Kajian Awal Penerapan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi ( High Pulsed Electric Field ) Untuk Inaktivasi Mikroorganisme Pada Produk Susu Sapi
KAJIAN AWAL PENERAPAN MEDAN PULSA LISTRIK TEGANGAN TINGGI ( High Pulsed Electric Field ) UNTUK INAKTIVASI
MIKROORGANISME PADA PRODUK SUSU SAPI SEGAR
Oleh :
IDA AYU RATIH STEFANI F14053234
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(2)
KAJIAN AWAL PENERAPAN MEDAN PULSA LISTRIK TEGANGAN TINGGI ( High Pulsed Electric Field ) UNTUK INAKTIVASI
MIKROORGANISME PADA PRODUK SUSU SAPI SEGAR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
IDA AYU RATIH STEFANI F14053234
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(3)
Ida Ayu Ratih Stefani. F14053234. KAJIAN AWAL PENERAPAN MEDAN PULSA LISTRIK TEGANGAN TINGGI (High Pulsed Electric Field) UNTUK INAKTIVASI MIKROORGANISME PADA PRODUK SUSU SAPI SEGAR. Di bawah bimbingan : Dr. Ir. Sutrisno, M. Agr .2009.
RINGKASAN
Susu merupakan bahan makanan yang bernutrisi tinggi. Akan tetapi produksi susu dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan susu nasional yang saat ini telah mencapai 1.5 miliar liter per tahun. Kekurangan pasokan yang hampir mencapai 67 % terpaksa ditutup dengan melakukan impor. Besarnya jumlah impor menyebabkan harga susu cenderung tinggi dan berdampak pada rendahnya tingkat konsumsi susu dalam negeri. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan susu bukan hanya dari kuantitas tetapi juga kualitas. High Pulsed Electric Field (HPEF) atau Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi merupakan teknologi inaktivasi mikroorganisme terbaru yang diterapkan pada bahan pangan. Kendala utama HPEF yaitu biaya aplikasi dan perawatan yang mahal. Sehingga dilakukan modifikasi HPEF menggunakan fly back TV sebagai pembangkit tegangan untuk mengkaji penerapan HPEF dalam menginaktivasi mikroorganisme pada produk susu sapi segar.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui parameter kritis alat HPEF, mengetahui kinerja teknis HPEF dari segi penghitungan jumlah mikroorganisme sebelum dan sesudah inaktivasi, suhu produk di dalam chamber selama proses inaktivasi berlangsung, mengetahui pengaruh perlakuan suhu dan jarak antar elektroda terhadap laju inaktivasi serta membuat model matematis laju inaktivasi mikroorganisme.
Penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan diperoleh metode holding chamber selama 5 jam dengan jarak antar elektroda 3 mm yang paling efektif menurunkan jumlah mikroorganisme sampai 1.7 log cfu/mL. Penelitian utama dilakukan dengan 6 kombinasi perlakuan menggunakan 2 faktor, yaitu suhu kamar (24-280C) dan suhu dingin (4-80C) masing-masing pada jarak antar elektroda 3 mm, 4 mm dan 5 mm. Parameter mikroorganisme yang diamati yaitu jumlah mikroorganisme keseluruhan dengan menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Pengukuran suhu produk di dalam chamber dan parameter kritis alat dilakukan secara terpisah karena keterbatasan alat. Pengukuran suhu produk di dalam chamber menggunakan termocouple dengan 3 titik pengukuran yaitu atas, tengah dan bawah, sedangkan pengukuran parameter kritis alat menggunakan oscilloscope.
Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan jarak antar elektroda berpengaruh nyata terhadap laju inaktivasi mikroorganisme. Inaktivasi mikroorganisme pada suhu ruang menunjukkan laju yang lebih besar dibandingkan pada suhu dingin. Hal ini disebabkan mobilitas terjadinya kehilangan ion lebih besar pada suhu kamar. Kehilangan ion yang besar dalam suatu sel akan mempercepat kematian sel. Ini ditunjukkan dari rata-rata hasil perhitungan laju inaktivasi pada suhu kamar sebesar 0.33 log cfu/mL /jam dan 0.11 log cfu/mL/jam pada suhu dingin masing-masing dengan jarak antar elektroda 3 mm. Pengaruh nyata pada masing-masing jarak antar elektroda dapat dilihat dari rata-rata hasil laju inaktivasi pada jarak antar elektroda 3 mm, 4 mm dan 5 mm secara berturut-turut yaitu 0.33, 0.24 dan 0.18 log cfu/mL/jam pada
(4)
perlakuan suhu ruang dan 0.11, 0.04 dan 0.02 log cfu/mL/jam pada perlakuan suhu dingin. Ini menunjukkan semakin kecil jarak antar elektroda maka laju inaktivasi mikroorganisme yang terjadi akan semakin besar baik pada suhu ruang maupun suhu dingin.
Hasil pengukuran suhu tidak menunjukkan adanya kenaikan suhu yang cukup besar selama proses. Inaktivasi yang berlangsung terjadi karena adanya pengaruh kuat medan listrik yang dihasilkan dari jarak antar elektroda 3 mm, 4
mm dan 5 mm dengan kuat medan listrik masing-masing 0.28 kV/mm, 0.21 kV/mm dan 0.17 kV/mm. Berdasarkan pengukuran diperoleh parameter kritis alat dengan lebar pulsa sebesar 40 µs (microsecond) dengan Duty Cycle 25 %. Sedangkan untuk tegangan puncak (peak to peak) nilai yang diperoleh sebesar 1200 V dan tegangan efektif yang terukur 832 V. Waktu perlakuan yang diberikan selama 5 jam menghasilkan 450 Mega Pulsa. Model matematis untuk laju inaktivasi mikroorganisme pada alat HPEF adalah
. . , sedangkan pada suhu dingin
. . .
(5)
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KAJIAN AWAL PENERAPAN MEDAN PULSA LISTRIK TEGANGAN TINGGI (High Pulsed Electric Field) UNTUK INAKTIVASI MIKROORGANISME PADA PRODUK SUSU SAPI SEGAR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
IDA AYU RATIH STEFANI F14053234
Dilahirkan pada tanggal 8 September 1987 di Denpasar, Bali
Tanggal Lulus : Menyetujui, Bogor, Juni 2009
Dr. Ir Sutrisno, M. Agr. NIP. 131 564 497
Mengetahui,
Dr.Ir. Desrial, M.Eng.
(6)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Ida Ayu Ratih Stefani NRP : F 14053234
Departemen : Teknik Pertanian (TEP)
Fakultas : Teknologi Pertanian (FATETA) Universitas : Institut Pertanian Bogor (IPB)
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi dengan judul ” Kajian Awal Penerapan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Electric Field) Untuk Inaktivasi Mikroorganisme Pada Produk Susu Sapi Segar” merupakan karya tulis saya pribadi dengan bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing, kecuali dengan jelas disebutkan rujukannya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa tekanan dari siapapun.
Bogor, Juni 2009 Penulis,
(7)
RIWAYAT HIDUP
Ida Ayu Ratih Stefani lahir di Denpasar pada tanggal 8 September 1987 dari ayah Drs. Ida Bagus Surya Manuaba, S.pd, M.For dan Ibu Annie Margaretha Goller, S.Km. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menempuh sekolah dasar di SD Cipta
Dharma Denpasar selama 6 tahun dari 1993-1999. Setelah lulus pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 3 Denpasar selama 3 tahun dari 1999-2002. Setelah lulus pendidikan menengah pertama, penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 3 Denpasar selama 3 tahun dari 2002-2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan tahun 2006 penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah aktif menjadi pengurus organisasi yaitu Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD), Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian bidang keteknikan, UKM Tenis Lapangan, serta aktif dalam berbagai kepanitian. Pada bulan Juli sampai Agustus 2008, penulis melaksanakan Praktek Lapang di PT Kalbe Morinaga Indonesia, Cikampek pada Departemen Produksi dengan topik ” Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian Pada Proses Pengolahan Susu di PT Kalbe Morinaga Indonesia”. Penulis melakukan penelitian untuk tugas akhir di Laboratorium Teknologi Industri Pertanian IPB pada bulan November 2008 sampai Mei 2009 dengan judul skripsi Kajian Awal Penerapan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Electric Field ) Untuk Inaktivasi Mikroorganisme Pada Produk Susu Sapi Segar.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga laporan akhir yang berjudul “ Kajian Awal Penerapan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Electric Field) Untuk Inaktivasi Mikroorganisme Pada Produk Susu Sapi Segar” ini dapat penulis selesaikan.
Pada Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Papa, Mama, Tuniang, Tukakyang dan Dek Yoga yang senantiasa
memberikan doa, nasehat, serta dukungan moril dan material yang tak terhingga nilainya.
2. Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan waktu, ilmu dan arahan hingga selesainya laporan akhir ini.
3. Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr. dan Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr.
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan, waktu dan bimbingan.
4. Almarhum Dr. Ir. Suroso, M.Agr. yang telah menjadi inspirasi bagi
penulis untuk selalu berjuang menjadi yang terbaik.
5. Pak Susilo, Pak Budi, Bu Rara, Pak Sugiyono yang telah memberikan ilmu
dan bantuannya selama penelitian. Terima kasih atas kerjasamanya.
6. Seluruh staf dan dosen pengajar Departemen Teknik Pertanian IPB yang
telah memberikan ilmunya selama proses belajar di Teknik Pertanian IPB.
7. Bu Ega, Pak Sugi, Pak Sulyaden, Pak Andri dan seluruh teknisi yang telah
banyak membantu penulis selama penelitian.
8. Kakak TIN’41, TEP’41(kak Anes, kak Asep), TIN’42, ITP’42, Andri
(Statistik) dan teman-teman FAPET. Terima kasih atas bantuan, doa, ilmu dan semangatnya.
9. Nata Biksuka yang telah menjadi partner life bagi penulis selama 3.5
(9)
10.Putie, Opeck, Lovi, Fandra, Jamz, Henie, Cinin, Agung PL, Dian, Okta, Ika, Anggi, Aren, Ami, Eka dan seluruh teman-teman TEP’42 terima kasih atas kebersamaan yang indah ini, atas doa, semangat dan dukungannya.
11.Temen-temen Wisma Ananda yang sudah banyak membantu dalam
mengkondisikan situasi, khususnya Debbie Napitulu dan Agnes Aulia yang selalu memberikan semangat pada penulis. Terima kasih telah menjadi teman terbaik saat suka maupun duka.
12.Ayu, Arya, Ria, Eka dan seluruh teman-teman KMHD terima kasih atas
persaudaraan, dukungan dan doanya.
13.Ibu, Ajik, Mbok Gek Ratih, Bu Treni, Bu Sri, Tuniang Sloka, Kakak dan
seluruh keluarga besar. Terima kasih atas kasih sayang dan doanya.
Mohon maaf atas pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuannya, semoga laporan akhir ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan tulisan selanjutnya.
Bogor, Juni 2009
Penulis
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ...v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang...1
B. Tujuan ...4
II. TINJAUAN PUSTAKA ...5
A. Susu ...5
B. Susu Pasteurisasi ...7
C. Pengolahan Susu ...8
D. Pasteurisasi Susu ...8
E. Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi atau High Pulsed Electric Field (HPEF) ...11
F. Mekanisme Inaktivasi Oleh High Pulsed Electric Field (HPEF) ...13
G. Model Inaktivasi Mikroorganisme Dengan High Pulsed Electric Field (HPEF) ...14
III. METODOLOGI PENELITIAN ...17
A. Waktu dan Tempat ...17
B. Alat dan Bahan ...17
C. Metode ...18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...28
(11)
KAJIAN AWAL PENERAPAN MEDAN PULSA LISTRIK TEGANGAN TINGGI ( High Pulsed Electric Field ) UNTUK INAKTIVASI
MIKROORGANISME PADA PRODUK SUSU SAPI SEGAR
Oleh :
IDA AYU RATIH STEFANI F14053234
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(12)
KAJIAN AWAL PENERAPAN MEDAN PULSA LISTRIK TEGANGAN TINGGI ( High Pulsed Electric Field ) UNTUK INAKTIVASI
MIKROORGANISME PADA PRODUK SUSU SAPI SEGAR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
IDA AYU RATIH STEFANI F14053234
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(13)
Ida Ayu Ratih Stefani. F14053234. KAJIAN AWAL PENERAPAN MEDAN PULSA LISTRIK TEGANGAN TINGGI (High Pulsed Electric Field) UNTUK INAKTIVASI MIKROORGANISME PADA PRODUK SUSU SAPI SEGAR. Di bawah bimbingan : Dr. Ir. Sutrisno, M. Agr .2009.
RINGKASAN
Susu merupakan bahan makanan yang bernutrisi tinggi. Akan tetapi produksi susu dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan susu nasional yang saat ini telah mencapai 1.5 miliar liter per tahun. Kekurangan pasokan yang hampir mencapai 67 % terpaksa ditutup dengan melakukan impor. Besarnya jumlah impor menyebabkan harga susu cenderung tinggi dan berdampak pada rendahnya tingkat konsumsi susu dalam negeri. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan susu bukan hanya dari kuantitas tetapi juga kualitas. High Pulsed Electric Field (HPEF) atau Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi merupakan teknologi inaktivasi mikroorganisme terbaru yang diterapkan pada bahan pangan. Kendala utama HPEF yaitu biaya aplikasi dan perawatan yang mahal. Sehingga dilakukan modifikasi HPEF menggunakan fly back TV sebagai pembangkit tegangan untuk mengkaji penerapan HPEF dalam menginaktivasi mikroorganisme pada produk susu sapi segar.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui parameter kritis alat HPEF, mengetahui kinerja teknis HPEF dari segi penghitungan jumlah mikroorganisme sebelum dan sesudah inaktivasi, suhu produk di dalam chamber selama proses inaktivasi berlangsung, mengetahui pengaruh perlakuan suhu dan jarak antar elektroda terhadap laju inaktivasi serta membuat model matematis laju inaktivasi mikroorganisme.
Penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan diperoleh metode holding chamber selama 5 jam dengan jarak antar elektroda 3 mm yang paling efektif menurunkan jumlah mikroorganisme sampai 1.7 log cfu/mL. Penelitian utama dilakukan dengan 6 kombinasi perlakuan menggunakan 2 faktor, yaitu suhu kamar (24-280C) dan suhu dingin (4-80C) masing-masing pada jarak antar elektroda 3 mm, 4 mm dan 5 mm. Parameter mikroorganisme yang diamati yaitu jumlah mikroorganisme keseluruhan dengan menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Pengukuran suhu produk di dalam chamber dan parameter kritis alat dilakukan secara terpisah karena keterbatasan alat. Pengukuran suhu produk di dalam chamber menggunakan termocouple dengan 3 titik pengukuran yaitu atas, tengah dan bawah, sedangkan pengukuran parameter kritis alat menggunakan oscilloscope.
Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan jarak antar elektroda berpengaruh nyata terhadap laju inaktivasi mikroorganisme. Inaktivasi mikroorganisme pada suhu ruang menunjukkan laju yang lebih besar dibandingkan pada suhu dingin. Hal ini disebabkan mobilitas terjadinya kehilangan ion lebih besar pada suhu kamar. Kehilangan ion yang besar dalam suatu sel akan mempercepat kematian sel. Ini ditunjukkan dari rata-rata hasil perhitungan laju inaktivasi pada suhu kamar sebesar 0.33 log cfu/mL /jam dan 0.11 log cfu/mL/jam pada suhu dingin masing-masing dengan jarak antar elektroda 3 mm. Pengaruh nyata pada masing-masing jarak antar elektroda dapat dilihat dari rata-rata hasil laju inaktivasi pada jarak antar elektroda 3 mm, 4 mm dan 5 mm secara berturut-turut yaitu 0.33, 0.24 dan 0.18 log cfu/mL/jam pada
(14)
perlakuan suhu ruang dan 0.11, 0.04 dan 0.02 log cfu/mL/jam pada perlakuan suhu dingin. Ini menunjukkan semakin kecil jarak antar elektroda maka laju inaktivasi mikroorganisme yang terjadi akan semakin besar baik pada suhu ruang maupun suhu dingin.
Hasil pengukuran suhu tidak menunjukkan adanya kenaikan suhu yang cukup besar selama proses. Inaktivasi yang berlangsung terjadi karena adanya pengaruh kuat medan listrik yang dihasilkan dari jarak antar elektroda 3 mm, 4
mm dan 5 mm dengan kuat medan listrik masing-masing 0.28 kV/mm, 0.21 kV/mm dan 0.17 kV/mm. Berdasarkan pengukuran diperoleh parameter kritis alat dengan lebar pulsa sebesar 40 µs (microsecond) dengan Duty Cycle 25 %. Sedangkan untuk tegangan puncak (peak to peak) nilai yang diperoleh sebesar 1200 V dan tegangan efektif yang terukur 832 V. Waktu perlakuan yang diberikan selama 5 jam menghasilkan 450 Mega Pulsa. Model matematis untuk laju inaktivasi mikroorganisme pada alat HPEF adalah
. . , sedangkan pada suhu dingin
. . .
(15)
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KAJIAN AWAL PENERAPAN MEDAN PULSA LISTRIK TEGANGAN TINGGI (High Pulsed Electric Field) UNTUK INAKTIVASI MIKROORGANISME PADA PRODUK SUSU SAPI SEGAR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
IDA AYU RATIH STEFANI F14053234
Dilahirkan pada tanggal 8 September 1987 di Denpasar, Bali
Tanggal Lulus : Menyetujui, Bogor, Juni 2009
Dr. Ir Sutrisno, M. Agr. NIP. 131 564 497
Mengetahui,
Dr.Ir. Desrial, M.Eng.
(16)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Ida Ayu Ratih Stefani NRP : F 14053234
Departemen : Teknik Pertanian (TEP)
Fakultas : Teknologi Pertanian (FATETA) Universitas : Institut Pertanian Bogor (IPB)
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi dengan judul ” Kajian Awal Penerapan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Electric Field) Untuk Inaktivasi Mikroorganisme Pada Produk Susu Sapi Segar” merupakan karya tulis saya pribadi dengan bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing, kecuali dengan jelas disebutkan rujukannya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa tekanan dari siapapun.
Bogor, Juni 2009 Penulis,
(17)
RIWAYAT HIDUP
Ida Ayu Ratih Stefani lahir di Denpasar pada tanggal 8 September 1987 dari ayah Drs. Ida Bagus Surya Manuaba, S.pd, M.For dan Ibu Annie Margaretha Goller, S.Km. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menempuh sekolah dasar di SD Cipta
Dharma Denpasar selama 6 tahun dari 1993-1999. Setelah lulus pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 3 Denpasar selama 3 tahun dari 1999-2002. Setelah lulus pendidikan menengah pertama, penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 3 Denpasar selama 3 tahun dari 2002-2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan tahun 2006 penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah aktif menjadi pengurus organisasi yaitu Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD), Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian bidang keteknikan, UKM Tenis Lapangan, serta aktif dalam berbagai kepanitian. Pada bulan Juli sampai Agustus 2008, penulis melaksanakan Praktek Lapang di PT Kalbe Morinaga Indonesia, Cikampek pada Departemen Produksi dengan topik ” Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian Pada Proses Pengolahan Susu di PT Kalbe Morinaga Indonesia”. Penulis melakukan penelitian untuk tugas akhir di Laboratorium Teknologi Industri Pertanian IPB pada bulan November 2008 sampai Mei 2009 dengan judul skripsi Kajian Awal Penerapan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Electric Field ) Untuk Inaktivasi Mikroorganisme Pada Produk Susu Sapi Segar.
(18)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga laporan akhir yang berjudul “ Kajian Awal Penerapan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Electric Field) Untuk Inaktivasi Mikroorganisme Pada Produk Susu Sapi Segar” ini dapat penulis selesaikan.
Pada Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Papa, Mama, Tuniang, Tukakyang dan Dek Yoga yang senantiasa
memberikan doa, nasehat, serta dukungan moril dan material yang tak terhingga nilainya.
2. Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan waktu, ilmu dan arahan hingga selesainya laporan akhir ini.
3. Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr. dan Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr.
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan, waktu dan bimbingan.
4. Almarhum Dr. Ir. Suroso, M.Agr. yang telah menjadi inspirasi bagi
penulis untuk selalu berjuang menjadi yang terbaik.
5. Pak Susilo, Pak Budi, Bu Rara, Pak Sugiyono yang telah memberikan ilmu
dan bantuannya selama penelitian. Terima kasih atas kerjasamanya.
6. Seluruh staf dan dosen pengajar Departemen Teknik Pertanian IPB yang
telah memberikan ilmunya selama proses belajar di Teknik Pertanian IPB.
7. Bu Ega, Pak Sugi, Pak Sulyaden, Pak Andri dan seluruh teknisi yang telah
banyak membantu penulis selama penelitian.
8. Kakak TIN’41, TEP’41(kak Anes, kak Asep), TIN’42, ITP’42, Andri
(Statistik) dan teman-teman FAPET. Terima kasih atas bantuan, doa, ilmu dan semangatnya.
9. Nata Biksuka yang telah menjadi partner life bagi penulis selama 3.5
(19)
10.Putie, Opeck, Lovi, Fandra, Jamz, Henie, Cinin, Agung PL, Dian, Okta, Ika, Anggi, Aren, Ami, Eka dan seluruh teman-teman TEP’42 terima kasih atas kebersamaan yang indah ini, atas doa, semangat dan dukungannya.
11.Temen-temen Wisma Ananda yang sudah banyak membantu dalam
mengkondisikan situasi, khususnya Debbie Napitulu dan Agnes Aulia yang selalu memberikan semangat pada penulis. Terima kasih telah menjadi teman terbaik saat suka maupun duka.
12.Ayu, Arya, Ria, Eka dan seluruh teman-teman KMHD terima kasih atas
persaudaraan, dukungan dan doanya.
13.Ibu, Ajik, Mbok Gek Ratih, Bu Treni, Bu Sri, Tuniang Sloka, Kakak dan
seluruh keluarga besar. Terima kasih atas kasih sayang dan doanya.
Mohon maaf atas pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuannya, semoga laporan akhir ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan tulisan selanjutnya.
Bogor, Juni 2009
Penulis
(20)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ...v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang...1
B. Tujuan ...4
II. TINJAUAN PUSTAKA ...5
A. Susu ...5
B. Susu Pasteurisasi ...7
C. Pengolahan Susu ...8
D. Pasteurisasi Susu ...8
E. Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi atau High Pulsed Electric Field (HPEF) ...11
F. Mekanisme Inaktivasi Oleh High Pulsed Electric Field (HPEF) ...13
G. Model Inaktivasi Mikroorganisme Dengan High Pulsed Electric Field (HPEF) ...14
III. METODOLOGI PENELITIAN ...17
A. Waktu dan Tempat ...17
B. Alat dan Bahan ...17
C. Metode ...18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...28
(21)
B. Penelitian Utama ...30
1. Kinerja Teknis HPEF (High Pulsed Electric Field)..……….30
1.1. Mikroorganisme Terinaktivasi………....30
1.2. Pengaruh Jarak Antar Elektroda dan Suhu………...34
2. Kualitas Fisik………...40
3. Metode HTST (High Temperature Short Time), LTLT (Low Temperature Long Time) dan HPEF (High Pulsed Electric Field)……42
4. Suhu Produk………... 45
5. Parameter Kritis Alat………..46
5.1. Kuat Medan Listrik……… 46
5.2. Bentuk Pulsa...47
5.3. Waktu Perlakuan...48
6. Model Matematis Laju Inaktivasi Mikroorganisme………...50
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...54
DAFTAR PUSTAKA ...56
(22)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Komposisi Kuantitatif Susu………...1 2. Data Statistik Konsumsi Susu...2
3. Kandungan Gizi dan Vitamin Susu...5 4. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Susu Pasteurisasi...10 5. Kombinasi Rancangaan Acak Lengkap...24 6. Data Hasil Penelitian Pendahuluan...28 7. Data Perhitungan Nilai Hambatan dan Arus Di Dalam Chamber...50
(23)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Peternakan Sapi Perah...6 2. Pemerahan Susu...6 3. Alat Pasteurisasi Susu………...9
4. Skematik Alat Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Electric
Field)...11
5. Teknologi HPEF Skala Komersial Yang Dikembangkan...12
6. Diagram Skematik Kerusakan Elektrik (electrical breakdown)………...14
7. Rangkaian Alat High Pulsed Electric Field (HPEF)...22
8. Rancangan Percobaan...24 9. Diagram Alir Penelitian Pendahuluan ... 25 10.Diagram Alir Penelitian Utama...27 11.Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Dengan HPEF Pada
Penelitian Pendahuluan...30 12.Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Dengan HPEF Pada
Jarak Elektroda : (a) 3 mm; (b) 4 mm dan (c) 5 mm...33 13.Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Dengan HPEF Pada
Ketiga Jarak Antar Elektroda: (a) sample 1 dan (b) sample 2...34
14.Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Pada Jarak Antar Elektroda 3 mm: (a) suhu ruang dan (b) suhu dingin...35 15.Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Pada Jarak Antar
(24)
16.Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Pada Jarak Antar
Elektroda 5 mm: (a) suhu ruang dan (b) suhu dingin...37 17.Grafik Inaktivasi Mikroorganisme Pada Berbagai Perlakuan Jarak Elektroda :
(a) sample 1 ; (b) sample 2 pada suhu ruang dan (c) sample 1; (d) sample 2 pada suhu dingin...38 18.Hasil Pengujian Mikroorganisme...41 19.Grafik Inaktivasi Mikroorganisme Pada Berbagai Perlakuan Jarak Elektroda
Dan Waktu...41 20.Grafik Inaktivasi Mikroorganisme Pada Pasteurisasi Menggunakan LTLT,
HTST, dan HPEF : (a) sample 1 dan (b) sample 2 pada suhu ruang...44
21.Grafik Pengukuran Suhu Produk Pada Ketiga Chamber: (a) suhu ruang dan (b)
suhu dingin...48 22. Bentuk Pulsa Eksponensial...4 23.Hasil Pengukuran Bentuk Pulsa...48 24.Grafik Hubungan Laju Inaktivasi Mikroorganisme Dengan Kuat Medan
Listrik: (a) suhu ruang dan (b) suhu dingin...50 25.Grafik Hubungan Hasil Percobaan Dengan Hasil Dugaan: (a) suhu ruang dan
(b) suhu dingin...52
(25)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Lampiran 1. Daftar Istilah ...59 Lampiran 2. Data Hasil Analisis Total Mikroorganisme
Pada Suhu Ruang (Penelitian Pendahuluan)...60 Lampiran 3. Data Hasil Analisis Mikroorganisme...61 Lampiran 4. Perhitungan Laju Inaktivasi Mikroorganisme...65
Lampiran 5. Tabel Data Hasil Pengukuran Produk Dalam Chamber
Pada Suhu Ruang...67
Lampiran 6. Tabel Data Hasil Pengukuran Produk Dalam Chamber
Pada Suhu Dingin...68 Lampiran 7. Analisis Sidik Ragam Faktorial...69 Lampiran 8. Tabel Analisis Ragam Faktorial...70 Lampiran 9. Uji Lanjut Duncan...71 Lampiran10.Data Sekunder Inaktivasi Mikroorganisme Menggunakan
Metode LTLT...72 Lampiran11.Data Sekunder Inaktivasi Mikroorganisme Menggunakan
Metode HTST...73 Lampiran12.Pengujian Mikrobiologis Air Susu...74 Lampiran13.Perhitungan Laju Inaktivasi Hasil Dugaan………...75
Lampiran14.Gambar Rangkaian Alat High Pulsed Electric Field (HPEF)...77
Lampiran15.Prinsip Kerja Alat...78 Lampiran16.Prosedur Kerja...79 Lampiran17.Konstanta Model Kinetika Hulsheger Untuk berbagai
(26)
(27)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Susu merupakan hasil sekresi dari kelenjar susu hewan mamalia yang diperoleh dengan cara pemerahan. Susu merupakan bahan makanan yang bernilai nutrisi tinggi. Kandungan lengkap kelima gizi utama terdapat dalam susu. Adapun komposisi penyusun utama susu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kuantitatif Susu
Komponen Utama Batasan dari Variasi (%) Nilai Rataan (%)
Air 85.5 – 89.5 87.5
Total Padatan 10.5 – 14.5 13.0
Lemak 2.5 – 6.0 3.9
Protein 2.9 – 5.0 3.4
Laktosa 3.6 – 5.5 4.8
Mineral 0.6 – 0.9 0.8
Sumber : Sudarwanto (1996)
Salah satu target pemerintah sampai tahun 2009 yaitu peningkatan produksi susu dalam negeri menjadi 15 liter/laktasi/hari dari produksi susu dalam negeri saat ini yang hanya mampu mencapai 10 liter/laktasi/hari. Idealnya produksi susu dalam negeri dapat ditingkatkan hingga 20 liter/laktasi/hari. Belum tercapainya kondisi ideal ini menyebabkan 67% susu masih harus diimpor dari luar untuk memenuhi kebutuhan susu dalam negeri yang mencapai 1.5 miliar liter per tahun. Kebutuhan impor yang besar menjadikan harga susu cenderung tinggi. Tingginya harga susu ini berdampak pada rendahnya tingkat konsumsi susu dalam negeri. Dibandingkan dengan negara lain, seperti yang terlihat pada Tabel 2, tingkat konsumsi susu di Indonesia hanya mencapai 7.7 liter per tahun per orang (http://depdagri.go.id/).
(28)
Tabel 2. Data Statistik Konsumsi Susu
Nama Negara Konsumsi Susu (liter/orang/tahun)
India 44.9 Malaysia 25.0 Thailand 25.0 Singapura 20.0 Filipina 11.0
Vietnam 8.5
Indonesia 7.7
Sumber : http://depdagri.go.id/
Selain itu meningkatnya kepedulian konsumen akan rasa, warna, aroma dan nilai gizi dari makanan yang dimakan juga menjadi tantangan ke depan untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri bukan hanya dari kuantitas tetapi juga kualitas.
Susu memiliki kelemahan karena termasuk bahan makanan yang mudah
rusak (perishable food). Hal ini disebabkan kandungan bahan di dalam susu
seperti zat gizi, pH dan suhu, sesuai dengan pertumbuhan mikroorganisme terutama mikroorganisme perusak atau pembusuk (Sudarwanto, 1996). Bahkan susu dapat bertindak sebagai sumber penularan penyakit yang membahayakan kesehatan manusia.
Saat ini pasteurisasi merupakan proses yang paling banyak digunakan untuk meningkatkan umur simpan dan menjaga keamanan makanan dengan menginaktivasi jamur dan mikroorganisme berbahaya. Pasteurisasi susu merupakan salah satu cara pengawetan susu melalui pemanasan pada suhu tertentu di bawah titik didih susu. Akan tetapi pemanasan susu di bawah titik didih menyebabkan susu pasteurisasi belum bebas dari sejumlah mikroorganisme. Pemanasan pada proses pasteurisasi susu dapat menjadi titik kritis untuk perkembangan mikroorganisme yang tahan terhadap suhu tinggi.
Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa warna, aroma dan nutrisi dapat mengalami degradasi karena panas, untuk itu diperlukan adanya
(29)
suatu metode alternatif lain untuk pengolahan makanan. Metode nonthermal
menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat memberikan kesegaran seperti proses makanan yang diolah secara minimal dengan kehilangan yang kecil dari segi warna, aroma dan nutrisi. Kelompok peneliti dari berbagai dunia mempelajari
penggunaan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi atau High Pulsed Electric
Field (HPEF) sebagai salah satu metode nonthermal yang dapat menjadi alternatif
metode pengolahan makanan secara konvensional (Gustavo et al., 2000).
Proses pasteurisasi makanan dengan menggunakan metode HPEF memiliki beberapa kelebihan, salah satunya dapat menghasilkan produk makanan dengan kualitas yang tinggi dari segi rasa, kandungan nutrisi dan umur simpan. Teknologi HPEF juga memiliki kebutuhan energi yang lebih rendah dibandingkan
dengan HTST (High Temperature Short Time). Proses inaktivasi mikroorganisme
yang lebih efektif, mudah dan aman, dapat menghasilkan produk susu sapi dengan sifat fungsional yang optimal, tidak mengalami perubahan penampakan fisik dan dapat mencapai standar kualitas produk yang memiliki daya saing di pasaran.
Metode Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi atau HPEF (High Pulsed
Electric Field) merupakan teknologi inaktivasi mikroorganisme terbaru yang diterapkan pada bahan pangan. Kendala utama metode HPEF ini antara lain yaitu biaya aplikasi dan perawatan yang sangat mahal, selain itu metode ini mempunyai kelemahan karena pengaruh kuat medan listrik terhadap kandungan nutrisi yang memiliki cairan dielektrium belum dapat dijelaskan. Beberapa modifikasi unit HPEF telah dilakukan untuk mengkaji penerapan HPEF untuk menginaktivasi mikroorganisme, salah satunya dengan mengganti komponen pembangkit tegangan (generator) menggunakan fly back TV.
(30)
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengkaji penerapan Medan Pulsa Listrik Tegangan
Tinggi atau High Pulsed Electric Field (HPEF) untuk inaktivasi mikroorganisme,
dengan bahan uji berupa produk susu sapi segar. Secara khusus, tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui parameter kritis alat HPEF dalam inaktivasi mikroorganisme.
2. Mengetahui kinerja teknis HPEF dari sisi :
- Mengetahui jumlah mikroorganisme sebelum dan sesudah
inaktivasi.
- Mengetahui pengaruh perlakuan suhu dan jarak antar elektroda
terhadap laju inaktivasi mikroorganisme.
- Mengetahui perubahan suhu susu di dalam chamber selama proses
inaktivasi berlangsung.
3. Membuat model matematis laju inaktivasi mikroorganisme.
(31)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Susu
Badan Standarisasi Nasional (1998) dalam SNI No. 01-3141-1998
mendefinisikan susu segar sebagai cairan yang berasal dari ambing sapi sehat, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, tidak mengalami penambahan atau pengurangan suatu komponen apapun dan tidak mengalami pemanasan. Komposisi gizi pada susu secara umum terdiri atas protein (30%), karbohidrat (10%) dan lemak (40%) (Supardi dan Sukamto, 1999). Kandungan gizi serta vitamin secara lengkap yang terdapat dalam susu ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Gizi dan Vitamin Susu
Kandungan (unit/100gram) Kandungan Gizi
Kalori 67.50
Protein (g) 3.50
Lemak (g) 4.25
Karbohidrat (g) 4.75
Calcium (mg) 119.00
Sodium (mg) 50.00
Potasium (mg) 152.00
Vitamin A (IU) 148.00
Thiamin B1 (µg) 37.00
Riboflavin B2 (µg) 160.00
Pyridoxine B6 (µg) 46.00
Cyanocobalamine B12 (µg) 0.39
Vitamin C (mg) 1.50
Sumber : Tamime dan Robinson (1989) dalam Dinni (2008)
Dwidjoseputro (1987) dalam Dinni (2008) menjelaskan bahwa susu
memiliki fungsi sebagai media terbaik untuk hidup mikroorganisme yang terkandung di dalamnya, sehingga pertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat, yaitu setiap 20 hingga 30 menit akan berlipat ganda. Hal ini menjadi alasan utama bahwa susu merupakan produk yang sangat mudah mengalami kerusakan serta tidak memiliki waktu penyimpanan lama tanpa pengolahan lebih lanjut.
(32)
Gambar 1. Peternakan Sapi Perah
Gambar 2. Pemerahan Susu
Rataan total kandungan bakteri awal dalam susu adalah sebesar
1x10 3 cfu/mL sampai 1x10 6 cfu/mL. Jenis bakteri yang terkandung dalam susu
sangat bervariasi, dengan jenis yang terbanyak adalah bakteri Streptococcus sp.
(0-55%) dan Micrococcus sp. (30-39%), sedangkan untuk bakteri Gram positif,
Bacillus dan bakteri lainnya memiliki kisaran sebesar 10 % (Cousins dan
Bramley, 1981 dalam Dinni, 2008). Pada umumnya mikroorganisme hidup dan
berkembang biak secara optimal pada suhu 37 0C, sedangkan pada suhu 20-30 0C
pertumbuhan mikroorganisme aktif dan menjadi tidak aktif pada suhu kurang dari
10 0C (Ressang dan Nasution, 1982 dalam Dinni, 2008).
Menurut Rahman et al. (1992) pertumbuhan mikroba pada susu dapat
menimbulkan berbagai perubahan karakteristik. Pembentukan asam, gas, pelendiran, serta perubahan cita rasa dan warna merupakan perubahan
(33)
karakteristik yang sering dijumpai pada susu akibat adanya mikroorganisme.
Lampert (1970) dalam Dinni (2008) menjelaskan bahwa mikroorganisme dalam
susu dapat berasal dari peralatan yang kurang bersih, sumber air dan kandang yang kurang terawat, dengan mikroorganisme yang umum didapatkan adalah bakteri psikotrofik, seperti Enterobacter, Bacillus dan Flavobacterium.
B. Susu Pasteurisasi
Menurut Badan Standarisasi Nasional (1995) dalam SNI No. 01-3951-1995
susu pasteurisasi merupakan susu segar, susu rekonstitusi, susu rekombinasi yang
telah mengalami proses pemanasan pada suhu 63-66 0C selama minimum 30
menit atau pada pemanasan 72 0C selama minimum 15 detik, kemudian segera
didinginkan hingga 10 0C, selanjutnya diperlakukan secara aseptis dan disimpan
pada suhu maksimum 4.4 0C. International Dairy Federation (1983) dalam Dinni
(2008) menyatakan bahwa susu pasteurisasi merupakan produk susu yang telah
mengalami proses pasteurisasi, yang bila dijual ke retail atau pengecer mengalami
pendinginan terlebih dahulu tanpa adanya suatu penundaan dan dikemas dengan kondisi penundaan minimum untuk meminimalkan kontaminasi.
Produk tersebut harus mengalami uji fosfatase negatif segera setelah perlakuan panas. Susu pasteurisasi harus disimpan dalam suhu rendah selama
proses distribusi hingga penjualan (Robinson et al.,1981 dalam Dinni, 2008).
Proses distribusi dalam suhu rendah bertujuan agar pertumbuhan bakteri menjadi
terhambat, namun tidak membunuh keseluruhan bakteri (Winarno et al.,1980
dalam Dinni, 2008). Kandungan standar bakteri dalam susu pasteurisasi dengan grade ’’A” sebesar 20 000 bakteri/mL dan kurang dari sepuluh bakteri/mL untuk bakteri koliform (FDA, 2001).
Susu pasteurisasi menurut Early (1998) dalam Dinni (2008) memiliki
kandungan nilai gizi yang tidak jauh berbeda dengan susu segar karena sebagian besar nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin tidak terpengaruh oleh perlakuan pasteurisasi. Kehilangan nyata yang terjadi adalah sekitar setengah (50%) kandungan vitamin C serta sekitar 10 % tiamin dan
vitamin B12 yang terdapat secara alami akan hilang. Renner (1986) dalam Dinni
(34)
susu terjadi selama proses penanganan atau handling, pasteurisasi dan pengemasan.
C. Pengolahan Susu
Upaya memperpanjang umur simpan dan meningkatkan nilai guna susu dapat dilakukan melalui berbagai cara pengolahan seperti pembuatan susu menjadi produk susu kental manis, susu bubuk, es krim, permen susu, kerupuk susu, dodol susu dan sebagainya. Usaha untuk memperpanjang umur simpan telah
banyak dilakukan, baik dalam hal penanganan maupun pengawetan (Wong et
al.,1988 dalam Dinni, 2008). Pengolahan susu bertujuan untuk mengolah susu
menjadi bahan pangan yang memiliki tingkat akseptibilitas lebih tinggi serta mampu meningkatkan daya simpannya.
Hasil olahan susu merupakan suatu produk yang terbuat dari susu atau
produk yang merupakan hasil suatu perlakuan terhadap susu (Buckle et al., 1987
dalam Dinni, 2008). Pengolahan susu dengan pemanasan terlebih dahulu merupakan titik kendali kritis untuk menjamin mikroorganisme patogen telah musnah. Hal itu juga menjamin bakteri berspora telah dimusnahkan atau setidaknya berkurang jumlahnya untuk menjaga kualitas produk secara optimum (Elmagli dan Abtisam, 2006).
D. Pasteurisasi Susu
International Dairy Federation (IDF) yang dikutip dari Lewis (1999) mendefinisikan pasteurisasi sebagai salah satu proses pemanasan yang diaplikasikan pada susu bertujuan untuk menghindari bahaya kesehatan pada produk susu yang mungkin terjadi karena hadirnya mikroorganisme patogen dan sekaligus meminimalisir perubahan pada susu secara kimiawi, fisik dan
organoleptik. Buckle et al. (1987) dalam Dinni (2008) menjelaskan bahwa
pasteurisasi merupakan perlakuan pemanasan pada susu yang bertujuan untuk mencegah penularan penyakit dan kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dan enzim. Hal ini dilakukan untuk memberikan perlindungan maksimum pada konsumen terhadap penyakit yang mungkin dapat ditularkan melalui susu.
(35)
Jumlah mikroorganisme susu pasteurisasi berada diantara 2 450 sampai 15 000 cfu/mL pada pemanasan minimum dan dapat terus meningkat karena kontaminasi selama pasteurisasi baik secara langsung maupun tidak langsung (Abubakar dan Noor, 1995). Diperkirakan lebih dari 30 genus bakteri terdapat dalam susu atau yang dapat mengkontaminasi susu. Jenis bakteri yang sering
ditemukan dalam susu antara lain Campylobacter jejuni, Salmonella sp, Shigella
sp, Listeria monocytogenes, Yersinia enterolitica, E. Coli, Vibrio sp, Aeromonas hydrophila, M. Bovis, Brucella sp, Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum, clostridium perfringens, Bacillus cereus dan lain-lain (Garbutt, 1997).
Gambar 3. Alat Pasteurisasi Susu
Prinsip pasteurisasi susu adalah memanaskan susu di bawah titik didihnya
yaitu 102.8 0C. Proses pasteurisasi terbagi menjadi dua jenis , yaitu (1) Low
Temperature Long Time (LTLT), yang menggunakan suhu pemanasan 65 0C
(145 0F) selama 30 menit, (2) High Temperature Short Time (HTST), yang
menggunakan suhu pemanasan 80-90 0C (160 0F) selama 15 detik (Babe, 2002).
Tujuan utama proses pasteurisasi adalah mencegah penularan penyakit dan kerusakan akibat jasad renik dan enzim sehingga kualitas susu tetap baik selama masa simpan serta memusnahkan seluruh sel vegetatif dari bakteri patogen dan sebagian besar mikroorganisme pembusuk yang terdapat dalam susu (Potter dan
(36)
besar sel bakteri, kapang dan khamir di dalam susu. Proses pasteurisasi dengan menggunakan metode HTST akan menghancurkan 90-99% bakteri yang terdapat dalam susu, namun bakteri termofilik akan tetap bertahan selama proses pasteurisasi berlangsung. Pada umumnya proses pasteurisasi dengan menggunakan metode HTST lebih banyak digunakan karena waktu proses yang
dibutuhkan lebih efisien (Early, 1998 dalam Dinni, 2008).
Jumlah kandungan bakteri koliform yang tinggi dalam produk susu pasteurisasi mayoritas disebabkan oleh proses penanganan, proses sanitasi yang buruk serta peralatan yang digunakan dalam proses penyimpanan yang tidak
hygienis (Hayes et al., 2001 dalam Dinni, 2008). Bakteri koliform umumnya mengkontaminasi susu segar dan tidak tahan terhadap proses pasteurisasi dan secara berkala bakteri ini dipergunakan sebagai indikator proses yang berjalan
tidak sempurna atau sebagai kontaminasi setelah proses produksi (Manie et al.,
1999). Gruetzmacher dan Bradley (1999) dalam Veronica (2004) menyatakan
faktor penting yang mempengaruhi batas masa simpan susu pasteurisasi dalam
suhu refrigerator (4-7 0C) adalah kualitas mikrobiologi dari susu segar, suhu dan
waktu pasteurisasi. Keberadaan dan aktivitas kontaminasi setelah proses pasteurisasi serta suhu penyimpanan susu setelah proses pasteurisasi menjadi faktor paling utama dalam menentukan masa simpan produk susu pasteurisasi.
Berdasarkan SNI No.01-6366-2000 dalam Veronica (2004), batas maksimum
cemaran mikroorganisme dalam susu pasteurisasi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Susu Pasteurisasi
Jenis Cemaran Mikroba Batas Maksimum Cemaran Mikroba (cfu/mL)
Jumlah total kuman (Total
Plate Count = TPC)
< 3.0 x 104
Koliform < 0.1 x 10 1
E. Coli 0
Enterococci 1.0 x 10 2
Staphylococcus aureus 1.0 x 10 1
Clostridium sp 0
Salmonella sp Negatif
Campylobacter sp 0
Listeria sp 0
(37)
E. Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi atau High Pulsed Electric Field (HPEF)
Teknologi Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi atau High Pulsed Electric
Field (HPEF) merupakan metode inaktivasi enzim yang baru dikembangkan dalam proses bahan pangan. Prinsip kerja inaktivasi enzim menggunakan teknologi medan pulsa listrik tegangan tinggi adalah dengan mengalirkan arus listrik bertegangan tinggi sekitar 20-80 kV/cm melalui dua elektroda yang diletakkan di antara bahan pangan. Bahan yang akan diinaktivasi enzimnya diletakkan dalam medan listrik dengan intensitas tertentu yang dibangkitkan dari sebuah generator tegangan. Berbagai jenis pembangkit listrik dapat dipilih sesuai
kebutuhannya seperti Pearson coil (Zhang et al., 1999 dalam Gustavo et al.,
2000).
Teknologi Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Electric
Field) berupa alat yang terdiri atas rangkaian tahanan (R) dan kapasitor (C) dan muatan listrik mengalir dari sumber tegangan tinggi (E). Arus listrik dialirkan melalui tahanan dan selanjutnya tersimpan di kapasitor. Ketika saklar terhubung maka muatan listrik tegangan tinggi akan melewati bahan pangan yang akan diproses sehingga akan terbentuk medan listrik tegangan tinggi dengan frekuensi
sesuai dengan waktu yang ditentukan pada skalar (Castro et al., 1993 dalam
Gustavo et al., 2000).
Gambar 4. Skematik Alat Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Electric Field)
Kapasitor C
Saklar Ruang
inaktivasi
Sumber Tegangan
tinggi
Bahan yang di Proses
Elektrode a
(38)
Gambar 5. Skematik Teknologi HPEF Skala Komersial Yang Dikembangkan
Pengolahan makanan dengan HPEF berdasarkan pada kemampuan medan pulsa listrik intensitas tinggi merusak membran sel dan mengakibatkan efek mematikan pada mikroorganisme. Pada metode HPEF produk diletakkan dalam
chamber perlakuan dimana dua buah elektroda dimunculkan oleh sebuah material
nonconductive, yang dalam hal ini tidak terdapat aliran listrik dari kedua elektroda
yang melewati penutup chamber. Pulsa tegangan tinggi diaplikasikan ke elektroda
konduktif untuk menginduksi medan listrik tegangan tinggi pada produk makanan yang terletak di antara kedua elektroda (Gustavo et al., 2000).
Pengaplikasian tegangan tinggi melalui dua titik utama dipisahkan oleh bahan dielektrik. Sebuah medan magnet dihasilkan dalam daerah di antara kedua titik aplikasi. Intensitas medan magnet (E) berbanding lurus dengan beda potensial (V) dan berbanding terbalik terhadap jarak (D), yang secara matematis dapat dilihat pada persamaan (1) (Blatt, 1989 dalam Gustavo et al., 2000).
E =
D V
...(1)
Data terbaru diperoleh bahwa metode HPEF telah banyak diaplikasikan untuk memperpanjang daya simpan berbagai produk seperti susu, sari buah, telur
cair dan minuman fermentasi atau anggur. Vega (1997) dalam Gustavo et al.
(2000) menyatakan bahwa sari apel juga mempunyai masa simpan 38-56 hari
(39)
Fernandez-Molina et al. (1999) dalam Gustavo et al. (2000) melaporkan susu segar yang diinaktivasi dengan medan pulsa listrik tegangan tinggi sebesar
30 kV/cm, 30 pulsa, lebar pulsa 2 μs dan suhu proses tidak lebih dari 28 0C
mempunyai masa simpan 22 hari dengan kandungan total mikroba 3.6 x 10 cfu/mL dan coli form negatif.
Qin et al. (1995) dalam Gustavo et al. (2000) melaporkan bahwa susu dipasteurisasi dengan medan pulsa listrik tegangan tinggi sebesar 40 kV/cm yang dilakukan secara bertahap yaitu 2 tahap sebanyak 7 pulsa dan 1 tahap sebanyak 6 pulsa mempunyai masa simpan 14 hari pada suhu refrigerator. Tidak terdapat perubahan secara fisik dan kimia maupun pengaruh yang nyata pada sifat sensori susu dibandingkan dengan pasteurisasi dengan pemanasan.
F. Mekanisme Inaktivasi Oleh High Pulsed Electric Field (HPEF)
Inaktivasi mikroorganisme yang dilakukan oleh HPEF berhubungan dengan ketidakstabilan elektromekanik dari membran sel. Membran sel melindungi mikroba dari kondisi lingkungan sekitarnya. Hal ini dilakukan oleh lapisan
semipermeable, yang mengontrol penerimaan nutrisi ke dalam sel dan pengeluaran hasil akhir dari aktivitas metabolisme sel (Sale dan Hamilton, 1968
dalam Gustavo et al., 2000). Dengan menjaga sebuah batas osmosis efektif di antara sel dan lingkungannya, membran sel mengontrol aktivitas metabolisme sel. Jika membran sel terganggu, isi dari intraseluler akan pecah keluar dan hilangnya
aktivitas metabolisme (Zimmermann, 1986 dalam Gustavo et al., 2000).
Zimmermann (1986) dalam Gustavo et al. (2000) menjelaskan mekanisme
inaktivasi mikroba yang disebabkan oleh pengaruh medan listrik dalam teori ‘electrical breakdown’, sebagai berikut: membran sel dapat diumpamakan sebagai sebuah kapasitor yang terisi oleh larutan dielektrikum. Pada kondisi normal beda potensial di antara celah tersebut adalah V’ dengan adanya pengaruh medan listrik sebesar E maka beda potensial antara keduanya meningkat. Hal ini akan mengakibatkan ketebalan dinding sel mengecil. Kerusakan membran sel akan terjadi apabila beda potensial antara keduanya mencapai titik kritis sebesar Vc. Ini juga dapat terjadi apabila terdapat intervensi pengaruh medan listrik yang mencukupi sebesar E. Pada tahap ini kerusakan dinding sel masih dapat pulih,
(40)
a m P p k a i s d G d p m m y m p p b p akan tetapi menyebabka Gamb Pada kondis potensial me kerusakan di akan tetapi p intensitas m sehingga ke
dalam Gusta
G. Model (HPEF
Perkem ditunjukan proses (vari matematis d mungkin ata yang diprose Variab makanan m pengurangan perlakuan. T berguna set proses (vari
dengan te an kerusakan
bar 6. Diagra si (a) membr enjadi V (dim
inding sel - i
pada tahap in medan listrik
erusakan pad avo et al., 200
l Inaktivasi F)
mbangan pe untuk mend iabel bebas) digunakan u au mempred es (Lund, 19 bel terikat ya
menggunaka n populasi d Tahap pertam telah pendef
iabel bebas
rus bertamb n permanen (
am Skematik ran sel deng mana V>> V
irreversible ni kerusakan E menyebab da membran 00). i Mikroorg ersamaan m definisikan
) pada kee untuk memb diksi konsen 983 dalam G
ang secara k an HPEF dari agen bio ma untuk me
finisian var ) yang san
bahnya pen (d).
Kerusakan El gan beda po V’) mengaki
breakdown
n masih dapa bkan celah y n sel bersifa
anisme Den atematika te dan mening fektifan per berikan pan ntrasi mikrob
ustavo et al.,
khusus ditin dalam pro ologi yang ti engembangk riabel terika ngat relevan
ngaruh meda
lektrik (electr
tensial V', ( ibatkan meni
– terjadinya at pulih kem yang terbent at permanen
ngan High
entang mod gkatkan pen rlakuan (var dangan tent ba dan umu
2000). ngkatkan dal
oses pengo idak diingink kan sebuah m at meliputi n mempenga
an listrik m
rical breakdo
(b) bertamba ipisnya dind a celah pada mbali, (d) ber tuk semakin n (Zimmerm
Pulsed Ele
del proses p ngaruh dari
riabel terika tang mekan ur simpan d
lam proses p lahan HPE kan dengan model matem identifikasi aruhi variab maka akan own) ahnya beda ding sel, (c) dinding sel rtambahnya membesar mann, 1986 ctric Field pengolahan parameter at). Model nisme yang dari produk pengolahan EF adalah pemberian matis yang parameter bel terikat.
(41)
Kesalahan atau pendefinisian yang tidak lengkap dari beberapa faktor, menyebabkan model tidak tepat dan kemampuan prediksi kurang. Data percobaan yang akurat dan terpercaya dibutuhkan untuk mengidentifikasi secara tepat semua faktor yang relevan mengakibatkan variabel terikat dalam sebuah proses. Oleh sebab itu interpertasi yang tepat dari pengamatan memegang peranan penting karena persentase dari faktor yang berhubungan dapat secara mudah menyebabkan kesalahan interpertasi. Untuk menghindari kesalahan interpretasi dibutuhkan pengetahuan dasar dalam memperkirakan penyebab sehingga interpertasi pengamatan dapat dilakukan secara tepat, karena kolerasi empiris murni belum sempurna untuk mengindikasikan sebab-akibat dari situasi tersebut (Lund, 1983 dalam Gustavo et al., 2000).
Dugaan pertama yang dimunculkan untuk model proses HPEF diperoleh
dari persamaan matematika klasik Arrhenius dalam Gustavo et al. (2000) yang
menggambarkan inaktivasi mikroorganisme oleh perlakuan panas:
kN dt
dN
−
= ...(2) Persamaan ini merupakan persamaan kinetik turunan pertama dimana populasi mikroorganisme (N) bervariasi dengan waktu proses (t) dalam konstanta (k) yang berbanding lurus. Konstanta ini tergantung pada jenis dan ukuran mikroorganisme. Integral dari persamaan ini selama periode waktu tertentu menjadi :
kt No
N =−
ln ...(3)
dimana No merupakan jumlah mikroorganisme awal, ln
No N
merupakan log dari fraksi daya hidup.
Walaupun tidak ada yang dapat menjelaskan pengertian dari dampak seluruh parameter proses yang dimiliki oleh teknologi HPEF, terdapat kesepakatan yang menyatakan bahwa inaktivasi mikroorganisme meningkat secara eksponensial dengan meningkatnya intensitas medan listrik dan peningkatan secara linier oleh
(42)
meningkatnya waktu perlakuan (Peleg, 1995; Schoenbach et al., 1997 dalam
Gustavo et al., 2000).
Laju Inaktivasi mikroorganisme selama proses ditunjukkan sebagai waktu pengurangan desimal (D). Nilai D didefinisikan secara matematis sebagai berikut : ...(4) Dimana, nilai D merupakan negatif hubungan berbanding terbalik dari kemiringan grafik log (N) terhadap waktu, sedangkan nilai k berdasarkan pada logaritma dasar. Nilai D dan k dihubungkan dalam persamaan ( Toledo, 1999) sebagai berikut :
...(5) ...(6)
(43)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2008 sampai dengan Mei 2009, bertempat di Laboratorium Teknik Pengolahan Pasca Panen dan Hasil Pertanian (TPPHP) dan Laboratorium Dasar Ilmu Terapan (DIT) Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
B. Alat dan Bahan
1. Alat Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (High Pulsed Electric Field).
Prinsip kerja alat dapat dilihat pada Lampiran 15. 2. Multimeter, berfungsi sebagai alat ukur besaran listrik.
3. Elektroda yang terbuat dari stainless, berfungsi sebagai piranti untuk
menimbulkan lompatan medan listrik
4. Oscilloscope, berfungsi untuk mengukur jumlah pulsa dan bentuk pulsa. 5. Chamber dengan jarak antar elektroda 3 mm, 4 mm dan 5 mm.
6. Alat sterilisasi, berfungsi untuk mensterilkan peralatan yang digunakan
selama pengujian mikroorganisme.
7. Burn set yang digunakan untuk pengambilan sample dan pengujian mikroorganisme
8. Cawan petri, tabung reaksi, oven, suntikan, alat hitung mikroorganisme,
dan media PCA (Plate Count Agar), yang digunakan selama pengujian
mikroorganisme.
9. Jarum suntik steril untuk pengambilan sample.
10.Tiang statif untuk mengatur ketinggian wadah infus.
11.Lemari Es, untuk menjaga suhu dingin pada produk selama proses.
12.Termocouple untuk mengukur suhu produk di dalam chamber.
13.Alkohol untuk membersihkan chamber sebelum dan sesudah pengujian
(44)
C. Metode
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dari bulan November sampai Desember 2008. Tujuan penelitian pendahuluan ini mencari perlakuan yang
tepat untuk melihat kinerja fungsional alat HPEF (High Pulsed Electric
Field) dalam menginaktivasi mikroorganisme. Pada penelitian pendahuluan dilakukan beberapa perlakuan untuk melihat penurunan mikroorganisme akibat pengaruh medan listrik. Perlakuan diuji menggunakan dua variabel yaitu laju aliran volumetrik dan jarak antar elektroda. Laju aliran produk diperoleh dari perbandingan volume dan waktu yang dibutuhkan oleh produk untuk mengalir. Pengaturan laju aliran volumetrik diatur dengan menggunakan tiang statif.
Perlakuan pertama dilakukan dengan aliran kontinyu melalui selang infus steril. Pengaturan ketinggian dilakukan untuk mendapatkan kecepatan aliran yang berbeda sehingga dengan kombinasi kecepatan dan jarak elektroda dapat diperoleh waktu yang optimal untuk meminimisasi jumlah mikroorganisme dan memaksimalkan kapasitas produk yang akan
diinaktivasi. Pengambilan dua sample pertama dilakukan dengan
mengalirkan susu segar pada ketinggian 1.50 m dengan menggunakan
chamber berukuran 3 mm. Percobaan dilakukan dengan dua cara yaitu 1)
chamber kosong pada keadaan awal dan produk dialirkan melalui wadah
infus yang telah terisi produk, 2) chamber telah diisi produk sampai penuh
secara manual menggunakan jarum suntik, setelah itu dialirkan produk dari wadah infus. Tujuannya agar produk memiliki jeda waktu tertahan di dalam
chamber sebelum sampai di wadah penampungan. Peninjauan perlakuan dilakukan sampai hasil uji mikro mencapai < 3.0 x 104 cfu/mL.
Perlakuan kedua dilakukan tetap dengan menggunakan aliran kontinyu. Penambahan waktu kontak antara produk dan elektroda dilakukan sirkulasi pada sistem terbuka. Sirkulasi dilakukan secara manual karena keterbatasan desain alat yang tidak dilengkapi dengan adanya pompa.
(45)
Perlakuan ketiga dilakukan dengan penambahan waktu kontak antara produk dan elektroda. Penambahan waktu perlakuan dilakukan dengan
metode holding chamber selama satu jam. Pengambilan sample dilakukan
dengan menggunakan suntikan steril.
Perlakuan keempat dan seterusnya dilakukan di labaratorium DIT TIN untuk menghindari kontaminasi ruangan dan juga memperpendek jarak
antara pengambilan sample dengan pengujian sample. Pemasukan produk
dan pengambilan sample dilakukan dari satu lubang yang sama.
Pengambilan sample dibuat pada keadaan lingkungan yang steril dengan
menggunakan burn set untuk mencegah mikroorganisme yang ada di udara
masuk pada saat jeda waktu pengambilan. Perlakuan terakhir dilakukan
dengan holding chamber. Pengambilan sample dilakukan dua kali pada
waktu jam ke-5 dan jam ke-6 untuk mencari hasil yang optimal terjadinya penurunan mikroorganisme.
Sebelum dan setelah dilakukan percobaan, faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi terhadap produk dicegah. Kebersihan
chamber merupakan titik kritis dalam pengujian karena desain lubang
chamber yang kecil sehingga tidak dapat dilakukan penyikatan
gumpalan-gumpalan kotoran yang terdapat di sekitar dinding chamber.
Untuk mengatasi hal tersebut pembersihan dilakukan dengan jarum suntik. Air hangat disuntikan secara kontinyu untuk melarutkan
gumpalan-gumpalan yang terdapat pada dinding maupun permukaan chamber. Tahap
pembersihan chamber yang terakhir dilakukan dengan perendaman alkohol
selama 15 menit. 2. Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan setelah diperoleh hasil yang optimal dari penelitian pendahuluan. Dalam penelitian utama dilakukan beberapa perhitungan dan pengukuran untuk mengetahui keefektifan teknologi HPEF. Parameter yang mempengaruhi inaktivasi mikroorganisme dalam suatu makanan cair dengan HPEF, yaitu intensitas medan listrik, waktu perlakuan,
(46)
bentuk pulsa, suhu produk dan konsentrasi sel mikroba. Desain statistik untuk pengujian sistem dilakukan dengan penentuan beberapa faktor sebagai berikut:
1. Penentuan Parameter Kritis Alat
Perlengkapan desain dan karakteristik operasi didefinisikan ke dalam faktor teknis, yaitu:
- Intensitas Medan Listrik, yang didefinisikan sebagai faktor yang
paling relevan dalam menjelaskan inaktivasi mikroorganisme oleh
HighPulsed Electric Field (Gustavo et al., 2000).
- Waktu Perlakuan, total waktu perlakuan diperoleh dari perkalian
lebar pulsa dengan jumlah pulsa yang diaplikasikan (Neumann et al.,
1992; Gaskova et al., 1996 dalam Gustavo et al., 2000).
- Bentuk Pulsa, terdapat dua bentuk gelombang dalam teknologi
HPEF, yaitu pulsa berbentuk eksponensial dan pulsa persegi (Gustavo et al., 2000).
Penentuan parameter kritis alat berupa kuat medan listrik, jumlah pulsa dan bentuk pulsa diukur dan diamati langsung menggunakan
oscilloscope. Pengukuran dilakukan dengan cara menurunkan tegangan menggunakan rangkaian seri dari 3 buah resistor keramik bernilai 10 Watt
20 kΩ. Rancangan alat terdiri atas 4 blok yaitu rangkaian oscillator,
rangkaian penguat tegangan I, rangkaian penguat tegangan II dan fly back
TV. Rangkaian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
Laju daya kontinyu pembangkit pulsa eksponensial dihitung dengan persamaan (7) (Gustavo et al., 2000):
2 f.C.V R
. 2
.V f. P
2 2
=
(47)
Keterangan: P = daya (W)
f = frekuensi pulsa (Hz) τ = lebar pulsa (s) V = voltase puncak (V) C = kapasitansi kapasitor (F) R = tahanan ruang perlakuan (Ω)
Kebutuhan daya dapat dikurangi dengan mengurangi frekuensi, lebar pulsa atau tegangan. Kuat medan listrik mempunyai efek nyata daripada lebar pulsa pada laju inaktivasi. Oleh karena itu, efisiensi energi dapat dimaksimalkan dengan meningkatkan kuat medan listrik dan mengurangi
atau memperkecil lebar pulsa (Zhang et al., 1995b dalam Gustavo et al.,
2000).
Untuk tahanan ruang perlakuan diberikan oleh persamaan (Gustavo et al., 2000) sebagai berikut :
A d
R= ρ. ...(8) Keterangan :
ρ = tahanan jenis cairan (Ω.m) d = jarak antar elektroda (m) A = luas elektroda (m2)
(48)
(Rancangan : Budi Haryono, 2008)
Gambar 7. Rangkaian Alat High Pulsed Electric Field (HPEF)
2. Penghitungan Jumlah Mikroorganisme
Produk susu sapi segar yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pemerahan pagi hari. Penelitian langsung dilakukan saat produk susu sapi baru diperah dari kandang untuk mempersingkat waktu tunggu sehingga
produk tidak cepat cepat rusak selama perlakuan. Pengambilan sample
dilakukan setiap jam untuk mengamati laju inaktivasi mikroorganisme. Pengujian dilakukan dengan menggunakan dua parameter yaitu suhu produk dan jarak antar elektroda. Berdasarkan kedua parameter ini diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :
- jarak antar elektoda 3 mm, 4mm dan 5 mm pada suhu dingin
( 4 - 8 0C)
- jarak antar elektroda 3 mm, 4 mm dan 5 mm pada suhu ruang
(24 - 28 0C)
Setiap kombinasi perlakuan dilakukan dua kali sampling untuk uji
mikroorganisme. Perlakuan pada suhu dingin dilakukan dengan terlebih
dahulu mendinginkan susu sampai suhu 40C. Kondisi dingin tetap
dipertahankan di dalam lemari es selama proses berlangsung.
FlybackTV Rangkaian
Oscillator
Trafo step-down
Rangkaian Penguat Tegangan
(49)
Sample susu sapi segar sebelum dan sesudah inaktivasi setelah diencerkan menggunakan larutan fisiologis kemudian dikembangbiakkan dalam larutan medium agar untuk mengetahui jumlah mikroorganisme sebelum dan sesudah inaktivasi mikroorganisme. Penghitungan jumlah
bakteri dilakukan dengan menggunakan metode Total Plate Count (TPC).
Bakteri susu yang telah dikembangbiakkan akan membentuk koloni yang akan menjadi indikasi perhitungan jumlah bakteri secara visual. Susu sapi segar disiapkan sebanyak setengah liter dan digunakan sesuai volume
masing-masing chamber perlakuan menggunakan jarum suntik 10 mL. Susu
yang telah melewati medan listrik tegangan tinggi diambil sebanyak 1 mL menggunakan jarum suntik 3 mL untuk dikembangbiakkan dalam medium selama dua hari.
3. Pengukuran Suhu Bahan
Perubahan suhu bahan pangan sebelum dan setelah perlakuan pada
ruang inaktivasi diukur dengan menggunakan termocouple. Pengukuran
suhu produk di dalam chamber dilakukan untuk menguji pengaruh suhu
yang dihasilkan oleh proses HPEF terhadap inaktivasi mikroorganisme. Pengukuran suhu dilakukan pada 3 titik pengukuran yaitu atas, tengah dan bawah. Pencatatan dilakukan setiap satu jam selama proses berlangsung.
4. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan menggunakan metode statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk melihat pengaruh setiap kombinasi perlakuan terhadap proses inaktivasi.Data dianalisis menggunakan analisis ragam dengan taraf nyata, 5 %, bila berpengarauh nyata maka dilanjutkan uji
(50)
Gambar 8. Rancangan Percobaan
Tabel 5. Kombinasi Rancangaan Acak Lengkap
X 1 X2 X3
T1 Y11 ; Y12 Y11 ; Y12 Y11 ; Y12
T2 Y11 ; Y12 Y11 ; Y12 Y11 ; Y12
Keterangan :
T1 = suhu dingin X1 = jarak antar elektroda 3 mm
T2 = suhu ruang X2 = jarak antar elektroda 4 mm
Yn = ulangan (n) uji TPC X3 = jarak antar elektroda 5 mm
T 1 T 2
X1 X2 X3 X1 X2 X3
(51)
Perlakuan 1 Perlakuan 2
tidak
tidak ya
ya
(a)
Gambar 9. Diagram Alir Penelitian Pendahuluan Susu Sapi
Segar
Aliran Kontinyu
Chamber Tidak Penuh
Chamber Penuh
Hasil Uji Mikro < 3 x 104 cfu/mL
Penelitian Utama
Aliran Kontinyu
Chamber Awal Tidak Penuh
Chamber Awal
Penuh
Uji Mikro
Susu Sapi Segar
Sirkulasi 10 x
Uji Mikro
Hasil Uji Mikro 3x104 cfu/mL
Penelitian Utama
Perlakuan 2
(52)
Perlakuan 3 Perlakuan 4
tidak ya
ya tidak
(b)
Gambar 9. Diagram Alir Penelitian Pendahuluan (Lanjutan) Susu Sapi
Segar Susu Sapi
Segar
Holding Chamber
(selama 1 jam)
Holding Chamber
Uji Mikro
Waktu perlakuan 5 jam
Waktu perlakuan 6 jam
Uji Mikro
Hasil Uji Mikro < 3 x 104
cfu/mL
Hasil Uji Mikro < 3 x 104 cfu/mL
Penelitian Utama
Penelitian Utama
Perlakuan 4
(53)
Gambar 10. Diagram Alir Penelitian Utama End
Analisis Susu Sapi
Segar
Holding Chamber
(selama 5 jam)
pada T1dan T2
Jarak elektroda 3 mm
Jarak elektroda 4 mm
Jarak elektroda 5 mm
Uji Mikro
∆t = 1 jam,t = 5 jam
Penentuan Parameter Kritis
Alat
Pengukuran Suhu (T1, T2)
∆t = 1 jam,t = 5 jam
Permodelan Matematis Pengkondisian
alat HPEF
Empiris
(54)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penelitian Pendahuluan
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan dengan satu kali ulangan diperoleh hasil sebagai Tabel 6.
Tabel 6. Data Hasil Penelitian Pendahuluan Hari/ Tanggal Perlakuan Jumlah Mikroorganisme Sebelum Inaktivasi (cfu/mL) Jumlah Mikroorganisme Sesudah Inaktivasi (cfu/mL) Penurunan Jumlah Mikroorganisme (Log cfu/mL/jam) 28 November 2008 Aliran kontinyu (chamber tidak penuh)
5.5 x 10 5
3.4 x 10 5 0.21
Aliran kontinyu (chamber penuh)
3.3 x 10 5 0.22
3 Desember 2008
Sirkulasi 10 x 6.4 x 10 5 6.2 x 10 5 0.01
17 Desember 2008
Holding Chamber
(selama 1 jam)
9.2 x 10 5 1.2 x 10 5 0.88
23 Desember 2008
Holding Chamber
(selama 5 jam)
9 x 10 4
4.8 x 10 3 1.27
Holding Chamber
(selama 6 jam)
2.0 x10 4 0.65
Pada perlakuan pertama pengurangan mikroorganisme yang terjadi hanya sebesar 2.2 cfu/mL . Waktu yang diperlukan dengan kedua kondisi di atas adalah 4.2 menit dengan laju aliran volumetrik sebesar 12.20 mL/menit. Hasil dari percobaan hari pertama menjadi acuan untuk menambah waktu terjadinya kontak antara produk dan elektroda dengan sirkulasi sebanyak 10 kali. Hal ini diperkuat dari persamaan (2) yang merupakan persamaan kinetik turunan pertama dimana populasi mikroorganisme (N) bervariasi dengan waktu proses (t) dalam konstanta (k) yang berbanding lurus (Gustavo et al., 2000).
Waktu total yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan kedua mencapai 1.2 jam. Hasil mikroorganisme yang diperoleh pada percobaan kedua juga tidak menunjukkan penurunan jumlah mikroorganisme secara signifikan. Ini
(55)
d j t y d d a G p m s k s p S d e w j p m G s m dipengaruhi jam dari w terbuka den yang telah d di udara mau
Perco dari plastik. akan sulit d Gejala penu percobaan mikroorgani Wala seluruh par kesepakatan secara eksp peningkatan Schoenbach dalam persam Perny
et al. (2000) waktu perlak jam sebaga pertumbuhan mikroorgani Hasi Gambar 11. sangat drasti menggunaka oleh bebera waktu pemer ngan wadah disirkulasi te upun peralat obaan ketig Wadah pla ibersihkan k urunan jum ketiga den isme yang te aupun tidak rameter pro n yang men ponensial d n secara lin
et al., 199 maan (3), ya
yataan dari P dan hasil d kuan yang e ai kontrol n mikroorg isme dengan l analisis m Grafik men is setelah 5 j an alat HPE
apa hal yaitu rahan. Selai
penampung erkontaminas tan yang digu ga dilakukan
astik yang d karena sifat mlah mikroo
ngan meto erjadi sebesa k ada yang
oses yang nyatakan ba
dengan me nier oleh m
97 dalam G aitu : Peleg (1995 dari percoba ekstrim selam untuk me anisme yan n kuat medan mikroorganism
nunjukkan ad jam. Penuru EF mencapai
u pengujian in itu sirkul gan yang sa
si kembali o unakan. n dengan m digunakan se
kimia susu organisme y
de holding
ar 0.88 log cf dapat menj dimiliki o ahwa inakti eningkatnya eningkatnya
Gustavo et al
) dan Schoe aan ketiga i ma 5 jam de elihat adan ng lebih be n listrik.
me dari perc danya gejala unan jumlah i 1.3 log cfu
dilakukan s lasi yang d ama menjadi oleh mikroor
mengurangi p ebelum mau
yang banya yang cukup
g chamber. fu/mL. njelaskan pe
oleh teknol ivasi mikro intensitas a waktu per
l., 2000). Se
enbach et al. ini menjadi ngan penam nya pengaru esar dibandi cobaan terak a penurunan mikroorgan u/mL dari ju
setelah jangk dilakukan pa i faktor utam rganisme yan
peralatan ya upun setelah ak mengandu
p tajam ter . Penuruna engertian da logi HPEF oorganisme medan li rlakuan (Pe ecara sistem
(1997) dala
acuan untuk mbahan wakt
uh laju p ingkan laju
khir dapat d n mikroorgan nisme setelah umlah mikro
ka waktu 6 ada sistem ma produk ng terdapat ang terbuat h perlakuan ung lemak. rjadi pada an jumlah ari dampak F, terdapat meningkat istrik dan eleg, 1995; matis ditulis
am Gustavo k memberi tu selama 1
eningkatan inaktivasi dilihat pada nisme yang h inaktivasi oorganisme
(56)
yang ada sebelumnya, yaitu 9 x 10 4 cfu/mL dan pada jam ke-6 yang bertindak sebagai kontrol terjadi peningkatan jumlah mikroorganisme. Ini membuktikan bahwa laju pertumbuhan mikroorganisme meningkat lebih cepat dibandingkan laju inaktivasi.
Selain terjadinya inaktivasi, dalam proses menggunakan metode holding
chamber dalam waktu yang lama juga telah menyebabkan terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Kecepatan daya reduksi mikroorganisme yang terdapat pada produk susu yang telah diperah disebabkan dari banyaknya mikroorganisme yang terdapat di udara maupun proses distribusi yang mengkontaminasi susu, sehingga terjadinya oksidasi reduksi potensial sangat sulit untuk dihindari. Bakteri yang tumbuh dalam air susu memerlukan oksigen dan menghasilkan substansi-substansi pereduksi. Substansi-substansi-substansi ini menyebabkan terjadinya penurunan oksidasi reduksi potensial yang tergantung dari jumlah dan jenis bakteri, metabolisme bakteri dalam air susu dan adanya enzim-enzim dalam air susu itu sendiri (Sudarwanto, 1996). Perbedaan selang waktu pengujian juga menyebabkan
perbedaan jumlah mikroorganisme awal pada setiap sample produk.
Gambar 11. Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Dengan HPEF Pada Penelitian Pendahuluan
B. Penelitian Utama
1. Kinerja Teknis HPEF (High Pulsed Electric Field) 1.1. Mikroorganisme Terinaktivasi
1 10 100 1000 10000 100000
0 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan (jam)
ju m la h m ik ro o rg a n is m e ( c fu /m L ) jarak antar elektroda 3mm
(57)
Perlakuan holding chamber selama 5 jam diuji pada ketiga jarak
antar elektroda untuk melihat secara deskriptif proses inaktivasi dengan
HPEF pada masing-masing jarak antar elektroda. Pengurangan jumlah mikroorganisme setiap jamnya berubah. Hal ini ditunjukkan pada grafik
sample 1 dimana jam ke-1 dan ke-5 jumlah mikroorganisme turun secara
drastis dari jumlah mikroorganisme sebelumnya, yaitu 1.7 x 10 5 cfu/mL
menjadi 3.9 x 10 3 cfu/mL. Sedangkan pada jam ke-2 dan ke-3 penurunan
jumlah mikroorganisme dari sebelumnya relatif stabil dan kecil.
Pengambilan sample dilakukan kembali pada jarak elektroda 3 mm
dengan jumlah mikroorganisme awal 1.0 x 10 5 cfu/mL menjadi
5 x 10 3 cfu/mL. Pengujian mikroorganisme terinaktivasi pada sample 1
dan sample 2 menunjukkan kinerja fungsional dalam menurunkan mikroorganisme sampai 1.65 log cfu/mL.
Perkembangan mikroorganisme pada setiap jam pada sample 1
menunjukkan penurunan mikroorganisme linier terhadap waktu. Pada jam ke-5 terjadi penurunan kembali dan berhasil mencapai hasil mikrobiologi di bawah angka standar cemaran pada susu pasteurisasi yang telah
ditetapkan oleh SNI No. 01-6366-2000 dalam Veronica (2004), yaitu
< 3 x 10 4 cfu/mL.
Perlakuan yang sama juga diberikan pada jarak elektroda 4 mm dan 5 mm. Dapat dilihat pada Gambar 12 (b), jarak elektroda 4 mm juga menunjukkan perkembangan yang hampir sama dengan jarak elektroda 3 mm, dimana pada jam ke-2 dan jam ke-3 jumlah mikroorganisme yang terinaktivasi cenderung konstan. Penurunan yang sangat drastis hanya terjadi pada saat jam ke-1, mikroorganisme terinaktivasi mencapai
3.9 x 10 4 cfu/mL dari jumlah mikroorganisme awal yaitu 1.7 x 10 5
cfu/mL.
Fenomena yang sama juga terjadi pada sample 2 yaitu pada jam
ke-2 dan jam ke-3 penurunan relatif kecil. Hasil analisis mikrobiologi pada jam ke-5, jarak elektroda 4 mm mampu menginaktivasi mikroorganisme
(58)
1.7 x 10 5 cfu/mL dan 3.2 x 10 4 cfu/mL pada sample 2 dari jumlah
mikroorganisme awal 1.0 x 10 5 cfu/mL.
Alat HPEF juga menunjukkan kinerjanya secara fungsional pada saat perlakuan menggunakan jarak antar elektroda 5 mm. Sama seperti pada perlakuan pada jarak elektroda 3 mm dan 4 mm, pada jarak antar elektroda 5 mm terdapat kestabilan jumlah mikroorganisme terinaktivasi pada periode waktu tertentu, hal ini dapat dilihat pada Gambar 12 (c).
Dapat dianalisis bahwa ketidakstabilan inaktivasi mikroorganisme tiap jamnya disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu kuat medan listrik yang kecil menyebabkan mikrorganisme membutuhkan waktu yang panjang untuk mengalami kerusakan dinding sel secara permanen. Rata-rata pada jam ke-1 terdapat penurunan yang cukup drastis, akan tetapi pada jam berikutnya terdapat kestabilan jumlah mikroorganisme selama periode waktu tertentu dan kemudian pada jam ke-5 jumlah mikroorganisme kembali menurun. Terjadinya penurunan jumlah mikroorganisme disebabkan adanya kerusakan permanen setelah mikroorganisme melewati fase kritis.
Kerusakan dinding sel mikroorganisme pada jam ke-1 belum permanen dan masih dapat pulih kembali. Hal ini terjadi karena kuat medan listrik yang diberikan secara terus-menerus selama 5 jam perlakuan menyebabkan dinding sel sulit memulihkan diri secara cepat dan akhirnya mengalami kerusakan permanen. Matinya mikroorganisme ini ditunjukkan oleh adanya penurunan jumlah mikro pada jam ke-5 pada masing-masing jarak antar elektroda. Semakin dekat jarak antar elektroda yang digunakan, maka kuat medan listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Kuatnya medan listrik yang dihasilkan menyebabkan waktu kritis dinding sel untuk kembali pulih akan semakin kecil. Hal ini ditunjukkan dari penurunan jumlah mikroorganisme yang besar. Tidak diketahuinya jenis mikroorganisme yang terdapat pada produk dan resistensinya terhadap
kuat medan listrik pada setiap sample menyebabkan titik kritis pada setiap
(59)
(a) (b) (c)
Gambar 12. Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Dengan HPEF Pada Jarak Elektroda : (a) 3 mm; (b) 4 mm dan (c) 5 mm
1 10 100 1000 10000 100000 1000000
0 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan (jam)
ju m la h m ik ro o rg a n is m e ( c fu /m L ) sample 1 sample 2 1 10 100 1000 10000 100000 1000000
0 1 2 3 4 5 6
w aktu perlakuan (jam)
ju m lah m ikr o o rg an is m e (cfu /m L ) sample 1 sample 2 1 10 100 1000 10000 100000 1000000
0 1 2 3 4 5 6
waktu perlakuan (jam)
ju m la h m ik ro o rg a n is m e ( c fu /m L ) sample 1 sample 2
(60)
(a)
(b)
Gambar 13. Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Dengan HPEF Pada Ketiga Jarak Antar Elektroda: (a) sample 1 dan (b) sample 2
1.2. Pengaruh Jarak Antar Elektroda dan Suhu
Selain perlakuan jarak antar elektroda, dilakukan penambahan perlakuan suhu produk untuk melihat pengaruh laju inaktivasi mikroorganisme dengan parameter mikroorganisme yang diamati jumlah
mikroorganisme keseluruhan dan E.Coli.
1.2.1. Mikroorganisme Keseluruhan
Berdasarkan hasil analisis ragam dapat dilihat bahwa kedua perlakuan berpengaruh terhadap laju inaktivasi mikroorganisme. Pengaruh dari kedua parameter ini diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa suhu produk dan jarak antar elektroda berpengaruh nyata terhadap
1 10 100 1000 10000 100000 1000000 ju m lah m ikr o o rg an is m e (c fu /m L )
0 1 2 3 4 5
waktu perlakuan (jam)
jarak elektroda 3 mm jarak elektrooda 4 mm jarak elektroda 5 mm
1 10 100 1000 10000 100000 ju m lah m ikr o o rg an is m e (c fu /m L )
0 1 2 3 4 5
waktu perlakuan (jam)
(61)
laju inaktivasi mikroorganisme keseluruhan. Hal ini dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 10.
(a)
(b)
Gambar 14. Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Pada Jarak Antar Elektroda 3mm: (a) suhu ruang dan (b) suhu dingin
Pengaruh kedua perlakuan ini juga digambarkan dalam suatu grafik. Dapat dilihat pada Gambar 14 (a) dan (b), laju inaktivasi pada suhu ruang lebih besar dibandingkan dengan suhu
dingin. Menurut Jeyamkondan et al. (1999) dalam Gustavo et al.
(1999) peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik dari ion-ion meningkat. Mobilitas terjadinya kehilangan ion lebih besar dalam kerusakan sel membawa sel pada keadaan fluiditas dan permeabilitas yang tinggi sehingga peluang terjadinya kerusakan mekanis meningkat. 1 10 100 1000 10000 100000 1000000
0 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan (jam)
ju m lah m ikro o rg an is m e ( c fu /m L ) sample 1 sample 2 1 10 100 1000 10000 100000
0 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan (jam)
ju m lah m ikro o rg an is m e ( c fu /m L ) sample 1 sample 2
(62)
(a)
(b)
Gambar 15. Grafik Perkembangan Mikroorganisme Terinaktivasi Pada Jarak Antar Elektroda 4 mm : (a) suhu ruang dan (b) suhu dingin
Hulsheger et al. (1981) dalam Gustavo et al. (1999)
menyatakan bahwa adanya pengaruh sinergis suhu produk dengan perlakuan HPEF pada rasio inaktivasi. Tingkat inaktivasi
mikroorganisme terjadi lebih besar untuk fluiditas phospolipid
yang lebih tinggi dalam lapisan sel pada suhu yang lebih tinggi dan akan membuat sel-sel lebih mudah membentuk poros. Hal ini dapat dilihat dari laju inaktivasi mikroorganisme yang lebih besar pada suhu ruang yaitu 0.33 log cfu/mL/jam daripada suhu dingin, yang laju inaktivasi hanya mencapai 0.11 log cfu/mL/jam.
1 10 100 1000 10000 100000 1000000
0 1 2 3 4 5 6 waktu perlakuan (jam)
ju m la h m ik ro o rg a n is m e ( c fu /m L ) sample 1 sample 2 1 10 100 1000 10000 100000
0 1 2 3 4 5 6
waktu perlakuan (jam)
ju m la h m ik ro o rg a n is m e ( c fu /m L ) sample 1 sample 2
(1)
Lampiran 13. Perhitungan Laju Inaktivasi Hasil Dugaan Perhitungan Laju Inaktivasi Hasil Dugaan
Suhu Ruang :
. . ...(11.a) 1) E = 0.28 kV/cm
. .
. . . . /
2) E = 0.21 kV/cm
. .
. . . . log / /jam 3) E = 0.17 kV/cm
. .
. . . . log / /jam Suhu Dingin :
. . ...(11.b) 1) E = 0.28 kV/cm
. .
(2)
2) E = 0.21 kV/cm
. .
. . . . log / /jam 3) E = 0.17 kV/cm
. .
. . . . log / /jam Tabel Data Laju Inaktivasi Hasil Dugaan dan Penelitian 13.1. Suhu Ruang
Laju Inaktivasi Hasil Dugaan (Log cfu/mL/jam)
Laju Inaktivasi Hasil Penelitian (Log cfu/mL/jam)
Rata-Rata (Log cfu/mL/jam) sample1 sample 2
0.34 0.31 0.34 0.33
0.22 0.23 0.24 0.24
0.19 0.15 0.20 0.18
13.2. Suhu Dingin Laju Inaktivasi Hasil
Dugaan (Log cfu/mL/jam)
Laju Inaktivasi Hasil Penelitian (Log cfu/mL/jam)
Rata-Rata (Log cfu/mL/jam) sample1 sample 2
0.15 0.11 0.12 0.12
0.03 0.04 0.04 0.04
(3)
Lampiran 14. Gambar Rangkaian Alat High Pulsed Electric Field (HPEF)
Rangakain oscillator Penguat
tegangan II Penguat
tegangan I
Fly Back TV
(4)
Lampiran 15. Prinsip Kerja Alat HPEF
Arus PLN (220V)
Trafo (22V)
Diode Bridge (mengubah AC‐DC)
Rangkaian
Oscillator
Fly Back TV
(5)
Lampiran 16. Prosedur Kerja 1. Set-up alat HPEF
2. Pembersihan chamber menggunakan sikat kawat kecil dengan detergent anti kuman (mama lion), bilas sampai bersih dengan air dingin kemudian air hangat yang dimasukkan dengan jarum suntik. Selanjutnya direndam dengan alkohol selama 15 menit.
3. Masukkan sample sesuai volume masing-masing chamber dengan jarum suntik steril.
4. Tekan tombol on, kemudian diamkan selama 5 jam. Sample diambil setiap 1 jam sebanyak 1 mL dengan jarum suntik steril.
5. Setelah sample diambil, sample langsung diencerkan dalam larutan fisiologis untuk diuji.
(6)
Lampiran 17. Konstanta model kinetika Hülshelger untuk berbagai jenis mikroorganisme
Jenis Mikroorganisme E T Tc Ec K R
(kV/cm) (µs) (µs) (kV/cm) (%)
Escherichia coli (4 h)1 4 - 20 0.07 - 1.1 0.7 11 8.1 97.7 E.coli (30 h)1 10 - 20 0.07 - 1.1 8.3 18 6.3 97.6 Klebsiella pneumonia 8 - 20 0.07 - 1.1 7.2 29 6.6 95.7 Pseudomonas auriginosa 8 - 20 0.07 - 1.1 6.0 35 6.3 98.4 Staphylococcus aureus 14 - 20 0.07 - 1.1 13.0 58 2.6 97.7 Listeria monocytogenes I 12 - 20 0.07 - 1.1 10.0 63 6.5 97.2 L. monocytogenes II 10 - 20 0.07 - 1.1 8.7 36 6.4 98.5