i

ABSTRAK

SHELLA AGUSTIA PURBA (120304017) dengan judul skripsi “Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras (Studi Kasus: Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat).” Penelitian skripsi ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Emalisa, SP., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan masyarakat; mengetahui tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat; dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong didominasi oleh konsumsi pangan non beras; Tingkat konsumsi beras, non beras kelompok padi-padian dan umbi-umbian berada di bawah angka ideal Nasional, sedangkan tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain (minuman dan bumbu) berada di atas angka ideal Nasional. Secara serempak dan parsial keempat faktor (tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras) berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.


(58)

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT

KONSUMSI BERAS DAN NON BERAS

(Studi Kasus : Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

OLEH :

SHELLA AGUSTIA PURBA 120304017

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(59)

i

ABSTRAK

SHELLA AGUSTIA PURBA (120304017) dengan judul skripsi “Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras (Studi Kasus: Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat).” Penelitian skripsi ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Emalisa, SP., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan masyarakat; mengetahui tingkat konsumsi beras dan non beras masyarakat; dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pola konsumsi pangan masyarakat di Desa Selotong didominasi oleh konsumsi pangan non beras; Tingkat konsumsi beras, non beras kelompok padi-padian dan umbi-umbian berada di bawah angka ideal Nasional, sedangkan tingkat konsumsi non beras kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain (minuman dan bumbu) berada di atas angka ideal Nasional. Secara serempak dan parsial keempat faktor (tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, umur, dan tingkat konsumsi non beras) berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi beras masyarakat di Desa Selotong.


(60)

RIWAYAT HIDUP

Shella Agustia Purba, lahir di Pematangsiantar pada tanggal 5 Agustus 1994, sebagai anak tunggal dari Bapak Sofyan Purba (Alm) dan Ibu Wahyu Endarini Bangun (Almh).

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1999 masuk Taman Kanak-kanak MBBA Pematangsiantar lulus tahun 2000.

2. Tahun 2000 masuk SD Swasta Tamansiswa Pematangsiantar lulus tahun 2006. 3. Tahun 2006 masuk SMP Swasta Tamansiswa Pematangsiantar lulus tahun

2009.

4. Tahun 2009 masuk SMA Swasta Tamansiswa Pematangsiantar lulus tahun 2012.

5. Tahun 2012 masuk di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP (Undangan).

Kegiatan yang pernah diikuti selama kuliah :

1. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Nagori Siporkas, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Agustus. 2. Melaksanakan penelitian skripsi pada bulan Februari – Maret 2016 di Desa

Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.


(61)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras (Studi Kasus : Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat).” Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di Program Studi Agrubisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Sofyan Purba (Alm) dan Ibunda tercinta Wahyu Endarini Bangun (Almh) yang selalu memberikan dukungan, perhatian, serta materi dalam melakukan kegiatan apapun yang bersfiat positif dari awal penulis masuk pendidikan formal hingga penulis duduk di semester IV.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta Ibu Emalisa, SP., M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS selaku ketua dosen penguji dan Ibu Ir. Iskandarini, MM., PhD selaku anggota dosen penguji yang memberikan masukan yang sangat berharga untuk kesempurnaan isi skripsi saya.


(62)

4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Agribisnis yang telah banyak membantu seluruh proses administrasi.

6. Seluruh instansi terkait dalam penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh responden yang telah memberikan waktu dan bersedia untuk diwawancarai.

8. Seluruh keluarga penulis yang memberikan motivasi dan materi dalam perkuliahan hingga sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini.

9. Para sahabat yang memberikan penulis motivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini Wahidatul Akmaliyah, Asriyani, Fitri, Novita, Rini, Stephany, Wella, Anggi Dina, Imam Sazali, Boris, Tia, Rozi, Fauzi, Indria, Nursamsi, Nurul, Ristiwi, Iid, Elsa, Tri, Aulia Harfi, Ridho dan teman-teman angkatan 2012 Program Studi Agribisnis ataupun teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.


(63)

v

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya. Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2016


(64)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

RIWAYAT HIDUP ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...6

1.3 Tujuan Penelitian ...7

1.4 Kegunaan Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ...8

2.1.1 Pola Konsumsi Pangan...8

2.1.2 Pola Pangan Harapan ...9

2.1.3 Tingkat Konsumsi ...11

2.2 Landasan Teori...12

2.2.1 Teori Konsumsi...12

2.3 Penelitian Terdahulu ...14

2.4 Kerangka Pemikiran...15

2.5 Hipotesis Penelitian...17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ...18

3.2 Metode Penentuan Sampel...19

3.3 Metode Pengumpulan Data ...19

3.4 Metode Analisis Data ...20

3.4.1 Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak (Uji F) ...22

3.4.2 Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial (Uji T) ...23

3.5 Definisi dan Batasan Operasioanl ...24

3.5.1 Definisi...24


(65)

vii

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ...27

4.1.1 Keadaan Penduduk...28

4.1.2 Sarana dan Prasarana ...30

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian ...30

4.2.1 Pendapatan Rumah Tangga...31

4.2.2 Jumlah Anggota Rumah Tangga ...31

4.2.3 Umur ...32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Konsumsi Pangan...33

5.2 Tingkat Konsumsi ...34

5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Beras Masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat...45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...49

6.2 Saran...49 DAFTAR PUSTAKA


(66)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1 Susunan dan Jumlah Pangan Ideal Nasional Per Kapita Per Hari 3 2 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Nasional Tahun 2014 4

3 Standar Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional 10

4 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan 18

5 Penduduk Menurut Kelompok Umur 28

6 Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan 29

7 Penduduk Menurut Kelompok Agama 29

8 Sarana dam Prasarana 30

9 Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Desa Selotong 31

10 Jumlah Anggota Rumah Tangga 32

11 Umur Ibu Rumah Tangga 32

12 Data Keberagaman Pangan Rumah Tangga di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

33 13 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Desa Selotong, Kecamatan

Secanggang, Kabupaten Langkat

35

14 Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras 36

15 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Padi-padian

37 16 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok

Umbi-umbian

38 17 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Pangan

Hewani

39 18 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Minyak

dan Lemak

40 19 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok

Buah/Biji Berminyak

41 20 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok

Kacang-kacangan

42 21 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Gula 42 22 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Sayur

dan Buah

43 23 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Lain-lain 44 24 Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras Nasional,

Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Langkat, dan Desa Selotong 45 25 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Konsumsi Beras di Desa Selotong


(67)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) 13 2 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pola Konsumsi Pangan

dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras


(68)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2014

1 2 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Langkat

Tahun 2014

2 3 Konsumsi Pangan Rata-rata Rumah Tangga di Desa Selotong

Per Kapita Per Hari

3 4 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Desa Selotong,

Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Tahun 2014

4

5 Data Responden 5


(1)

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya. Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2016


(2)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

RIWAYAT HIDUP ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...6

1.3 Tujuan Penelitian ...7

1.4 Kegunaan Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ...8

2.1.1 Pola Konsumsi Pangan...8

2.1.2 Pola Pangan Harapan ...9

2.1.3 Tingkat Konsumsi ...11

2.2 Landasan Teori...12

2.2.1 Teori Konsumsi...12

2.3 Penelitian Terdahulu ...14

2.4 Kerangka Pemikiran...15

2.5 Hipotesis Penelitian...17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ...18

3.2 Metode Penentuan Sampel...19

3.3 Metode Pengumpulan Data ...19

3.4 Metode Analisis Data ...20

3.4.1 Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak (Uji F) ...22

3.4.2 Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial (Uji T) ...23

3.5 Definisi dan Batasan Operasioanl ...24

3.5.1 Definisi...24

3.5.2 Batasan Operasional...26


(3)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ...27

4.1.1 Keadaan Penduduk...28

4.1.2 Sarana dan Prasarana ...30

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian ...30

4.2.1 Pendapatan Rumah Tangga...31

4.2.2 Jumlah Anggota Rumah Tangga ...31

4.2.3 Umur ...32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Konsumsi Pangan...33

5.2 Tingkat Konsumsi ...34

5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Beras Masyarakat di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat...45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...49

6.2 Saran...49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1 Susunan dan Jumlah Pangan Ideal Nasional Per Kapita Per Hari 3 2 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Nasional Tahun 2014 4

3 Standar Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional 10

4 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan 18

5 Penduduk Menurut Kelompok Umur 28

6 Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan 29

7 Penduduk Menurut Kelompok Agama 29

8 Sarana dam Prasarana 30

9 Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Desa Selotong 31

10 Jumlah Anggota Rumah Tangga 32

11 Umur Ibu Rumah Tangga 32

12 Data Keberagaman Pangan Rumah Tangga di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

33 13 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Desa Selotong, Kecamatan

Secanggang, Kabupaten Langkat

35

14 Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras 36

15 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Padi-padian

37 16 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok

Umbi-umbian

38 17 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Pangan

Hewani

39 18 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Minyak

dan Lemak

40 19 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok

Buah/Biji Berminyak

41 20 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok

Kacang-kacangan

42 21 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Gula 42 22 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Sayur

dan Buah

43 23 Perbandingan Tingkat Konsumsi Non Beras Kelompok Lain-lain 44 24 Perbandingan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras Nasional,

Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Langkat, dan Desa Selotong 45 25 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Konsumsi Beras di Desa Selotong

46


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) 13 2 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pola Konsumsi Pangan

dan Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2014

1 2 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Langkat

Tahun 2014

2 3 Konsumsi Pangan Rata-rata Rumah Tangga di Desa Selotong

Per Kapita Per Hari

3 4 Situasi Konsumsi Pangan Penduduk Desa Selotong,

Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Tahun 2014

4

5 Data Responden 5

6 Hasil Analisis Regresi Tingkat Konsumsi Beras 6