Pengaruh Jarak Antar Elektroda dan Suhu

34 a b Gambar 13. Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Dengan HPEF Pada Ketiga Jarak Antar Elektroda: a sample 1 dan b sample 2

1.2. Pengaruh Jarak Antar Elektroda dan Suhu

Selain perlakuan jarak antar elektroda, dilakukan penambahan perlakuan suhu produk untuk melihat pengaruh laju inaktivasi mikroorganisme dengan parameter mikroorganisme yang diamati jumlah mikroorganisme keseluruhan dan E.Coli. 1.2.1. Mikroorganisme Keseluruhan Berdasarkan hasil analisis ragam dapat dilihat bahwa kedua perlakuan berpengaruh terhadap laju inaktivasi mikroorganisme. Pengaruh dari kedua parameter ini diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa suhu produk dan jarak antar elektroda berpengaruh nyata terhadap 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 ju m lah m ikr o o rg an is m e c fu m L 1 2 3 4 5 waktu perlakuan jam jarak elektroda 3 mm jarak elektrooda 4 mm jarak elektroda 5 mm 1 10 100 1000 10000 100000 ju m lah m ikr o o rg an is m e c fu m L 1 2 3 4 5 waktu perlakuan jam jarak elektroda 3 mm jarak elektrooda 4 mm jarak elektroda 5 mm 35 laju inaktivasi mikroorganisme keseluruhan. Hal ini dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 10. a b Gambar 14. Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Pada Jarak Antar Elektroda 3mm: a suhu ruang dan b suhu dingin Pengaruh kedua perlakuan ini juga digambarkan dalam suatu grafik. Dapat dilihat pada Gambar 14 a dan b, laju inaktivasi pada suhu ruang lebih besar dibandingkan dengan suhu dingin. Menurut Jeyamkondan et al. 1999 dalam Gustavo et al. 1999 peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik dari ion-ion meningkat. Mobilitas terjadinya kehilangan ion lebih besar dalam kerusakan sel membawa sel pada keadaan fluiditas dan permeabilitas yang tinggi sehingga peluang terjadinya kerusakan mekanis meningkat. 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan jam ju m lah m ikro o rg an is m e c fu m L sample 1 sample 2 1 10 100 1000 10000 100000 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan jam ju m lah m ikro o rg an is m e c fu m L sample 1 sample 2 36 a b Gambar 15. Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Pada Jarak Antar Elektroda 4 mm : a suhu ruang dan b suhu dingin Hulsheger et al. 1981 dalam Gustavo et al. 1999 menyatakan bahwa adanya pengaruh sinergis suhu produk dengan perlakuan HPEF pada rasio inaktivasi. Tingkat inaktivasi mikroorganisme terjadi lebih besar untuk fluiditas phospolipid yang lebih tinggi dalam lapisan sel pada suhu yang lebih tinggi dan akan membuat sel-sel lebih mudah membentuk poros. Hal ini dapat dilihat dari laju inaktivasi mikroorganisme yang lebih besar pada suhu ruang yaitu 0.33 log cfumLjam daripada suhu dingin, yang laju inaktivasi hanya mencapai 0.11 log cfumLjam. 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan jam ju m la h m ik ro o rg a n is m e c fu m L sample 1 sample 2 1 10 100 1000 10000 100000 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan jam ju m la h m ik ro o rg a n is m e c fu m L sample 1 sample 2 37 a b Gambar 16. Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Pada Jarak Antar Elektroda 5 mm : a suhu ruang dan b suhu dingin Pada perlakuan suhu dingin tidak terlihat secara nyata adanya waktu kritis dimana terjadinya kerusakan mikroorganisme sementara seperti yang digambarkan pada grafik perkembangan mikroorganisme pada suhu ruang. Penyimpanan produk pada suhu dingin sebelum perlakuan kuat medan listrik akan menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Mikroorganisme menjadi tidak aktif pada suhu dingin, sehingga pada saat perlakuan dengan HPEF laju inaktivasi yang terjadi sangat kecil dibandingkan laju inaktivasi pada suhu ruang. 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan jam ju m la h m ik ro o rg a n is m e c fu m L sample 1 sample 2 1 10 100 1000 10000 100000 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan jam ju m la h m ik ro o rg a n is m e c fu m L sample 1 sample 2 38 a b c d Gambar 17. Grafik Inaktivasi Mikroorganisme Pada Berbagai Perlakuan Jarak Elektroda : a sample 1 ;b sample 2 pada suhu ruang dan c sample 1; d sample 2 pada suhu dingin 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 ju ml a h m ikr o o rg a n isme c fu m L 1 2 3 4 5 w aktu perlakuan jam jarak elektroda 3 mm jarak elektrooda 4 mm jarak elektroda 5 mm 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 ju ml a h mi k roorga ni s m e c fu m L 1 2 3 4 5 w aktu perlakuan jam jarak elektroda 3 mm jarak elektrooda 4 mm jarak elektroda 5 mm 1 10 100 1000 10000 100000 ju m lah m ikr o o rg a n ism e c fu m L 1 2 3 4 5 w aktu perlakuan jam jarak elektroda 3 mm jarak elektrooda 4 mm jarak elektroda 5 mm 1 10 100 1000 10000 100000 ju m la h m ik roorg a ni s m e cfu m L 1 2 3 4 5 waktu perlakuan jam jarak elektroda 3 mm jarak elektrooda 4 mm jarak elektroda 5 mm 39 Pengaruh nyata kuat medan listrik yang dihasilkan dari jarak antar elektroda terhadap laju inaktivasi mikroorganisme dapat dilihat pada Gambar 17. Baik pada suhu dingin maupun pada suhu ruang menunjukkan semakin kecil jarak antar elektroda maka laju inaktivasi yang terjadi akan semakin besar. Hal ini diperkuat dengan teori Blatt 1989 dalam Gustavo et al. 2000 yang menyatakan kuat lemahnya medan listrik dipengaruhi oleh jarak antar elektroda yang terdapat pada chamber. Dapat dilihat pada persamaan 1, jarak antar elektroda D berbanding terbalik dengan kuat medan listrik yang dihasilkan E. Zimmermann 1986 dalam Gustavo et al. 2000 menjelaskan mekanisme inaktivasi mikroba yang disebabkan oleh pengaruh medan listrik mengakibatkan ketebalan dinding sel mengecil. Kerusakan membran sel akan terjadi apabila beda potensial antara keduanya mencapai titik kritis. Namun kerusakan dinding sel masih bersifat dapat pulih, akan tetapi dengan terus bertambahnya pengaruh medan listrik maka akan menyebabkan terjadinya kerusakan permanen. 1.2.2. Bakteri E. Coli Tiap-tiap mikroorganisme memiliki ketahanan yang berbeda-beda. Dapat diilustrasikan bahwa toleransi suhu mikroorganisme sangat bervariasi sebagai akibat dari fase pertumbuhan, pertumbuhan komposisi medium serta pertumbuhan suhu, sehingga mengakibatkan kondisi stres lingkungan yang berbeda. Jenis mikroorganisme, bentuk, ukuran, spesies dan tegangan strain merupakan faktor lain yang mempengaruhi inaktivasi mikroorganisme. Parameter mikroorganisme khusus E.coli juga dilakukan pada perlakuan yang sama untuk melihat pengaruh HPEF terhadap inaktivasinya. E.coli merupakan salah satu bakteri Gram negatif 40 yang bersifat patogen. Hampir semua peraturan tentang persyaratan mikrobiologis air susu selalu dikaitkan dengan kandungan E.Coli. Pada umumnya E.Coli berasal dari luar, seperti keadaan lingkungan dan sanitasi yang tidak memadai Adnan, 1984 dalam Dinni, 2008. E. Coli merupakan jenis bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif memiliki ketahanan terhadap kuat medan listrik yang lebih kecil dibandingkan bakteri Gram positif. Hasil pengujian menunjukkan tidak terdapat E.coli pada pengenceran pertama atau hasil yang negatif - baik pada sample susu awal maupun sample susu setelah inaktivasi sehingga tidak dapat dilihat laju inaktivasi E.Coli dengan HPEF.

2. Kualitas Fisik

Dokumen yang terkait

Dampak Medan Elektrik Berpulsa Tegangan Tinggi Terhadap Membran Selluler

0 41 105

Pengembangan sistem pasteurisasi berbasis kombinasi Ultraviolet (UV) dan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (HPEF) untuk susu kambing

0 12 214

Laju inaktivasi mikroba pada berbagai perlakuan jarak elektrode pada teknologi medan pulsa listrik tegangan tinggi sistem sirkulasi

0 10 7

Aplikasi Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulse Electric Field) sebagai Salah Satu Cara Mempertahankan Kualitas Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Susu Segar

0 8 18

Aplikasi Metode Medan Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Elenric Field) Sebagai Cara Mempertahankan Kualitas Fisik, Kimia Dan Mikrobiologis Susu Segar (Application of High Pulsed Electric Field to Maintain in Physical, Chemical and Microbiology of Fresh

0 5 13

Aplikasi Ultraviolet dan High Pulsed Electric Field (HPEF) terhadap Reduksi Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922 pada Susu Kambing

0 4 144

Kajian Sifat Listrik dan Aplikasi Medan Listrik terhadap Kualitas Susu Sapi Segar.

2 15 49

INAKTIVASI MIKROBA PATOGEN Salmonella thypii DALAM SUSU MENGGUNAKAN MEDAN LISTRIK BERDENYUT TEGANGAN TINGGI.

0 0 8

POTENSI TEKNOLOGI MEDAN PULSA LISTRIK UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS DAGING: SEBUAH ULASAN Potency of Pulsed Electric Fields Technology for Improving Meat Quality: A Review

0 0 12

Pasteurisasi Non-Termal Pada Susu Sapi Segar untuk Inaktivasi Bakteri Staphylococcus aureus Berbasis Pulse Electric Field (PEF)

0 0 15