dan rasa kesusilaan masyarakat untuk menghindari penyebaran informasi yang akan mengakibatkan permusuhan.
Pasal 27 ayat 3 ini dipermasalahkan juga oleh Dewan Pers bahkan akan mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi. Pasal 27 ayat 3 UU ITE
sangat terkait dengan Pasal 310 dan 311 KUHP, Bersihar Lubis dan Risang Bima Wijaya telah mengajukan judicial review terhadap kedua pasal KUHP tersebut ke
Mahkamah Konstitusi dengan nomor perkara No.14PUU-VI2008, permohonan yang diajukan oleh ke dua orang wartawan senior tersebut ditolak oleh MK.
Harjono sebagai ketua hakim majelis Konstitusi dalam kesimpulan sidang MK tersebut menyebutkan; ”Nama baik”, martabat, atau kehormatan seseorang adalah
salah satu kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum pidana karena merupakan bagian dari hak konstitusional warga negara yang dijamin UUD 1945.
Karenanya apabila hukum pidana memberikan ancaman sanksi pidana tertentu terhadap perbuatan yang menyerang nama baik, martabat, atau kehormatan
seseorang, hal itu tidaklah bertentangan dengan UUD 1945”.
104
3. Subjek Hukum Kejahatan Mayantara
Pada awalnya dalam hukum pidana, yang dianggap sebagai subjek tindak pidana hanyalah manusia sebagai natuurlijke-persoonen, sedangkan badan hukum
atau rechts-persoonen tidak dianggap sebagai subjek.
105
104
www.hukumonline.com , ”Sanksi Penjara masih Relevan untuk Pencemaran Nama Baik”, diakses pada tanggal 19 september 2010.20.00 Wib.
105
S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Pen erapannya, Jakarta; Alumni Ahaem – Petehaem,1989, hal. 219.
105
Teguh Prasetya dan Abdul Hakim Barkatullah, Politik Hukum Pidana Kajian Kriminalisasi dan Dekriminalisasi, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005,hal.46
Meskipun demikian, pada
Universitas Sumatera Utara
perkembangannya terjadi perluasan terhadap subjek tindak pidana. Dalam sistem hukum perdata belanda yang sampai saat ini masih dianut oleh sistem hukum di
Indonesia, subjek hukum dikenal menjadi 2 dua yaitu pertama, manusia person dan kedua, badan hukum rechtpersoon, dari pembagian subjek hukum diatas,
apabila korporasi ini merupakan suatu subjek hukum yang dapat melakukan hubungan hukum, maka korporasi termasuk dalam kualifikasi badan hukum
rechtpersoon.
106
Pertanggungjawaban pidana terhadap korporasi mengenai ketentuan terhadap kapan korporasi dikatakan telah melakukan tindak pidana dan siapa yang
Perumusan tindak pidana dalam UU ITE selalu diawali dengan kata-kata ”setiap orang” yang menunjukkan kepada pengertian orang. Namun dalam Pasal 1
sub 21 UU ITE ditegaskan, bahwa yang dimaksud dengan ”orang” adalah orang, perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara asing, maupun badan
hukum. Penegasan dalam pertanggungjawaban pidana terhadap badan hukum juga terdapat dalam penjelasan Pasal 2 UU ITE yang menyatakan badan hukum
Indonesia maupun badan hukum asing yang memiliki akibat hukum di Indonesia merupakan subjek tindak pidana U ITE. Demikian pula dalam Bab XI tentang
ketentuan pidana, dalam Pasal 52 ayat 4 yang mengatur tentang pertanggungjawaban korporasi. Dengan demikian subjek tindak pidana yang
dapat dipidana menurut UU ITE dapat berupa orang perorangan maupun korporasi.
106
Edi Yunara, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Berikut Studi Kasus, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005 hal. 9
Universitas Sumatera Utara
dapat dipertanggungjawabkan tidak diatur secara jelas dan khusus dalam Undang- undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, tetapi
Penjelasan Pasal 52 ayat 4 memberikan persyaratan terhadap subjek pertanggungjawaban korporasi untuk dikenakan sanksi pidana adalah yang
dilakukan oleh korporasi corporate crime dan atau oleh pengurus dan atau staf korporasi.
Dapat dikenakannya sanksi pidanatindakan kepada pengurus korporasi dalam perkara tindak pidana teknologi informasi cukup beralasan dan sesuai
dengan rekomendasi Uni Eropa Council of Europe mengenai Convention on Cybercrime , dalam Title 5. Ancillary liability and sanctions , Article 12 –
Corporate liability antara lain: 1.
Dalam rekomendasi Uni Eropa yang kemudian dimasukkan dalam European Treaty Series dengan Nomor 185 ditegaskan agar ada tindakan terhadap
pengurus perusahaan baik sebagai individu maupun perusahaan itu sendiri yang terlibat dalam cybercrime that legal persons can be held liable for a
criminal offence established in accordance with this Convention, committed for their benefit by any natural person, acting either individually or as part of
an organ of the legal person; 2.
Kapasitas pengurus yang dapat dikenakan sanksi pidana dalam Convention on Cybercrime , berdasarkan:
a. Power of representation of the legal person mewakili korporasi;
b. Authority to take decisions on behalf of the legal person mengambil
keputusan dalam korporasi;
Universitas Sumatera Utara
c. Authority to exercise control within the legal person melakukan
pengawasan dan pengendalian dalam korporasi.
4. Kualifikasi Tindak Pidana