Pembangunan Ekonomi Makro Perekonomian Daerah Sumatera Utara 1. Tingkat Perekonomian

4.2.3. Pembangunan Ekonomi Makro

Pengalaman sejak krisis ekonomi, tuntutan reformasi, desentralisasi ekonomi, dan sikap antisipatif terhadap perkembangan ekonomi regional, nasional dan global serta pemulihan ekonomi, Propeda Provinsi Sumatera Utara 2001-2005 menggariskan pokok-pokok agenda pembangunan makroekonomi daerah sebagai berikut; 1. Pemulihan pertumbuhan ekonomi secara bertahap menuju ketingkat pertumbuhan sebelum krisis dengan memperhatikan keseimbangan kontribusi sektoral dan penguatan struktur perekonomian Sumatera Utara yang kompetitif dan berorietasi global. 2. Membangun sektor-sektor produksi secara seimbang dengan mengupayakan keterkaitan antar sektor. Sektor industri dan pertanian harus saling mendukung menjadi sektor andalan yang mempunyai keunggulan kompetitif. Pembangunan pembangunan agroindustri hulu dan hilir yang memperkuat perkembangan sektor pertanian dan peningkatan nilai tambah produk-produk pertanian. 3. Pembangunan ekonomi yang berpihak kepada ekonomi kerakyatan, dengan tetap memperhatikan pemerataan pendapatan, kesempatan berusaha, kesempatan kerja dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang memadai dan pelestarian lingkungan hidup dan sumberdaya alam terbarukan. 4. Meningkatkan produktifitas dan efisiensi sektor-sektor produksi. 5. Penyeimbangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah antar daerah kabupatenkota, antara lain melalui kerjasama perencanaan dan kegiatan ekonomi lintas kabupatenkota. 4. Meningkatkan investasi baik PMDN maupun PMA.

BAB V. EVALUASI KINERJA FISKAL DAERAH SUMATERA UTARA

Struktur penerimaan tiap-tiap daerah Provinsi maupun KabupatenKota memiliki komponen sama yaitu 1 Bagian Sisa Lebih Anggaran Tahun Lalu, 2 Pendapatan Asli Daerah, 3 Pendapatan yang berasal dari Pemberian Pemerintah dan atau instansi lain yang lebih lebih tinggi dan 4 Pinjaman Pemerintah Daerah. Setelah desentralisasi fiskal Tahun 2001, Bagian Pendapatan yang berasal dari Pemberian Pemerintah dan atau Instansi Lain yang lebih tinggi khususnya pos Subsidi Daerah Otonom dan Pos Bantuan Pembangunan INPRES “ganti nama” menjadi DAU Dana Alokasi Umum Lihat Statistik Keuangan Daerah 2002. Pengeluaran Pemerintah Daerah dibagi atas Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Pengeluaran Rutin mencakup 1 Belanja Pegawai, 2 Belanja Barang, 3 Belanja Pemeliharaan, 4 Perjalanan Dinas, 5 Belanja lain-lain, 6 Angsuran Pinjaman dan Bunga, 7 Pensiun dan Bantuan, 8 Ganjaran, Subsidi dan Sumbangan, 9 Pengeluaran yang Tidak Masuk Bagian Lain, dan 10 Pengeluaran Tidak Tersangka. Dalam Bagian Pengeluaran Rutin dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu; 1. Belanja Pegawai meliputi 1, 2. Non Belanja Pegawai 2 sd 5, 3. Angsuran Hutang 6 4. Bantuan Keuangan 7 dan 8 5. Belanja “Tak Jelas” 9 dan 10. Pengeluaran Pembangunan mencakup pengeluaran untuk 21 sektor pembangunan, namun dalam bagian ini dibagi kedalam dua bidang yaitu; 1. Bidang Ekonomi sektor 1 sd 10 2. Bidang Sosial sektor 11 sd 21 Evaluasi fiskal daerah ini dalam bagian ini meliputi tiga hal, yaitu 1. perkembangan penerimaan daerah, 2. pengeluaran daerah dan 3. tingkat desentralisasi daerah. Untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih mendalam maka masing-masing penerimaan, pengeluaran dan tingkat desentralisasi fiskal diuraikan pada tingkat provinsi dan kabupatenkota di Sumatera Utara. 5.1.Penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Realisasi penerimaan pemerintah Sumatera Utara selama periode penelitian mengalami pertumbuhan fluktuatif, yang berkisar antara –55 pada waktu krisis ekonomi tahun 19981999 hingga 78 pada awal desentralisasi fiskal Tahun 2001. Tabel.14. Penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 199091 sebesar Rp.318 milyar, naik menjadi Rp.337 milyar tahun 19911992 atau bertumbuh sebesar 6. Kemudian pada Tahun 19921993 naik lagi menjadi Rp.384 milyar atau bertumbuh sebesar 14. Pertumbuhan seperti ini terus berlangsung hingga tahun 19971998 dengan rata-rata pertumbuhan 15.2 per tahun. Namun pada saat krisis ekonomi tahun 1998 terjadi penurunan yang relatif besar dan terjadi pertumbuhan –55 pada Tahun 19981999. Pada Tahun 19992000 Penerimaan bertumbuh lagi sebesar 48. Pertumbuhan positif terus berlangsung sampai Tahun 2001 dengan rata-rata pertumbuhan 47 per tahun. Pada Tahun 2003 Penerimaan turun lagi dengan pertumbuhan –2. Tabel 14. Penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi SUMUT 199091 – 2003 Tahun Penerimaan PAD Dana Perimbangan Nominal Ribu Rp Tumbuh Nominal Ribu Rp Tumbuh Nominal Ribu Rp Tumbuh SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 318658662 - 64659592 - 245868213 - 19911992 337483989 6 65384258 1 267385863 9 19921993 384077557 14 70204556 7 313284747 17 19931994 466707754 22 84768176 21 381004017 22 19941995 543559892 16 124141384 46 411345117 8 19951996 613429045 13 156859078 26 428636937 4 19961997 673819906 10 171953970 10 467245426 9 19971998 772628764 15 212842681 24 546820357 17 19981999 347839124 -55 122888667 -42 223351834 -59 19992000 515926104 48 187597434 53 247331574 11 2000 600279627 16 255078480 36 278327020 13 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 1066803843 78 423075216 66 392994085 41 2002 1179912701 11 614459381 45 414865085 -5 2003 1162033849 -2 621017539 1 424955435 2 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Penerimaan Pemerintah Daerah terdiri dari beberapa komponen namun yang terbesar adalah PAD Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Sedangkan komponen lainnya dan kecil adalah Sisa Anggaran Tahun Lalu, Pinjaman Daerah dan Penerimaan Lain. Pendapatan Asli Daerah PAD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 19901991 adalah Rp.64 milyar, naik menjadi Rp.65 milyar tahun 19911992 atau bertumbuh 1. Pada tahun 19921993 naik lagi menjadi Rp.70 milyar atau bertumbuh 7. Pertumbuhan positif terus berlangsung hingga tahun 19971998 dengan rata-rata pertumbuhan 25 per tahun. Pada masa krisis ekonomi tahun 1998 terjadi penurunan hingga –42 dibanding tahun sebelumnya menjadi hanya Rp.123 milyar. Sejak tahun 19992000 PAD naik lagi dengan laju pertumbuhan 53, tahun 2000 bertumbuh lagi 36 menjadi Rp.255 milyar. Pertumbuhan tertinggi PAD terjadi pada awal desentralisasi fiskal tahun 2001 sebesar 66. Pertumbuhan positif terus berlangsung hingga periode 2001-2003 dengan rata-rata pertumbuhan 22.5 per tahun. Dana Perimbangan, yang dulu dikenal dengan “Penerimaan dari Pemerintah atau Instansi yang Lebih Tinggi” mengalami fluktuasi nilai selama periode penelitian. Sejak tahun 19901991 hingga tahun 19971998 selalu meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 12.4 per tahun. Jika pada tahun 19901991 Dana Perimbangan sebesar Rp.245 milyar, maka pada tahun 19971998 telah menjadi Rp.547 milyar. Pada tahun 19981999 turun drastis menjadi Rp.223 milyar, atau merosot –59. Pada tahun 19992000 naik kembali menjadi Rp.247 milyar atau bertumbuh 11 dari tahun 19981999. Pertumbuhan positif terus berlangsung selama periode 2000-2003 dengan rata-rata 15.3 per tahun, dengan laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2001 yaitu 41 Tabel 15. Menurut Tabel 15 pemerintah Provinsi Sumatera Utara cenderung semakin mandiri. Pada Tahun 19901991 Dana Perimbangan menyumbang 77 Penerimaan, lalu pada tahun 2001 sudah turun menjadi 37, naik lagi menjadi 38 tahun 2002, lalu turun lagi menjadi 37. Disisi lain kemampuan daerah untuk menggali sumber pembiayaan dari daerah sendiri semakin besar, yang ditunjukkan oleh semakin besarnya porsi PAD dalam Penerimaan. Pada tahun 19901991 PAD hanya 20 pada Penerimaan, maka pada tahun 2000 telah menjadi 42 dan naik lagi menjadi 53 pada tahun 2003. Tabel 15. Penerimaan , PAD dan Dana Perimbangan Pemerintah Provinsi SUMUT Tahun 199091 – 2003 Tahun Penerimaan Ribu Rp PAD Dana Perimbangan Nominal Ribu Rp Proporsi Nominal Ribu Rp Proporsi SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 318658662 64659592 20 245868213 77 19911992 337483989 65384258 19 267385863 79 19921993 384077557 70204556 18 313284747 82 19931994 466707754 84768176 18 381004017 82 19941995 543559892 124141384 23 411345117 76 19951996 613429045 156859078 26 428636937 70 19961997 673819906 171953970 26 467245426 69 19971998 772628764 212842681 28 546820357 71 19981999 347839124 122888667 35 223351834 64 19992000 515926104 187597434 36 247331574 48 2000 600279627 255078480 42 278327020 46 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 1066803843 423075216 40 392994085 37 2002 972236346 440591435 45 366644879 38 2003 1162033849 621017539 53 424955435 37 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Dana perimbangan terdiri dari empat komponen yakni tiga yang relatif besar dan permanen yaitu BHP Bagi Hasil Pajak, BHSDA Bagi Hasil Sumber Daya Alam, DAU Dana Alokasi Umum dan satu yang kecil dan insidentil yaitu DAK Dana Alokasi Umum. Diantara ke-empat komponen tadi, Dana Alokasi Umum merupakan bagian terbesar, dimana tidak kurang dari 71 selama periode penelitian. Disusul oleh Bagi Hasil Pajak yang tidak kurang dari 4 dan BHSDA yang tidak kurang 2 dari Dana Perimbangan. Porsi Dana Alokasi Umum pada Dana Perimbangan cenderung menurun selama periode penelitian Tabel 16. Tabel 16. Perkembangan Dana Perimbangan Provinsi SUMUT Tahun 199091 – 2003 Tahun Dana Perimbangan Ribu Rp Komponen Dana Perimbangan BHP Ribu Rp BHSDA Ribu Rp DAU Ribu Rp SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 245868213 8981175 4 4631987 2 232255051 94 19911992 267385863 10308197 4 6603584 2 250474082 94 19921993 313284747 12048146 4 6559531 2 294677070 94 19931994 381004017 15773944 4 8413945 2 356816128 94 19941995 411345117 18293550 4 8689142 2 384362425 93 19951996 428636937 20160095 5 13166042 3 395310800 92 19961997 467245426 24365939 5 18025657 4 424853830 91 19971998 546820357 25541408 5 14444676 3 506834273 93 19981999 223351834 31721222 14 16236650 7 175393962 79 19992000 247331574 38578760 16 20748202 8 188004612 76 2000 278327020 37378512 13 17085135 6 223863373 80 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 392994085 87143046 22 27480307 7 278370732 71 2002 366644879 81333658 22 24701221 7 260610000 71 2003 424955435 99045280 23 19360155 5 301750000 71 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Tahun 19901991 DAU merupakan 94 dari Dana perimbangan, turun menjadi 91 tahun 19951996, kemudian turun lagi menjadi 80 tahun 2000, dan 71 pada tahun 2003. Sedangkan Bagi Hasil Pajak BHP mengalami porsi yang meningkat. Pada tahun 19901991 BHP menyumbang 4 pada Dana Perimbangan, naik menjadi 5 tahun 19951996, kemudian naik lagi menjadi 13 tahun 2000, hingga mencapai 23 pada tahun 2003. Sementara BHSDA juga cenderung naik walau berfluktuasi. Pada tahun 19901991 BHSDA menyumbang 2, naik menjadi 3 tahun 19951996, kemudian naik lagi menjadi 8 tahun 19992000. Tahun 2001 turun menjadi 7, dan turun lagi menjadi 5 tahun 2003. Pendapatan Asli Daerah PAD, yang merupakan indikator kemampuan daerah untuk menggali sumber pembiayaan di wilayahnya sendiri, terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi, Laba BUMD, dan Pendapatan Asli Daerah Lainnya seperti pendapatan dari Dinas-dinas, penjualan asset daerah dan sebagainya. Pajak Daerah merupakan bagian terbesar dan menyumbang PAD lebih dari 75 selama periode penelitian. Dimana pada periode 19901991 – 2000 rata-rata sumbangan Pajak Daerah adalah 85 per tahun, sedangkan pada periode 2001- 2003 rata-rata sumbangannya adalah 93 Tabel 17. Kebalikannya dengan Retribusi, pada periode 19901991-2000 rata-rata sumbangannya terhadap PAD adalah 7.8 per tahun, sedangkan pada periode 2001-2003 adalah turun menjadi 2.7 per tahun. Perilaku serupa juga nampak pada Laba BUMD dan PAD Lainnya, dimana sumbangannya pada PAD dalam periode 19901991-2000 relatif lebih tinggi dibanding periode 2001-2003.

5.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara