Metode HTST High Temperature Short Time,

42 dapat disebabkan karena berkurangnya kandungan lemak. Hal ini akan menurunkan kualitas susu apabila memang terbukti setelah uji berat jenis BJ terdapat penurunan BJ di bawah yang telah ditetapkan yaitu 1.028. Perlakuan dengan menggunakan kombinasi jarak antar elektroda dan suhu produk dilakukan untuk melihat laju inaktivasi mikroorganisme pada produk susu sapi segar. Berdasarkan hasil penelitian alat HPEF dapat bekerja secara efektif pada suhu ruang dengan jarak eletroda 3 mm selama 5 jam. Waktu yang diperlukan oleh alat HPEF untuk inaktivasi mikroorganisme selama 5 jam tidak efisien. Alat ini juga belum mampu menghasilkan produk seperti yang diinginkan konsumen karena sifat dan warna susu yang dihasilkan dari proses ini tidak seperti susu sapi segar. Hal ini karena waktu perlakuan kuat medan listrik yang terlalu lama sehingga dapat mengubah kualitas fisik susu, untuk mengatasinya maka sebaiknya waktu perlakuan harus lebih cepat dengan kuat medan listrik yang lebih besar.

3. Metode HTST High Temperature Short Time,

LTLT LowTemperature Long Time dan HPEF High Pulsed Electric Field Perbandingan dengan inaktivasi mikroorganisme dengan metode thermal dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Dapat dilihat pada Gambar 20, HPEF dapat secara efektif menurunkan jumlah mikroorganisme selama 5 jam dibandingkan dengan metode thermal HTST dan LTLT. Inaktivasi mikroorganisme menggunakan metode HPEF dapat menurunkan rata-rata mikroorganisme sampai 1.7 log cfumL, sedangkan dengan metode HTST rata- rata mencapai 1.2 log cfumL dan LTLT hanya mencapai 0.9 log cfumL dari jumlah mikroorganisme awal. Akan tetapi dari segi waktu dan kapasitas produksi HTST dan LTLT lebih unggul dibandingkan dengan alat HPEF yang digunakan dalam penelitian ini. Metode HTST sangat menguntungkan dari segi waktu dan kapasitas produksinya dapat lebih besar karena waktu proses hanya 15 detik. Sedangkan untuk LTLT penggunaannya sudah jarang karena waktu proses yang cukup lama. Pada beberapa perusahaan metode LTLT dilakukan dengan 2 tahap pasteurisasi, 43 yaitu 52.5-79.5 C selama 38-55 menit kemudian dilanjutkan dengan pemanasan suhu 76-85 C selama 30-48 menit. Dengan berlakunya proses pasteurisasi sebanyak dua tahap, maka kebutuhan energi juga akan meningkat. Kebutuhan energi bagi berlangsungnya proses pasteurisasi membutuhkan energi sangat besar, untuk itu seiring perkembangan teknologi dikembangkan metode HTST menggunakan suhu tinggi berkisar 75-80 C selama 15 detik. Dalam HTST produk dialirkan ke dalam holding tube dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi aliran turbulen. Efek aliran turbulen yang dilakukan pada produk akan membantu mempercepat pemerataan panas ke seluruh partikel-partikel sehingga memungkinkan mikroorganisme dapat terinaktivasi secara merata. Sama halnya dengan LTLT, HTST juga membutuhkan energi yang besar untuk menghasilkan uap panas dengan tekanan tinggi. Untuk itulah banyak perusahaan-perusahaan makanan di luar negeri mencoba mengaplikasikan metode HPEF untuk mengawetkan makanan secara nonthermal. Menurut EPRI 1988 dalam Gustavo et al. 1999 proses HPEF dari beberapa produk tidak membutuhkan energi untuk menurunkan suhu perlakuan. Inilah yang menyebabkan kebutuhan energi dan biaya produksi pada metode nonthermal lebih rendah dari metode thermal yang ada. Dengan menggunakan jarak antar elektroda yang semakin kecil akan dapat meningkatkan kekuatan medan listrik. Selain itu pengurangan lebar pulsa juga dapat mengurangi kebutuhan daya. Menurut Gustavo et al. 2000 pada saat penggunaan HPEF, energi yang diberikan pada produk ditentukan oleh sifat produk seperti konduktivitas dan suhu serta karakteristik dari pulsa seperti bentuk gelombang, lebar, tegangan puncak dan arus. 44 a b Gambar 20. Grafik Inaktivasi Mikroorganisme Pada Pasteurisasi Menggunakan LTLT , HTST, dan HPEF : a sample 1 dan b sample 2 pada suhu ruang Dalam uji fungsional alat HPEF terdapat banyak faktor yang menjadi kendala, antara lain bentuk chamber yang bersiku, lubang pemasukan juga sangat kecil sehingga susah untuk dibersihkan. Selain itu kapasitas chamber yang terbatas, kekuatan chamber yang mudah lepas dan sambungan solder yang kendor menyebabkan pengujian tidak dapat dilakukan secara maksimal. 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 jum la h m ikr o o rg an is m e c fu m L sebelum sesudah HPEF HTST LTLT HPEF HTST LTLT 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 jum la h m ikr o o rg an is m e c fu m L sebelum sesudah HPEF HTST LTLT HPEF HTST LTLT 45

4. Suhu

Dokumen yang terkait

Dampak Medan Elektrik Berpulsa Tegangan Tinggi Terhadap Membran Selluler

0 41 105

Pengembangan sistem pasteurisasi berbasis kombinasi Ultraviolet (UV) dan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (HPEF) untuk susu kambing

0 12 214

Laju inaktivasi mikroba pada berbagai perlakuan jarak elektrode pada teknologi medan pulsa listrik tegangan tinggi sistem sirkulasi

0 10 7

Aplikasi Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulse Electric Field) sebagai Salah Satu Cara Mempertahankan Kualitas Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Susu Segar

0 8 18

Aplikasi Metode Medan Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Elenric Field) Sebagai Cara Mempertahankan Kualitas Fisik, Kimia Dan Mikrobiologis Susu Segar (Application of High Pulsed Electric Field to Maintain in Physical, Chemical and Microbiology of Fresh

0 5 13

Aplikasi Ultraviolet dan High Pulsed Electric Field (HPEF) terhadap Reduksi Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922 pada Susu Kambing

0 4 144

Kajian Sifat Listrik dan Aplikasi Medan Listrik terhadap Kualitas Susu Sapi Segar.

2 15 49

INAKTIVASI MIKROBA PATOGEN Salmonella thypii DALAM SUSU MENGGUNAKAN MEDAN LISTRIK BERDENYUT TEGANGAN TINGGI.

0 0 8

POTENSI TEKNOLOGI MEDAN PULSA LISTRIK UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS DAGING: SEBUAH ULASAN Potency of Pulsed Electric Fields Technology for Improving Meat Quality: A Review

0 0 12

Pasteurisasi Non-Termal Pada Susu Sapi Segar untuk Inaktivasi Bakteri Staphylococcus aureus Berbasis Pulse Electric Field (PEF)

0 0 15