Berikut hasil wawancara penulis dengan informan yang sama terkait kualitas Sumber Daya Manusia,sarana dan prasarana pendukung :
“Dalam kantor BPBD sendiri,kita rata rata di sini menyandang gelar sarjana,jadi tidak terlalu sulit untuk mengarahkan pekerjaan
.Karena sudah mampu cepat memahami dan menguasai pekerjaan dalam masing-masing bidang.Fasilitas dalam kantor ini sudah
cukup mendukung pekerjaan kita,seperti komputer,printer dan alat- alat tulis yang telah disediakan.Pegawai di sini juga rata-rata
sudah mampu menggunakan komputer,sehingga tidak lagi kesulitan dalam menginput banyak data.Alat kerja yang kita
gunakan juga mempunyai kualitas yang cukup baik,sehingga tidak mengganggu proses kerja.Tetapi ruangan kantor kita kurang luas
sehingga terasa padat.Kalau motivasi dari pimpinan sendiri ya pasti setiap hari kita terus dimotivasi karena masih banyak
penanganan untuk bencana Gunung Sinabung yang masih dalam proses,karena belum semua pengungsi di relokasi ke tempat yang
layak.Jadi pimpinan kita setiap hari di tengah-tengah kesibukan terkadang memberikan kata-kata semangat,kadang juga pimpinan
kita memberikan semangat melalui perseorangan,kalau masalah penghargaan kita gak penah ada,karena kita instansi
pemerintahan bukan swasta”
1.1.4 Periode waktu tertentu
Suatu pencapaian kinerja dapat pula dilihat dari periode waktu yang diperlukan oleh pegawai dalam rangka penyelesaian pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Apabila pekerjaan dapat selesai tepat waktu atau lebih cepat dari yang direncanakan, maka dapat dikatakan bahwa kinerja pegawai tersebut
sudah baik. Berikut hasil wawancara penulis dengan Ruslely Sitepu sebagai
Kasubag Umum dan Kepegawaian : “Iya kami selalu mempunyai target wakttu dalam penyerahan
laporan kepada ketua bidang,kami juga mempunyai penyerahan laporan dari masing-masing bidang.Jadi,kami dalam satu bidang
harus mampu bekerja sama dalam penyelesaian laporan kami.Kami juga dinilai secara individu dalam penyelesaian
dokumen kami kepada kepala bidang,penilaian tersebut dinamakan Penilaian Sasaran Kerja Pegawai SKP,jadi di dalam SKP
tersebut dapat diambil kesimpulan bagaimana orientasi pelayanan,integritas,komitmen,disiplin,kerja sama,kepemimpinan
masing-masing pegawai” 1.2
Eksternal Pendekatan proses eksternal mengukur efektivitas dengan
melihat keadaan eksternal dari BPBD.Adapun yang merupakan lingkungan luar BPBD dalam penelitian ini adalah
masyarakat.Dimana dalam hal ini efektivitas kinerja pemerintah daerah dilihat dari pemulihan yang sudah terlaksana pada
masyarakat Desa Simacem,Suka Meriah,dan Bekerah yang sudah direlokasi ke siosar.
Universitas Sumatera Utara
Berikut hasil wawancara penulis dengan salah satu masyarakat Desa bekerah Pak Sitepudari Desa Bekerahterkait
bagaimana kinerja pemerintah daerah dalam masa pemulihan :
51
Pendapat Pak Ucok Sitepu,didukung juga oleh Pak Rulih Sitepu dari Desa Simacem,berikut hasil wawancara :
“Kalo menurut saya,khusunya BPBD ya,karena BPBD yang selama ini berhadapan langsung dengan kami yang di
relokasi,sudah cukup memuaskan untuk kami.Karena mereka cukup ramah dalam menanggapi kesulitan kami,jadi kami juga
merasa dihargai.BPBD juga tidak pernah mengabaikan kami pada saat kami datang ke kantor.Pegawai langsung menanyakan apa
yang perlu mereka bantu untuk kami.Mereka selalu mendengarkan keluh kesah kami,tapi yang bikin terkadang kami kecewa,respon
yang agak lambat dari pusat untuk merespon kembali keluhan kami melalui BPBD,karena kata BPBD mereka harus menunggu
keputusan dari BNPB setiap kegiatan yang akan dilakukan.Pokoknya kalo dari tingkat daerah sendiri saya rasa
sudah cukup membantu dan bersikap sopan kepada kami walaupun kami terkadang agak tegas kepada mereka.”
52
“Saya juga merasa mereka peduli kepada kami,contohnya saja baru-baru ini ada beberapa rumah di Desa
Simacem yang atapnya terbang diterpa angin.Saya langsung
51
Hasil wawancara dengan Ucok Sitepu sebagai masyarakat Desa Bekerah pada tanggal 13 Januari 2017 di Desa Bekerah
52
Hasil wawancara dengan Rulih Sitepu sebagai masyarakat Desa Simacem pada tanggal 13 Januari 2017 di Desa Bekerah
Universitas Sumatera Utara
melapor ke BPBDselang dua hari sudah datang tukang yang dikirim BPBD ke Simacem untuk memperbaiki atap tersebut.Saya
juga merasa tidak ada kesulitan dalam pelaporan keluhan saya,keluhan saya langsung di proses.Syarat untuk menerima
bantuan juga tidak sulit,cukup identitas keluarga yaitu KTP yang berkependudukan di desa yang akan di relokasi dan mempunya
Kartu Keluarga yang berkedudukan di Desa itu juga.Untuk bantuan rumah dan lahan,kita cukup menunjukkan surat
kepemilikan rumah dan lahan agar di beri juga rumah dan lahan di kawasan relokasi Siosar,persyaratan ini semua di data oleh
perangkat masing-masing desa,lalu perangkat desa melaporkan ke BPBD,lalu BPBD memprosesnya,kami dari Simacem sendiri ada
130 KK yang terdaftar,tapi setelah yang 130 KK ini diserahkan dan sudah diproses ke BNPB,ternyata ada 39 KK yangtertinggal
dari data yang sudah diserahkan yang dinyatakan tidak terdaftar sebagai penerima lahan ,jadi total Kepala Keluarga yang ada di
Simacem sebenarnya 169 KK..Menurut saya,ini bukan kesalahan dari BPBD,tapi kesalahan terdapat pada perangkat desa,
pendataan yang kurang detail dilakukan oleh perangkat desa. Masyarakat yang 39 KK ini juga tidak mendapat sewa lahan yang
dijanjikan BPBD,karena mereka belum terdaftar ke BNPB pada waktu pengiriman jumlah Kepala Keluarga Simacem yang akan di
relokasi”
Universitas Sumatera Utara
Pak Sitepu dari Desa Bekerah juga menambahi : “Dari Desa Bekerah juga ada yang seperti itu berjumlah 20
KK,yang sudah terdaftar berjumlah 112KK,saya juga merasa kasian melihat teman-teman saya yang belum bisa mendapatkan
apa apa dari BNPB,itu juga disebabkan oleh kelalaian perangkat desa Bekerah,tetapi masyarakat menuntut ke BPBD dengan
mendorong BPBD untuk cepat memproses nama-nama mereka ke BNPB”
Pak Ginting selaku masyarakat Desa Suka Meriah menyatakan hal yang serupa:
53
53
Hasil wawancara dari Tegar Ginting sebagai masyarakat Desa Suka Meriah pada tanggal 13 Januari 2017 di Desa Bekerah
“Apalagi yang dari Desa Suka meriah ,lebih banyak jumlah KK yang tidak terdaftar dibanding kedua desa tersebut.Yang terdaftar
ada 128 KK yang tidak terdaftar ada 49 KK.Jadi sebenarnya ada 177 KK yang harusnya layak dan menerima bantuan di Desa Suka
Meriah.Kalo ditotal dari Desa Simacem,Bekerah dan Suka Meriah ada 109 KK yang tidak terdaftar ke BNPB.Kemarin pada bulan
Mei tahun 2016 mereka sudah mendatangi Kantor BPBD dan memohon untuk diberi lahan agar ada yang mereka olah,sekarang
mereka sudah diberi lahan,tapi diberi lahan pun mereka belum mendapatkan dana swakelola sepeti kami,jadi mereka berpikir
sendiri bagaimana cara membersihkan lahan mereka dari tungkul- tungkul kayu agar bisa ditanami”
Universitas Sumatera Utara
Penulis kembali bertanya bagaimana program-program yang telah di berikan oleh pemerintah dalam menangani pemulihan ekonomi masyarakat
relokasi .Berikut hasil wawancara penulis dengan Pak Sitepu,masyarakat dari Desa Bekerah :
“ Kalo bicara program pemulihan ekonomi,pertama dulu kami dikasih alat untuk tanaman hydroponik,setelah itu di kasih lahan
seluas 500m
2
KK,terus kami dikasih dana swakelola sebesar Rp 18.000.000KK untuk membersihkan lahan yang akan kami
tanami,melihat kami juga belum punya modal untuk membeli bibit,kami di kasih bibit kentang sebesar 350 kgKK beserta 8
macam pupuk dan 13 pestisida untuk modal bertanam bibit kentang,kami juga di beri bibit ayam pada tahap kedua yaitu bulan
Agustus.Sebenarnya sudah ada dua tahap pembagian bibit ayam,tapi entah kenapa hanya Desa Suka Meriah yang dapat pada
tahap pertama yaitu 10.000 bibit ayam klo pada tahap kedua baru kami 3 desa dapat 6.000 bibit ayamdesa.Tapi kami tidak mau
meributkan itu,karena kami dibantu saja syukur Pemeliharaan ayam tersebut diurus oleh kelompok,dalam satu desa terdapat 5-6
kelompok dengan jumlah anggota yang berbeda beda dan setelah besar ayam tersebut bisa dijual ke pasar,pakan ayam juga
ditanggung oleh BPBD,pakan ayam dikirim ke siosar seminggu sekali untuk kami 3 Desa,obat atau vitamin yang diperlukan ayam
pada saat masa pertumbuhan juga diberikan BPBD,sejauh ini itu program-program yang diberi pemerintah lewat kami,bisa dibilang
Universitas Sumatera Utara
BPBD menunjang pemulihan ekonomi kami lewat 2 sektor yaitu sektor pertanian dan peternakan”
Dilanjutkan kembali oleh Bapak Sitepu dari Desa Simacem : “Semua program yang dibilang teman saya dari Desa Bekerah tadi
semuanya kami 3 Desa sama,tidak ada kami yang dibedakan untuk pemberian bantuan menunjang perekonomian.Cuman yang bikin
berbeda nantinya hasil dari pertanian dan peternakan kami .Tapi saya rasa sampai sekarang ini penanaman kentang kemarin kami 3
desa hanya 15 yang berhasil dan peternakan ayam kami juga gagal total karena pakan yang terlambat.“
2.Pendekatan Sasaran Goal Approach Pendekatan sasaran merupakan salah satu kriteria untuk mengukur efektivitas
suatu organisasi.Dalam hal ini efektivitas dilihat dari keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil output yang sesuai dengan rencana.Sasaran yang penting
diperhatikam dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi
official goal dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya,dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output.Dengan demikian,pendekatan ini
mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.Dalam hal ini,yang menjadi tolak ukur adalah
masyarakat Desa Bekerah,Simacem dan Suka Meriah yang menerima pemulihan ekonomi selama di kawasan relokasi Siosar.
Universitas Sumatera Utara
Berikut hasil wawancara penulis tentang pencapaian sasaran pemulihan ekonomi dengan Pak Sembiring dari Desa Bekerah :
54
“Menurut saya memang terbantu la saya rasa ekonomi saya dibanding pada saat di pengungsian,karena selama saya di
pengungsian saya bekerja di ladang orang.Setelah saya di relokasi saya bisa mulai untuk memulihkan kembali ekonomi saya,bisa
dibilang sekarang ini masih dalam tahap proses.Kenapa saya bilang begitu? Karena kami masih mencoba untuk menanam apa
yang bisa berkembang selain kentang,kentang kemarin udah panen.Tapi hasilnya kurang memuaskan,bisa dikatakan kurang
berhasil cuman 15 kentang saya yang berhasil.Ini semua bukan salah BPBD,tapi ini semua karna cuaca di Siosar ini,anginnya
kencang kali ditambah lagi kemarin musim kemarau selama 7 bulan berturut-turut..Sebelum saya menanam di lahan saya,saya
juga dapat kok swakelola lahan yang berjumlah Rp 18.000.000,- per Kepala Keluarga,kalo bicara tentang ayam,ayam itu kami bagi
perkelompok kalo di Desa Bekerah sendiri ada 4 kelompok,terdiri dari 20-25 orang,dalam satu kelompok terdapat 4 orang yang
mengurus pakan dan minum ayam sehari hari.Dalam 1 kelompok diberi tanggung jawab 800-1.600 ekor ayam.Untung dari ayam
ini,50 diberi kepada 4 orang dari masing-masing kelompok karena 4 orang dari setiap kelompok ini yang mengurus ayam dan
50 lagi diberi kepada seluruh masyarakat.Tapi dari ayam
54
Hasil wawancara dengan Sangap Sembiring sebagai masyarakat Desa Bekerah pada tanggal 14 Januari 2017 di Desa Bekerah
Universitas Sumatera Utara
ini,belum ada keuntungan yang bisa diambil,karena pakan yang dikirim sering terlambat sehingga menyebabkan banyak ayam yang
mati kelaparan.”
Pendapat mengenai ternak ayam,juga ditambahi oleh Pak Sitepu dari Desa Simacem :
“Di Desa kami sendiri dari pada tahap kedua 6.000 bibit ayam,banyak ayam yang mati dikarenakan pakan yang sering
terlambat dan sakit sekarang tinggal 13 ekor ayam yang ada di gudang ayam.Jadi saya rasa sangatlah rugi dana bantuan untuk
ayam ini,kalau pakan yang diberi selalu terlambat.Tidak ada gunanya memelihara ayam jika pakannya juga tidak ada,dari Desa
Simacem pun juga tidak ada memperoleh keuntungan dari ayam.Ada lagi tanaman hydroponic yang pertama kali dibagikan
sama kami,itupun tidak berguna,karena kami kurang tau cara memakainya,memang kemarin kami udah diberi tahu caranya,tapi
kurang kami rasa waktu pelatihannya,sekarang katanya yang latih kami untuk hydroponik tadi,udah balik ke Jakarta”
Pendapat yang sama juga disampaikan Pak Ginting,masyarakat Suka Meriah:
“Kalo dari ayam ini,jujur saja belum ada efek untuk pemulihan ekonomi kami karena belum ada hasilnya.Pakan yang diberi juga
kurang kualitasnya,dilihat dari bentuknya jagung dan tungkulnya sekalian digiling semuanya kan seharusnya biji jagungnya saja
Universitas Sumatera Utara
yang diberi,bukan ikut tungkul jagungnya digiling.Dari Desa Suka Meriah sendiri,pada tahap kedua ini lumayan la ada 300 ayam
yang bertahan tapi belum bisa dijual karena beratnya belum cukup.Kalo saya rasa dari pertanian dan pertenakan ini belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan kami,kami rasa kami butuh pemberdayaan untuk menjadi pengrajin,agar ada yang bisa kami
buat dan jual untuk menambahi pendapatan kami di atas ini.Kami sama sekali tidak mempunyai idea apa yang bisa kami olah untuk
kerajinan tangan di Siosar ini.Dari masyarakat yang lain juga pemikirannya sama seperti saya,mau sekali untuk menjadi
pengrajin dikarenakan melihat hasil pertanian dan peternakan yang gagal”
Pak Sitepu dari Desa Simacem kembali memberi pendapat : “Sekarang ini nak,kami perlu orang-orang yang bisa mengajarkan
kami bagaimana cara membuat kerajinan yang bisa menghasilkan bagi kami.Kalau tani dan ternak ini belum bisa diharapkan dalam
waktu sekarang ini.Kami di sini sangat mengharapkan sekali ada orang yang dikirimkan BPBD untuk bisa melatih kami.Saat ini
kami lagi coba usulkan ke BPBD agar BPBD bisa merencanakan kerajinan apa yang cocok untuk kami dan mau menyediakan
pelatihan buat kami.”
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA