c Nama-nama bank peserta kredit sindikasi.
d Inti dari perjanjian ini : bila hutang bank belum di bayar lunas oleh
debitur, maka pemegang saham tidak dapat menerima pembayaran lebih dulu dari debitur. Bila pemegang saham menerima pembayaran
dari debitur, maka pembayaran tersebut harus di berikan kepada bank. Artinya kreditur mensubordinasikan hutang-hutang yang ada
kepada bank. e
Domisili hukum di pengadilan mana yang di pilih. 11.
Akte cost over run. Yang tercantum dalam akte ini antara lain : a
Pihak-pihak pemegang saham. b
Pihak bank-bank peserta kredit sindikasi. c
Tentang pelepasan untuk eksepsiprotes bilamana bank meminta pembayaran bila terjadi cost over run.
d Tentang tempat dan cara pembayaran.
e Tentang kuasa kepada bank-bankagen fasilitas untuk menuntut dan
melaksanakan segala kewajiban dari pemegang saham. f
Tentang tanggung jawab renteng dari pemegang saham tentang kewajiban cross over run.
g Tentang domisili hukum di pengandilan negeri mana yang di pilih.
C. Penyelesaian Sengketa Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi
Cara penyelesaian sengketa dalam kredit sindikasi biasanya telah di tentukan di dalam perjanjian kredit sindikasinya, begitu juga dengan pemilihan domisili
Universitas Sumatera Utara
hukum dan pemilihan pengadilan negeri mana yang nantinya akan menyelesaikan sengketa dalam kredit sindikasi. Bahwa kredit sindikasi itu dapat di bentuk dengan
para pesertanya hanya terdiri dari lembaga-lembaga pemberi kredit dalam negeri saja, atau dengan para pesertanya yang terdiri dari lembaga-lembaga pemberi kredit
internasional yang berasal dari berbagai negara. Apabila kredit sindikasi tersebut merupakan sindikasi kredit internasional maka muncullah masalah mengenai hukum
siapa atau hukum negara mana yang akan di berlakukan bila terjadi sengketa di antara para pihak yang terkait dalam perjanjian kredit sindikasi. Apakah hukum yang akan
di berlakukan itu adalah hukum dari agent bank, ataukah hukum dari pihak penerima kredit, ataukah hukum dari salah satu pemberi pinjaman lenders, ataukah hukum
dari tempat di tanda-tanganinya perjanjian kredit sindikasi atau hukum di salah satu negara yang tidak ada sama sekali kaitannya dengan kredit sindikasi tersebut ? Hal ini
dapat di tentukan sendiri oleh para pihak yang membuat perjanjian kredit sindikasi dengan cara mencantumkan klausul khusus di dalam perjanjian kredit sindikasi yang
menentukan mengenai sistem hukum yang di pilih oleh para pihak dalam hal menyelesaikan hal-hal yang menyangkut pelaksanaan perjanjian kredit sindikasi.
Sedangkan bagi sindikasi kredit dalam negeri maka hukum yang berlaku adalah hukum negara setempat. Namun tidak menutup kemungkinan di perjanjikan atau di
tentukan bahwa hukum dari negara tertentu yang di berlakukan bagi penyelesaian sengketa yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian kredit sindikasi
tersebut adalah sistem hukum dari negara asing. Apabila di dalam perjanjian kredit sindikasi klausul pilihan hukum tidak di
cantumkan, maka apabila terjadi sengketa yang berkaitan dengan pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
perjanjian kredit sindikasi yang di maksud, maka terhadap sengketa itu ada kemungkinan dapat di terapkan sejumlah sistem hukum. Sistem-sistem hukum yang
di maksud termasuk hukum dari negara dimana perjanjian kredit itu secara resmi di tanda-tangani, hukum dari tempat kedudukan pihak yang meminjam, atau bahkan
hukum dari negara yang seringkali atau biasanya sengketa semacam itu di adili. Ada beberapa faktor yang harus di pertimbangkan dalam hal para pihak
memilih sistem hukum yang di berlakukan bagi suatu kredit sindikasi. Faktor-faktor tersebut antara lain :
38
1.
Kebebasan untuk memilih hukum yang akan di berlakukan.
2.
Kepastian dan harapan atas hasil yang di inginkan berdasarkan dokumen- doumen hukum yang di maksud.
3.
Kecanggihan dari sistem hukum yang di pilih.
4.
Bahasa.
5.
Forum litigasi.
6.
Pengenalan dan pemahaman atas sistem hukum yang di pilih. Setelah di uraikan mengenai kemungkinan sistem hukum yang di pilih oleh
para pihak dalam perjanjian kredit sindikasi, maka hal yang perlu di persatukan adalah mekanisme yang di tempuh para pihak dalam mencari penyelesaian dari
sengketa yang timbul antara kreditur dan debitur dalam perjanjian krdit sindikasi. Adapun mekanisme yang di tempuh para pihak dalam menyelesaikan perselisihan
yang timbul dalam perjanjian kredit sindikasi yaitu :
38
Sutan Remi Syahdeni, Op. Cit, Hal.111-117.
Universitas Sumatera Utara
1.
Penyelesaian secara perdamaian. Dalam hal ini para pihak yaitu pihak kreditur dan debitur mengadakan
perundingan secara damai untuk mencari jalan keluar dari perselisihan yang terjadi. Tetapi pada umumnya penyelesaian secara perdamaian ini adalah menyangkut
permasalahan yang ringan, bukan permasalahan yang besar yang melawan hukum yang dapat menimbulkan kerugian besar kepada salah satu pihak.
2.
Penjadwalan kembali pemenuhan kewajiban. Hal ini di tempuh dalam hal debitur tidak mampu memenuhi kewajiban
pembayaran angsuran maupun bunga yang di sebabkan oleh suatu keadaan yang di luar kemampuan si debitur. Dalam hal ini si debitur harus berterus terang dengan
keadaan yang terjadi kepadanya dan segera memberitahukannya kepada pihak kreditur, agar dapat di carikan solusi yang tepat bagi kedua pihak. Dan biasanya oleh
pihak kreditur atau pihak bank akan melakukan penjadwalan ulang mengenai pemenuhan kewajiban.
3.
Penyelesaian lewat pengadilan. Jalur pengadilan biasanya merupakan jalan terakhir yang di pilih oleh para
pihak untuk menyelesaikan perselisihan di antara para pihak apabila kedua cara di atas sudah tidak mampu menyelesaikan perselisihan tersebut. Penyelesaian melalui
pengadilan di tempuh apabila telah terdapat indikasi bahwa salah satu pihak benar- benar telah melakukan perbuatan hukum atau ingkar janji wanprestasi, sehingga
tidak melakukan kewajiban-kewajibannya sebagaimana yang telah di perjanjikan dalam perjanjian kredit sindikasi yang telah mereka buat. Namun selain di selesaikan
melalui jalur pengadilan, penyelesaian sengketa antara debitur dan kreditur dalam
Universitas Sumatera Utara
perjanjian kredit sindikasi dapat juga di selesaikan melalui Badan Arbitrase dengan catatan harus di setujui oleh para peserta sindikasi.
Yang di maksud dengan arbitrase ialah : pemutusan suatu sengketa oleh seorang atau beberapa orang yang di tunjuk oleh para pihak yang bersengketa sendiri
di luar hakim atau pengadilan. Orang yang di tunjuk untuk memutus sengketa ini di namakan dengan arbiter.
39
39
Prof. R. Subekti, SH, Aneka Hukum Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989, hal. 181.
Putusan arbitrase ini oleh Undang-Undang di berikan kekuatan yang sama dengan suatu putusan pengadilan. Di Indonesia atas prakarsa
Kamar Dagang dan Industri Indonesia maka pada tanggal 3 Desember 1977 telah di dirikan Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN