9. Daluwarsa atau Lewatnya Waktu
Lewatnya waktu atau di sebut kadaluwarsa merupakan salah satu syarat untuk mengakhiri atau menghapus perjanjian atau untuk memperoleh sesuatu. Di dalam
Pasal 1946 KUHPerdata menjelakan bahwa lewat waktu atau kadaluwarsa adalah suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau di bebaskan dari suatu perikatan dengan
lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang di tentukan oleh Undang- Undang.
Daluwarsa dapat di bedakan menjadi dua yaitu daluwarsa atau lewat waktu untuk memperoleh hak milik suatu barang di namakan daluwarsa acquisitive.
Sedangkan daluwarsa untuk di bebaskan dari suatu kewajiban perjanjian di sebut dengan daluwarsa extinctive. Ketentuan batas waktu daluwarsa selama tiga puluh
tahun lebih di atur dalam Pasal 1967 KUHPerdata yang menegaskan bahwa segala tuntutan hukum baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat perseorangan
hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu 30tiga puluh tahun itu tidak ada usaha mempertunjukkan suatu atas hak lagi, pula tidak di ajukan terhadapnya suatu
tangkisan yang di dasarkan kepada itikadnya yang buruk.
D. Perjanjian Kredit Bank
Kata kredit barasal dari bahasa Romawi yaitu dari kata “credere” yang artinya adalah percaya. Dalam bahasa Belanda di sebut dengan vertrouwen,
sedangkan dalam bahasa Inggris di sebut dengan believe atau trust atau confidence yang artinya juga sama yaitu percaya. Kepercayaan adalah unsur yang sangat penting
dan utama dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena seseorang akan di hargai
Universitas Sumatera Utara
apabila ia dapat di percaya. Dan rasa kepercayaan dari orang lain itu tidak dengan mudah di dapatkan, kita harus menunjukkan tingkah laku yang baik terhadap orang,
berkata dengan jujur dan selalu menepati janji yang telah kita ucapkan. Jadi kepercayaan itu sangat penting dalam kehidupan. Dan seseorang tidak akan dengan
mudah di terima dalam pergaulan masyarakat apabila ia tidak dapat di percaya. Dalam pergaulan hidup manusia terutama dalam hubungan dagang atau
transaksi perdagangan, kepercayaan adalah syarat utama. Artinya masing-masing pihak akan memenuhi kewajiban sesuai dengan kesepakatan yang telah di buat di
antara mereka tanpa bermaksud untuk mengingkari apa yang telah di perjanjikan atau di sepakati sebelumnya. Sama halnya dalam kredit, suatu kredit hanya akan di
berikan oleh kreditur bank atau lembaga keuangan non bank kepada orang yang dapat di percaya saja. Orang tersebut akan mampu dan mau untuk mengembalikan
pinjamannya tepat waktu dan menggunakan pinjaman tersebut sesuai dengan tujuan. Orang yang tidak mampu mengembalikan pinjamannya tepat waktu dan tanpa alasan
yang dapat di terima atau menyalahgunakan pinjamannya di luar tujuan sebelumnya maka orang tersebut tidak dapat di percaya lagi untuk memperoleh pinjaman di
kemudian hari. Namun sangat sulit untuk mengetahui apakah orang yang mengajukan permohonan kredit atau pinjaman adalah orang yang dapat di percaya atau tidak.
Untuk menentukannya maka di perlukan analisis kredit yang dilakukan oleh bank yang di dasarkan dari hasil penilaian berdasarkan konsep 5C yaitu :
18
18
Abdul Kadir Muhammad, SH Rilda Muniarti, SH. M. Hum, Segi Hukum Lembaga Keuangan Dan Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, Hal. 61.
Universitas Sumatera Utara
1.
Character watak Yang di maksud di sini adalah watak. Watak seseorang dapat mencerminkan
adanya itikad baik dan kejujuran dari nasabah calon debitur. Penilaian karakter ini meliputi moral, sifat, perilaku, tanggung jawab, dan tidak tertutup kemungkinan
kehidupan pribadi dari nasabah calon debitur. Seorang debitur yang mempunyai karakter atau watak baik selalu akan memikirkan mengenai pembayaran kembali
hutangnya tepat waktu.
2.
Capacity kemampuan Artinya adalah kemampuan. Hal ini dapat di lihat dari kemampuan usaha dan
kemampuan mengelola usaha yang di biayai melalui kredit.
3.
Capital modal Seseorang atau badan usaha yang akan menjalankan usaha atau bisnis sangat
memerlukan modal untuk memperlancar kegiatan bisnisnya. Semakin besar jumlah modal yang di miliki oleh calon debitur dan di tanamkan dalam usaha yang di biayai
oleh kredit maka semakin besar keseriusan calon debitur untuk menjalankan usahanya.
4.
Collateral jaminan Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat di ikat sebagai jaminan guna
menjamin kepastian pelunasan hutang apabila di kemudian hari debitur tidak melunasi hutangnya dengan jalan menjual jaminan dan mengambil pelunasan dari
harta kekayaan yang menjadi jaminan itu. Jaminan ini meliputi jaminan yang bersifat materil yang berupa barang atau benda baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, seperti tanah, bangunan, mobil, dan lain-lain. Dan jaminan yang bersifat immateril yaitu jaminan yang secara fisik tidak dapat di kuasai langsung oleh bank,
misalnya garansi bank.
Fungsi jaminan ini adalah untuk memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari barang-barang jaminan tersebut apabila debitur
dapat melunasi hutangnya pada waktu yang telah di tentukan dalam perjanjian. Penilaian terhadap jaminan dapat mengetahui besar kecilnya resiko kegagalan
pengembalian kredit.
5.
Condition keadaan atau kondisi Bermacam-macam kondisi di luar pengetahuan bank dan di luar pengetahuan
pemohon kredit. Kondisi ekonomi yang dapat mempengaruhi kemampuan pemohon kredit untuk mengembalikan hutangnya sering kali sulit untuk dapat di prediksi.
Kondisi ekonomi negara yang buruk sudah pasti mempengaruhi usaha pemohon kredit yang akibatnya berdampak pada kemapuan pemohon kredit untuk melunasi
hutangnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Molengraaf dalam buku “kredoet” Tjeenk Willink Zwolle h 5 1878 yang dikutp oleh Prof. Dr. Mariam Darus Badrullzaman, SH dalam buku Aneka
Hukum Bisnis Hal.138 kredit adalah meminjamkan benda pada peminjam dengan kepercayaan, bahwa benda itu akan di kembalikan di kemudian hari kepada pihak
yang meminjamkan. Defenisi tersebut di kembangkan bahwa jenis kredit mencakup : a
Kredit berupa uang yang kemudian hari di kembalikan dalam bentuk uang.
b Kredit berupa uang yang kemudian hari di kembalikan dalam bentuk
barang. c
Kredit dalam bentuk barang yang di kemudian hari di kembalikan dalam bentuk uang.
d Kredit dalam bentuk barang yang kemudian di kembalikan dalam bentuk
barang. Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 Pasal 1 poin 11 tentang Perbankan
memberikan rumusan mengenai pengertian kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dari pengertian kredit tersebut maka dapat di simpulkan bahwa elemen- elemen kredit adalah :
a Kredit mempunyai arti khusus yaitu meminjamkan uang.
b Penyedia atau pemberi pinjaman uang khusus terjadi di dunia perbankan.
Universitas Sumatera Utara
c Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam sebagai acuan dari perjanjian
kredit. d
Dalam jangka waktu tertentu. e
Adanya prestasi dari pihak peminjam untuk mengembalikan utang di sertai dengan bunga.
Perjanjian pinjam-meminjam sebagai acuan dari perjanjian kredit di atur dalam Pasal 1754 KUHPerdata yang berbunyi : perjanjian pinjam-meminjam ialah
perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian dengan syarat bahwa
pihak yang belakangan ini mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.
Perjanjian pinjam-meminjam menurut KUHPerdata tersebut mengandung pengertian yang luas yaitu meliputi perjanjian pinjam-meminjam benda atau barang
yang habis jika di pakai dan pinjam uang. Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam uang maka peminjam sebagai pemilik uang yang di kemudian hari peminjam harus
mengembalikan dengan jenis yang sama uang di sertai bunga atau imbalan kepada pihak yang meminjamkan.
Beberapa sarjana hukum berpendapat bahwa perjanjian kredit di kuasai oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata Bab XIII buku III karena perjanjian kredit mirip
dengan perjanjian pinjam uang yang terdapat dalam Pasal 1754 KUHPerdata. Namun ada juga sarjana lain yang berpendapat bahwa perjanjian kredit tidak di kuasai
KUHPerdata tapi perjanjian kredit memiliki identitas dan karakteristik tersendiri. Menurtu Sutarno, SH, MM bahwa perjanjian kredit sebagian di kuasai atau mirip
Universitas Sumatera Utara
perjanjian pinjam uang seperti di atur dalam KUHPerdata, sebagian lainnya tunduk pada peraturan lain yaitu Undang-Undang Perbankan. Jadi perjanjian kredit dapat di
katakan memiliki identitas sendiri tetapi dengan memahami rumusan pengertian kredit yang di berikan oleh Undang-Undang Perbankan maka dapat di simpulkan
dasar perjanjian kredit sebagian masih bisa mengacu pada ketentuan KUHPerdata bab XIII.
19
Meskipun perjanjian kredit tidak di atur secara khusus dalam KUHPerdata tetapi dalam membuat perjanjian kredit tidak boleh bertentangan dengan asas atau
aturan-aturan yang terdapat dalam hukum perdata. Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
pemberian kredit. Tanpa perjanjian kredit yang di tanda-tangani bank dan debitur maka tidak ada pemberian kredit itu. Perjanjian kredit merupakan ikatan antara bank
dengan debitur yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak sehubungan dengan pemberian atau pinjaman kredit. perjanjian kredit
biasanya di kuti dengan perjanjian jaminan , maka perjanjian kredit merupakan pokok atau prinsip sedangkan perjanjian jaminan adalah perjanjian ikutan yang artinya ada
dan berakhirnya perjanjian jaminan tergantung dari perjanjian pokok. Perjanjian kredit di mulai sejak saat di tanda-tangani oleh kedua belah pihak yaitu kreditur dan
debitur. Namun walaupun telah di tanda-tangani oleh kedua pihak tetapi jika debitur belum menarik uangnya maka perjanjian kredit di anggap belum terjadi atau belum
ada.
19
Sutarno, SH, MM,Op. Cit, Hal. 96.
Universitas Sumatera Utara
E. Bentuk Perjanjian Kredit Bank