perkembangan tindak pidana yang berkembang bersamaan dengan perkembangan masyarakat secara global. Salah satunya adalah penggunaan
sarana-sarana canggih sebagai media dalam melakukan tindak pidana.
Dalam skripsi ini penulis mencoba mengarahkan pembahasan mengenai penanggulangan cyber crime dengan memakai sarana hukum pidana. Sejauh ini
sepengetahuan penulis di Universitas Sumatera Utara penulisan tentang tindak pidan cyber crime sudah pernah dilakukan sebelumnya namun demikian objek
permasalahan dan pembahasan didalam skripsi tersebut berbeda dengan skripsi ini.
Penanggulangan Tindak Pidana Cyber Crime Dalam Perspektif Hukum Pidana. Skripsi ini telah melalui proses mekanisme pengajuan skripsi yang ada di
lingkungan fakultas hukum universitas sumatera utara. Berdasarkan pemeriksaan oleh departemen hukum pidana dan
perpustakaan fakultas hukum skripsi ini belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian dilihat dari objek permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan ini, maka dapat penulis katakan skripsi ini merupakan hasil karya dari penulis berdasarkan referensi dari buku- buku, internet, pemikiran penulis dan
sumber-sumber lain.
E. Tinjauan kepustakaan
Setiap penulisan karya ilmiah tentulah memerlukan suatu studi kepustakaan atau sering disebut dengan istilah tinjauan kepustakaan. Pada tahapan
Universitas Sumatera Utara
ini peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitian sehingga penelitian yang dilakukan bukanlah aktifitas yang bersifat “trial and error”.
1. Pengertian Kejahatan
Dalam Kitab Undang – Undang Pidana KUHP tidak ada satu pasal pun yang mengatur mengenai pengertian kejahatan secara khusus dan tindak pidana
secara umum atau yang sering di rumuskan sebagai “strafbaar feit”, walaupun Kitab Undang – Undang Hukum Pidana tidak memberikan rumusan dan batasan
pengertian kejahatan secara jelas, namun pengertian kejahatan dapat dilihat dalam rumusan-rumusan pasal didalamnya, misalnya :
Pasal 338 KUHP : “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena makar mati, dengan hukuman penjara
selama-lamanya lima belas tahun”. Beberapa sarjana hukum pidana berusaha memberikan rumusan dan batasan dari
kejahatan, rumusan para sarjana ini saling berbeda satu dan yang lain namun dari rumusan dan batasan yang mereka berikan akan dapat ditarik suatu kesimpulan,
rumusan tersebut antara lain: a.
W.A Bonger, mengemukakan bahwa kejahatan merupakan perbuatan anti sosial yang secara sadar mendapat reaksidari negara berupapemberian derita
dan kemudian sebagai reaksi terhadap rumusan-rumusan hukum legal definitions mengenai kejahatan mengenai kejahatan.
5
b. Sue Titus Reid, bagi suatu perumusan hukum tentang kejahatan, maka hal-
hal yang perlu diperhatikan antara lain, adalah :
5
Soerjono Soekanto, Hangkre Liklikuwata dan Mulyana W. Kusumah, Kriminologi Suatu Pengantar, Jakarta; Ghalia Indonesia, 1986, hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
1 Kejahatan adalah suatu tindakan sengaja omisi. Dalam pengertian ini
seseorang tidak dapat dihukum hanya karena pemikirannya, melainkan harus ada suatu tindakan atau kealpaan dalam bertindak. Kegagalan
untuk bertindak tidak berbuat sesuatu dapat juga sebagai suatu kejahatan. Jika ada suatu kewajiban hukum bertindak dalam kasus
tertentu. disamping itu juga harus ada niat jahat criminal intent atau mens rea,
2 Merupakan pelanggaran hukum pidana
3 Yang dilakukan tanpa adanya suatu pembelaan atau pembenaran secara
hukum, pada perbuatan tidak terdapat unsur pembenar atau pengecualian yang mengakibatkan tidak dihukumnya.
4 Yang diberikan sanksi oleh negara sebagai suatu kejahatan atau
pelanggaran.
6
c. Sutherland, menekankan bahwa ciri pokok dari kejahatan adalah perilaku
yang dilarang oleh negara oleh karena merupakan perbuatan yang merugikan negara dan terhadap perbuatan itu negara bereaksi, dengan
hukum sebagai suatu upaya pamungkas.
7
d. R. soesilo, mengatakan secara yuridis pengertian kejahatan adalah suatu
perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Untuk dapat melihat apakah perbuatan itu bertentangan dengan undang-
undang, maka undang-undang itu harus diciptakan terlebih dahulu sebelum adanya peristiwa pidana. Hal ini selain untuk mencegah adanya tindakan
6
Ibid, hal. 21-22
7
Ibid
Universitas Sumatera Utara
yang sewenang-wenang dari pihak penguasa juga agar dapat memberikan kepastian hukum.
8
e. Ridwan dan Edywarman, bahwa kejahatan terutama merupakan pengertian
huku m, yaitu: perbuatan manusia yang dapat dipidana oleh hukum pidana. Tetepi kejahatan bukan semata-mata merupakan batasan undang-undang,
artinya: ada perbuatan–perbuatan tertentu yang oleh masyarakat dipandang sebagai “jahat” tetapi undang-undang tidak menyatakan sebagai kejahatan
tidak dinyatakan sebagai tindak pidana, begitu juga sebaliknya. Dalam hukum pidana orang sering kali membedakan antara “delik hukum” rechts
delicten atau mala per se khususnya tindak pidana yang disebut “kejahatan” Buku II KUHP dan “delik undang-undang” wets delicten atau
mala prohibits yang merupakan “pelanggaran” Buku III KUHP.
9
Selanjutnya Edywarman dalam monograf kriminologinya membagi pengertian kejahatan dalam tiga pengertian yaitu sebagai berikut:
10
1 Secara Praktis Praktical Interpretation :
Adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang melanggar ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan dan terhadap
pelakunya dan dikenakan sanksi pidana. 2
Secara Religious Religious Interpretetion: Adalah suatu pengertian mengidentikkan jahat dengan dosa. Jahat dan
dosa dalam arti religius itu sinonim, berbuat jahat adalah dosa
8
M. Ridwan dan Ediwarman, Azas-azas kriminologi, Medan; USU Press, 1994, hal. 45.
9
Ibid, Hal. 74
10
Edywarman dan Kawan-Kawan, Monograf Kriminologi, Medan; Fakultas Hukum USU, 2010, hal. 8-9.
Universitas Sumatera Utara
3 Secara Yuridis Juridical Interpretetion:
Adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum atau dilarang oleh undang-undang.
2. Pengertian Penanggulangan.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian penanggulangan sinonim dengan penanganan yang memiliki pengertian: proses, cara, perbuatan
menangani. Dalam skripsi ini yang dimaksudkan oleh penulis dengan Penanggulangan cyber crime dalam perspektif hukum pidana adalah bagaimana
cara, proses, perbuatan menangani kejahatan mayantara cyber crime dengan hukum pidana.
3. Pengertian Hukum Pidana.
Untuk menjelaskan suatu pengertian lembaga, langkah yang terbaik adalah dengan mencoba membuat suatu rumusan mengenai arti lembaga tersebut.
Demikian dengan lembaga hukum pidana, untuk menjelaskan arti sebenarnya dari hukum pidana tersebut berbagai penulis telah mencoba untuk membuat rumusan
hokum pidana tersebut. Kata-kata hukum pidana merupakan kata-kata yang mempunyai lebih dari
pada suatu pengertian. Maka dapat dimengerti bahwa tidak ada satupun rumusan diantara rumusan–rumusan yang ada, yang dapat dianggap sebagai rumusan yang
sempurna yang dapat diberlakukan secara umum.
11
Banyak pengertian dari hukum pidana yang diberikan oleh para ahli hukum pidana diantaranya adalah sebagai berikut:
11
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung; Citra Aditya Bakti, 1997, Hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
a. W.L.G Lemaire
Huku m pidana itu terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan- keharusan dan larangan-larangan yang oleh pembentuk undang-undang telah
dikaitkan dengan suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus.
Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem norma-norma yang menentukan terhadap tindakan-
tindakan yang mana hal melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu dan dalam keadaan-keadaan
bagaimana hukuman itu dapat dijatuhkan, serta hukuman bagaimana dapat dijatuhkan bagi tidakan-tindakan tersebut.
12
b. W.F.C. Van Hattum
Hukum pidana itu adalah suatu keseluruhan dari asas-asas dan peraturan- peraturan yang diikuti oleh negara atau suatu masyarakat hukum umum lainnya,
dimana mereka itu sebagai pemelihara dari ketertiban umum telah melarang dilakukannya tindakan-tindakan yang bersifat melanggar hukum dan telah
mengaitkan pelanggaran terhadap peraturan-peraturannya dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa hukuman.
13
c. Simons
Menurut Simons hukum pidana itu dapat dibagi menjadi hukum pidana dalam arti objektif atau strafrecht in objectieve zin dan hukum pidana dalam arti subjektif
atau strafrecht in subjectieve zin.
12
Ibid, Hal. 1-2.
13
Ibid, Hal. 2-3.
Universitas Sumatera Utara
Hukum pidana dalam arti objektif adalah hukum pidana yang berlaku, atau yang juga disebut sebagai hukum positif atau ius poenale.
Simons merumuskan hukum pidana dalam arti objektif sebagai: 1
Keseluruhan larangan dan perintah yang oleh negara diancam dengan nestapa yaitu suatu pidana apabila tidak ditaati;
2 Keseluruhan peraturan yang menetapkan syarat-syarat untuk penjatuhan
pidana, dan; 3
Keseluruhan ketentuan yang memberikan dasar untuk penjatuhan dan penerapan pidana.
Hukum pidana dalam arti subjektif atau ius puniendi bisa diartikan secara luas dan sempit, yaitu sebagai berikut:
1 Dalam arti luas:
Hak dari negara atau alat-alat perlengkapan negara untuk mengenakan atau mengancam pidana terhadap perbuatan tertentu;
2 Dalam arti sempit:
Hak untuk menuntut perkara-perkara pidana, menjatuhkan dan melaksanakan pidana terhadap orang yang melakukan perbuatan yang
dilarang. Hak ini dilakukan oleh badan-badan peradilan. Jadi ius puniendi adalah hak mengenakan pidana.Hukum pidana dalam arti subjektif ius
puniendi yang merupakan peraturan yang mengatur hak negara dan alat perlengkapan negara untuk mengancam, menjatuhkan dan melaksanakan
hukuman terhadap seseorang yang melanggar larangan dan perintah yang telah diatur di dalam hukum pidana itu diperoleh negara dari peraturan-
Universitas Sumatera Utara
peraturan yang telah ditentukan oleh hukum pidana dalam arti objektif ius poenale. Dengan kata lain ius puniendi harus berdasarkan kepada
ius poenale, Sebagai suatu kesatuan sistem hukum pidana yang tidak dapat dipisahkan.
14
d. Moeljatno
Hukum pidana merupakan bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
1 Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang
dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut;
2 Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagai mana telah diancamkan;
3 Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan jika ada yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
15
e. Pompe
Hukum pidana itu sama halnya dengan hukum tata negara,hukum perdata dan lain-lain bagian dari hukum, biasanya diartikan sebagai suatu keseluruhan dari
peraturan-peraturan yang sedikit banyak bersifat umum yang diabstrahir dari keadaan-keadaan yang bersifat konkret.
16
f. Van Kan
14
Mohammad Ekaputra, Dasar-dasar Hukum Pidana, Medan;USU Press, 2010, hal. 1- 2.
15
Ibid, hal. 2-3.
16
P.A.F Lamintang, Op.cit., hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
Hukum pidana tidak mengadakan norma-norma baru dan tidak menimbulkan kewajiban-kewajiban yang dulunya belum ada. Hanya norma-
norma yang sudah ada saja yang dipertegas, yaitu dengan mengadakan ancaman pidana dan pemidanaan. Hukum pidana memberikan sanksi yang bengis dan
sangat memperkuat berlakunya norma-norma hukum yang telah ada. Tetapi tidak mengadakan norma-norma baru. Hukum pidan sesungguhnya adalah hukum
sanksi het straf-recht is wejenlink sactie-recht.
17
g. Adami Chazawi
Hukum pidana itu adalah bagian dari hukum publik yang memuatberisi ketentuan tentang:
1 Aturan umum hukum pidana dan yang dikaitkanberhubungan dengan
larangan melakukan perbuatan-perbuatan aktifpositif maupun pasifnegatif tertentu disertai dengan ancaman saksi berupa pidana
starf bagi yang melanggar larangan itu; 2
Syarat-syarat tertentu kapankah yang harus dipenuhiharus ada bagi sipelanggar untuk dapat dijatuhkan sanksi pidana yang diancam pada
larangan perbuatan yang dilanggarnya; 3
Tindakan dan upaya-upaya yang boleh atau harus dilakukan negara melalui alat-alat perlengkapannya misalnya Polisi, Jaksa, Hakim
terhadap yang disangka dan didakwa sebagai pelanggar hukum pidana dalam rangka usaha negara menentukan, menjatuhkan dan melaksanakan
sanksi-sanksi pidana terhadap dirinya serta tindakan dan upaya-upaya
17
Mohammad Ekaputra, Op.Cit., Hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
yang boleh dan harus dilakukan tersangkaterdakwa pelanggar hukum tersebut dalam usaha melindungi dan mempertahankan hak-haknya dari
tindakan negara dalam upaya negara menegakkan hukum pidana tersebut.
18
Menurut Mohammad Ekaputra,
19
a Larangan untuk melakuakan suatu perbuatan;
dalam bukunya dasar-dasar hukum pidana telah menyebutkan gambaran tentang hukum pidana, bahwa hukum pidana
setidaknya merupakan hukum yang mengatur tentang:
b Syarat-syarat agar seseorang dapat dikenakan sanksi pidana ;
c Sanksi pidana apa yang dapat dijatuhkan kepada seseorang yang
melakukan suatu perbuatan yang dilarang delik; d
Cara mempertahankanmemberlakukan hukum pidana. 4.
Pengertian Kejahatan Mayantara cyber crime. Istilah cyber crime saat ini merujuk pada suatu tindakan kejahatan yang
berhubungan dengan dunia maya cyber space dan tindakan kejahatan yang menggunakan komputer. Ada ahli yang menyamakan antara tindak kejahatan
cyber cyber crime dengan tindak kejahatan komputer, dan ada ahli yang membedakan diantara keduanya.
Beberapa penggunaan kata untuk merujuk pada cyber crime yang umum digunakan dalam berbagai literatur adalah kejahatan dunia maya, kejahatan
komputer, kejahatan mayantara, kejahatan dibidang teknologi informasi, dan masih banyak lagi
18
Ibid, hal. 3-4.
19
Ibid, hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
Didik M. Arief Mansur dan elisatris Gultom dalam bukunya “cyber law aspek hukum teknologi informasi” menyebutkan secara umum yang dimaksud
dengan kejahatan komputer atau kejahatan di dunia maya adalah :
20
Barda Nawawi Arief menunjuk pada kerangka sistematik Draf Convention on Cyber Crime dari dewan eropa Draf No. 25, Desember 2000.
Beliau menyamakan peristilahan antara keduanya dengan memberikan defenisi cyber crime sebagai “crime related to technologi,computer, and the internet” atau
secara sederhana berarti kejahatan yang berhubungan dengan teknologi, komputer dan internet.
“upaya memasuki dan atau menggunakan fasilitas komputer tanpa izin dan dengan
melawan hukum dengan atau tanpa menyebabkan perubahan dan atau kerusakan pada fasilitas komputer yang dimasuki atau digunakan tersebut”
21
Dalam beberapa literatur, cyber crime sering diidentikkan sebagai computer crime. The U.S. Department of Justice memberikan pengertian
Computer Crime sebagai: … any illegal act requiring knowledge of Computer technology for its perpetration, investigation, or prosecution.
22
Andi Hamzah dalam bukunya “Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer” 1989 mengartikan cybercrime sebagai kejahatan di bidang komputer
Pengertian lainnya diberikan oleh Organization of European Community Development, yaitu: any illegal, unethical or unauthorized behavior relating to
the automatic processing andor the transmission of data.
20
Didik M. Arief Mansyur, Elisatris Gultom, Cyber law Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung; Reflika Aditama, 2005, hal. 8.
21
Ibid
22
www.ubb.ac.idmenulengkap.php?...definisi20pengertian20dan20jenis-...akses tanggal 26 september 2010, 09.00 Wib.
Universitas Sumatera Utara
secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara ilegal. Sedangkan menurut Eoghan Casey “Cybercrime is used throughout this text to
refer to any crime that involves computer and networks, including crimes that do not rely heavily on computer“.
23
a. Unauthorized access dengan maksud untuk memfasilitasi kejahatan,
Menurut freddy haris, cyber crime merupakan suatu tindak pidana dengan karakteristik-karakteristik sebagaai berikut:
b. Unauthorized alteration or destruction of data,
c. Menggangumerusak operasi komputer,
d. Mencegahmenghambat akses pada komputer.
24
F. Metode Penelitian