Artinya secara real kebijakan tadi berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik di kabupaten maupun di kota, karena pendapatan yang meningkat
apalagi kesempatan kerja yang semakin banyak. Pada gilirannya peningkatan PDRB dan Kesempatan kerja akan meningkatkan kemampuan fiskal daerah PAD
di masing-masing kabupaten maupun di kota meningkat.
7.2.6. Simulasi 6: Dampak Peningkatan Retribusi 15 terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah
Retribusi, sebagaimana halnya dengan Pajak Daerah adalah bagian terbesar dari Pendapatan Asli Daerah khususnya pada pemerintah daerah
kabupaten dan kota. Retribusi daerah menyumbang pada PAD Pemda kabupaten dan kota tidak kurang dari rata 30 selama periode penelitian. Tapi sumbangan
Retribusi terhadap PAD pemda provinsi rata tidak lebih dari 10 selama periode penelitian.
Peningkatan Retribusi, pada saat yang sama meningkatkan Pajak Daerah dan PAD pada wilayah Kabupaten maupun Kota. Temuan ini didukung oleh
Sinaga dan Siregar 2005, Pakasi 2005 dan Saefudin 2005. Peningkatan Pajak Daerah di Kota lebih besar 3.48 dibandingkan Kabupaten 1.12 Tabel 57.
Peningkatan Retribusi berarti pula meningkatnya kemampuan fiskal daerah. Secara normatif peningkatan kemampuan fiskal daerah ini akan
menurunkan transfer pusat DAU, BHSDA dan BHP. Namun norma itu tidak sepenuhnya berlaku di daerah peneltian. Penurunan DAU hanya terjadi di
wilayah Kota, sedangkan di Kabupaten DAU naik. Temuan ini berbeda dengan
Pakasi 2005 dan Saefudin 2005 dimana DAU naik bersamaan dengan peningkatan Retribusi.
Tabel 57 . Dampak Peningkatan Retribusi 15 Terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah
No Peubah Endogen
Wilayah Kab
Kota 1
Pajak Daerah TAXDA 1.12
3.48 2 Retribusi
RETRIB 15.00 15.00
3 Pendapatan Asli Daerah PAD
9.62 9.66
4 Dana Alokasi Umum DAU
-0.18 1.00
5 Bagi Hasil Pajak BHP
-0.21 0.90
6 Penerimaan Pemerintah TGREV
-0.55 2.80
7 Fiskal gap FISGAP
16.49 13.25
8 Pengeluaran Rutin RUEXP
1.17 6.59
9 Pengeluaran Pembangunan DEVEXP
0.20 1.08
10 Pengeluaran Pemerintah
TGEXP 1.34
5.30 11 Investasi
INVDA -0.02
0.06 12
Pembangunan Infrastruktur INFRAS 0.12
1.05 13
Produk Domestik Regional Bruto PDRB -0.47
-2.72 14
Kesempatan Kerja BKERJA -0.35
-1.82 15
Tingkat Inflasi INFLADA 0.07
0.21 16
Distribusi Pendapatan DISTRIB -1.61
-0.74
Penurunan BHP hanya terjadi di wilayah kabupaten, sedangkan di Kota BHP naik. Temuan ini menunjukan bahwa formulasi DAU belum sepenuhnya
ditentukan faktor kebutuhan dan potensi fiskal sebagaimana dinormakan, namun juga ditentukan oleh faktor lain, seperti lobi-lobi politik dan juga oleh faktor
sosial lainnya. Studi Pakasi 2005 menunjukkan bahwa BHP berkurang seiring dengan naik Retribusi, berbeda dengan Saefudin 2005, dimana BHP naik jika
Retribusi naik.
Respon investor terhadap kenaikan Retribusi berbeda antar wilayah kabupaten dan kota. Investor di wilayah kabupaten bereaksi negatif terhadap
kenaikan tersebut. Artinya peningkatan retribusi kontraproduktif bagi investor di wilayah kabupaten. Temuan ini sesuai dengan Pakasi 2005 dimana Retribusi
menurunkan investasi ke Sulawesi Utara. Disisi lain peningkatan retribusi tidak berpengaruh buruk pada minat investor di kota, serupa dengan temuan Seafudin
2005 di Riau. Peningkatan retribusi berdampak bagus bagi Pembangunan infrastruktur
baik di kabupaten maupun di kota. Temuan ini tidak mengejutkan, karena di negara berkembang pada umumnya, pembangunan Infrastruktur dilakukan oleh
pemerintah mendahului investasi ke daerah, karena bersifat infrastruktur merupakan public good atau quasy public good yang merupakan prasarana bagi
pembagunan ekonomi. Retribusi, sama halnya dengan Pajak Daerah adalah bocoran lingkages
bagi arus lingkaran circulasi flow perekonomian. Bilamana bocoran tersebut tidak diimbangi dengan suntikan injection serupa, maka akan efek ganda bersih
net multiplier effect pada kinerja perekonomian akan negatif. Artinya pencapaian pada pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja akan memburuk,
sementara Inflasi bisa memburuk akibat ekonomi biaya tinggi. Temuan di lapangan menunjukkan terjadi pertumbuhan ekonomi negatif,
berbeda dengan Sinaga dan Siregar 2005 di Sulawesi Selatan dan Saefudin di Riau dimana Retribusi memperbaiki PDRB. Retribusi menambah penganguran di
Sumatera Utara , sesuai dengan Pakasi 2005 di Sulawesi Utara, namun berbeda
dengan Sinaga dan Siregar 2005 di Sulawesi Selatan dan Saefudin 2005 di Riau. Inflasi di Kabupaten maupun di kota meningkat bila Retribusi dinaikkan.
Satu-satunya temuan yang baik adalah distribusi pendapatan yang semakin baik di kabupaten maupun Kota. Dengan kata lain Retribusi menyebabkan
Pemerataan ”kemiskinan” di Sumatera Utara”. Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana dampak bila Retribusi 15 tersebut digunakan sebagai Pengeluaran
Pemerintah ? Secara teoritis akan terjadi perbaikan kinerja perekonomian.
7.2.7. Simulasi 7: Peningkatan Retribusi 15 dan Pengeluaran Pemerintah 0.48