dan mendukung tindakan anak yang konstruktif. Anak yang terbiasa dengan pola asuh demokratisakan memperoleh dampak menguntungkan, di antaranya anak akan
merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya diri, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk berprestasi, dan bisa komunikasi baik dengan teman-
temannya ataupun orang-orang yang lebih dewasa, Karena hubungan komunikasi antara orang tua dengan anak dapat berjalan dengan menyenangkan, maka terjadi
pengembangan kepribadian yang mantap pada diri anak. Anak makin mandiri, matang dan dapat menghargai diri sendiri dengan baik.
Menurut Baumrind 1991, dalam Parke locke, 1999 bahwa pola asuh yang paling kondusif yang diterapkan orangtua kepada anak adalah pola pengasuhan
demokratis. Pola pengasuhan ini bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung
jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam pengawasan orangtua. Pola pengasuhan ini dihubungkan dengan dengan tingkah laku anak-anak yang
memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial dan pengembangan kognitif.
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita
di Dusun X Medan Estate
Pada tabel 5.4 dapat dilihatbahawa mayoritas ibu dengan pendidikan menengah lebih besar memilih kepada pola pengasuhan demokratis.Hasil uji statistik
dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,027, ini berarti adahubungan antara
tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dalam Soetjiningsih 2003 yaitu
dengan pendidikan yang baik maka ibudapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak, bagaimana menjaga kesehatan anak,
pendidikannya dan sebagainya. Berdasarkan Hart, Newell dan Olsen dalam Santrock, 2007 pengasuhan demokratis merupakan gaya pengasuhan yang paling
efektif diantara gaya pengasuhan yang lain karena dapat menerapkan keseimbangan yang tepat antara kendali dan otonomi sehingga memberikan kesempatan pada anak
untuk membentuk kemandirian dengan memberikan batas, standar, dan panduan yang dibutuhkan anak. Berdasarkan teori tersebut diharapkan dengan dasar
pendidikan yang baik ibudiharapkan dapat menerapkan pengasuhan yang paling efektif bagi anak.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa tidak semua ibu yang berpendidikan tinggi atau menengah menerapkan pola asuh demokratis, dan tidak
semua ibu yang berpendidikan dasar menerapkan pola asuh permisif. Salah satu faktor yang mempengaruhi ibu menerapkan pola asuh permisif adalah kesibukan ibu
dalam pekerjaan. Menurut Tjandrasa 2005 sumber sikap orang tua dalam pola asuh juga
dipengaruhi oleh pengalaman orang tua di masa kecilnya dan pengaruh nilai-nilai budaya yang ada disekitarnya. Berdasarkan dari teori pendukung dan hasil penelitian
maka peneliti berpendapat bahwa semakin baik tingkat pendidikan yang dimiliki ibu maka gaya pengasuhan yang cenderung diterapkan adalah pola asuh demokratis.
Dengan penerapan pola asuh demokratis yang menurut teori adalah pola asuh yang paling efektif diharapkan dapat menunjang tumbuh kembang balita secara optimal.
Namun adakalanya ibutidak dapat menerapkan pola asuh ini sepenuhnya dengan berbagai alasan seperti yang telah dijelaskan.