Kejahatan Mayantara Dalam Undang – Undang No 36 tahun 1999

B. Kejahatan Mayantara Cyber Crime Diluar Kitab Undang – Undang

Hukum Pidana Pengaturan kejahatan mayantara diluar kitab undang-undang hukum pidana KUHP diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan tersendiri menurut bidang khusus yang diaturnya. Disini penulis akan membahas beberapa peraturan perundang-undangan yang didalamnya memuat pengaturan mengenai kejahatan cyber crime diantaranaya adalah Undang-Undang No 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, Undang-Undang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronika.

1. Kejahatan Mayantara Dalam Undang – Undang No 36 tahun 1999

Tentang Telekomunikasi Internet merupakan salah satu bentuk media komunikasi elektronik yang terdiri dari komputer dan dilengkapi dengan perlengkapan tertentu sehingga memungkinkan untuk melakukan komunikasi dengan berbagai pihak di dunia maya atau “cyber space”. Penyalahgunaan internet yang mengganggu ketertiban umum atau pribadi dapat dikenakan sanksi dengan menggunakan undang-undang ini. Hukum telekomunikasi adalah primer khusus atau lex specialist yang mengkaji dan mengatur hal-hal yang berkenaan dengan telekomunikasi. 62 Menurut definisi yang termuat dalam undang-undang telekomunikasi ini, yang dimaksud dengan telekomunikasi Pasal 1angka 1 ialah setiap 62 Jhudariksawan, Pengantara Hukum Telekomunikasi, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 14. Universitas Sumatera Utara pemancaran, pengiriman, danatau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem elektromagnetik. Perangkat telekomunikasi ialah setiap alat-alat perlengkapan yang digunakan dalam bertelekomunikasi. Dan yang dimaksud dengan jaringan telekomunikasi ialah rangkaian perangkat telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam bertelekomunikasi. Jika dikaitkan dengan kejahatan- kejahatan di internet yang marak terjadi seperti hacking craking, carding atau bentuk-bentuk kejahatan lain yang berhubungan dengan cybercrime, maka undang-undang ini masih terlalu samar dan tidak tegas menyebutnya. pengaturan hukum yang terkait dengan tindak pidana teknologi informasi dalam Undang- Undang Telekomunikasi adalah sebagai berikut: a. Memanipulasi akses kejaringan telekomunikasi pasal 50 jo. Pasal 22; b. Menimbulkan gangguan fisik dan elektromagnetik terhadap penyelenggaraan telekomunikasi pasal 55 jo. Pasal 38; c. Menyadap informasi melalui jaringan telekomunikasi pasal 56 jo. Pasal 40. 63 Pasal diatas dapat diuraikan sebagai berikut: Pasal 21: Penyelenggara telekomunikasi dilarang melakukan kegiatan usaha penyelenggaraan telekomunikasi yang bertentangan dengan kepentingan umum, kesusilaan, keamanan, atau ketertiban umum. 64 63 Ibid, hal. 128-129. 64 Undang –Undang No 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi Universitas Sumatera Utara Pasal 21 Undang-Undang Telekomunikasi tersebut tidak mengatur terhadap kejahatan dan tidak diatur dalam ketentuan pidana Bab VII Ketentuan Pidana Pasal 47 sampai dengan Pasal 57. Ketentuan terhadap Pasal 21 berarti hanya merupakan pelanggaran yang berdasarkan ketentuan Bab VI Pasal 46 sanksinya berupa pencabutan izin. Akibat ringannya sanksi hukum tersebut pornografi dan tindakan pengasutan melalui media telekomunikasi sering terjadi dan dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi. Pasal 50 juncto Pasal 22: Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan atau denda paling banyak Rp.600.000.000,-enam ratus juta rupiah. 65 Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 enam ratus juta rupiah. Pasal 50 mengkriminalisasi terhadap perbuatan tanpa hak, tidak sah atau memanipulasi akses ke jaringan telekomunikasi khusus Pasal 22 huruf a,b dan c UU Telekomunikasi. Penerapan pasal tersebut terhadap perbuatan hacking masih sangat luas dan tidak ditegaskan secara khusus terhadap perbuatan memanipulasi dalam dunia maya. Pasal 55 juncto Pasal 38: 66 65 Ibid. 66 Edmon Makarim, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Telematika, Jakarta; PT Raja Grafindo, 2005, hal. 36-44. Universitas Sumatera Utara Pasal 55 mengkriminalisasi perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan fisik elektromagnetik terhadap penyelenggara telekomunikasi Pasal 38 UU Telekomunikasi. Pasal 55 juncto Pasal 38 berkaitan dengan kerahasiaan, integritas dan keberadaan data dan sistem telekomunikasi, namun pasal ini tidak secara tegas menyebutkan untuk kegiatan di dunia maya internet. Pasal 56 juncto Pasal 40: Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun. Pasal 56 melarang setiap orang melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun Pasal 40 UU Telekomunikasi. Penjelasan Pasal 40 menyatakan Yang dimaksud dengan penyadapan dalam pasal ini adalah kegiatan memasang alat atau perangkat tambahan pada jaringan telekomunikasi untuk tujuan mendapatkan informasi dengan cara tidak sah. Hal ini tidak relevan dengan tindak pidana cyber crime yang dapat melakukan intersepsi atau penyadapan Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer danatau Sistem Elektronik Illegal interception melalui internet tanpa harus memasang alat tambahan.

2. Kejahatan Mayantara Dalam Undang-Undang No 19 Tahun 2002