Nilai Historikal dan Makna Kata Dieng

commit to user Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo Isna Dian Paramitasari I0606025 60 Agrowisata Bedakah, Agrowisata Tanjungsari, Desa Wisata Giyanti, Curug Winong, Desa Wisata Sendangsari. c. Kawasan Potensial Pengembangan Kawasan ini merupakan kawasan yang memiliki potensi pengembangan tetapi saat ini belum dikembangkan karena memiliki keterbatasan dalam aksesibilitas dan sarana pendukung. Kawasan potensial pengembangan antara lain Air Terjun Sikarim, Pemandian Air Panas Somogede, Gunung Kembang, Mata air Wonojoyo, Candi Bongkotan Watu Tedeng, Hutan Wisata Patanara, Wana Wisata Ngebrak, Grojogan Sijurug Dumajaran dan Wisata Gunung Kelir.

C. Gambaran Umum Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo

Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan kawasan wisata yamg menyajikan perpaduan sumberdaya alam berupa iklim yang sejuk, pemandangan yang indah, fenomena alam yang menakjubkan, dan ketenangan, serta sumberdaya budaya seperti peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakat yang memberi banyak peluang bagi wisatawan untuk melakukan berbagai kegiatan wisata maupun rekreasi. Selain untuk kegiatan kepariwisataan kawasan ini juga menawarkan banyak peluang untuk penelitian dan industri dengan banyak potensi sumberdaya alam yang melimpah seperti geologi, vulkanologi, pertanian, dan pertambangan. Berdasarkan arahan pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Wonosobo, Kawasan Wisata Dieng diarahkan sebagai kawasan unggulan.

1. Nilai Historikal dan Makna Kata Dieng

Sejarah Kawasan Dataran Tinggi Dieng tidak terlepas dari kisah berdirinya Wonosobo. Ini diperkirakan sekitar abad ke-17 atau tahun 1600 Masehi, yaitu dengan datangnya 3 orang yang bernama Kyai Kolodete, Kyai Walik dan Kyai Karim. Mereka datang dengan sanak keluarganya. Saat itu Wonosobo masih merupakan hamparan kawasan hutan belantara. Mereka diyakini sebagai bapak pendiri Kota Wonosobo. Kyai Walik commit to user Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo Isna Dian Paramitasari I0606025 61 sebagai tokoh perancang tata kota, Kyai Karim sebagai tokoh petak sendi- sendi dasar pemerintahan. Tetapi Kyai Kolodete dan keluarganya memisahkan diri dan membuka Dataran Tinggi Deng. Setelah Kawasan Dataran Tinggi Dieng dibuka oleh Kyai Kolodete, ternyata Kawasan Dataran Tinggi Dieng sudah terlebih dahulu dihuni oleh manusia. Hal tersebut berdasarkan data dan fakta historis mengenai keberadaan candi-candi Dieng, tentu daerah ini jauh-jauh hari abad 5-7 M telah dihuni oleh manusia. Bahkan para ahli sejarah di daerah ini telah berdiri kerajaan Mataram Hindu. Maharaja Sanjaya membangun keraton kerajaannya tepat di tengah Kota Wonosobo yang kini menjadi Pasar Wonosobo dan menjadikan Dataran Tinggi Dieng sebagai pusat spiritualnya. Dikisahkan di dalam pewayangan bahwa ada suatu masa dimana Pulau Jawa belum berpenghuni dan dalam keadaan yang berantakan. Pulau Jawa ini terus menerus bergejolak. Batara Guru, sebagai dewa tertinggi kemudian mengambil bagian puncak dari Gunung Himalaya dan ditancapkan di tengah-tengah Pulau Jawa sebagai pasak Pulau Jawa. Pasak tersebut kemudian di sebut sebagai Dieng. Dengan ditempatkanya Dieng di tengah-tengah Pulau Jawa, maka Pulau Jawa tidak lagi bergejolak, tenang dan dapat ditempati oleh manusia. Berdasarkan penelitian dan pengamatan ahli geologi dan vulkanologi, yang tentu saja bersifat esoteric. Dataran Tinggi Dieng, pada masa archaic purba diyakini sebagai tempat berdirinya “gunung primordial” atau “gunung kosmik” yang tak terkira tinggi dan besarnya. Akibat proses geologis dan vulkanologis, gunung itu akhirnya terpenggal dan sisa-sisa penggalan itu membentuk Dataran Tinggi Dieng. Sementara bagian atas tercerai barai membentuk gunung dan bukit-bukit yang berserak disana- sini yang saat ini terdapat di Dataran Tinggi Dieng. Dataran tinggi sisa peristiwa purba inilah yang kemudian diidentifikasikan sebagai Dataran Tinggi Dieng. commit to user Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Studi Kasus : Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo Isna Dian Paramitasari I0606025 62 Kata Dieng berasal dari bahasa Sansekerta Di yang artinya adalah tempat yang tinggi atau gunung dan Hyang yang artinya ruh leluhur atau dewa-dewa atau suatu yang diyakini sebagai dewa atau ruh leluhur atau bahkan Tuhan atau makhluk-makhluk ilahiyah pada umumnya. Selain itu, Hyang juga sering dimaknai sebagai kahyangan, nirwana atau surga, yakni tempat bersemayamnya ruh leluhur atau dewa-dewa, Tuhan, atau makhluk-makhluk ilahiyah tersebut. Sebagian lagi percaya bahwa kata Dieng berasal dari bahasa Indonesia kuno yaitu Di dan Hyang yang artinya kediaman para dewa. Selain itu, Dieng juga dapat dirunut makna katanya dari bahasa Kawi, yakni Di yang bersal dari kata Hadi atau adi yang artinya cantik, indah, molek dan sebagainya yang mengandung pemaknaan serba, paling, dan sifat-sifat superelatif lainnya seperti tinggi atau puncak tertinggi, misterius, transenden, atau segala yang bermakna serba sempurna atau ultimate, dari kesadaran akan makna dari misteri kesempurnaan sebuah tatanan dan iman, juga kemakmuran dan ketuhanan.

2. Karakteristik Kawasan Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo