Beberapa prinsip hukum jaminan sebagaimana yang diatur oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata adalah sebagai berikut:
a. Kedudukan harta pihak peminjam
b. Kedudukan pihak pemberi pinjaman
c. Larangan memperjanjikan pemilikan objek jaminan utang oleh pihak pemberi
pinjaman.
71
A. Pengertian dan Ketentuan Umum Tentang Jaminan dan Penjamin
Dalam KUHPerdata
Istilah “jaminan“ berasal dari istilah “zekerheid” atau“ cautie “merupakan terjemahan bahasa Belanda,yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau
melunasi perutanganya kepada kreditur, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau
utang yang diterima debitur terhadap kreditur. Istilah “zekerheid” atau“cautie“ mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin kalau tagihan itu dapat
terpenuhi, disamping itu juga memuat pertanggung jawaban debitur. Adapun istilah “agunan”, ketentuan dalam Pasal 1 angka 23 Undang
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan bahwa:
“Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah” :Jaminan secara umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa”segala hak kebendaan debitur
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang aka nada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya.”
72
71
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 9.
72
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Op.Cit
Universitas Sumatera Utara
Agunan dalam konstruksinya merupakan jaminan tambahan demi mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Agunan memiliki beberapa unsur di
antaranya: a.
Jaminan tambahan b.
Diserahkan oleh debitur kepada Bank c.
Untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembayaran. Dalam perspektif hukum perbankan, agunan dibedakan atas 2 dua
macam yaitu agunan pokok dan agunan pokok dan agunan tambahan. Hal ini dalam penjelasan atas Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Agunan pokok adalah barang, surat berharga, atau garansi yang berkaitan
langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, seperti barang yang dibeli dengan kredit yang dijaminkan, proyek yang dibiayai
dengan kredit yang bersangkutan, maupun debitur; sedangkan agunan tambahan adalah barang, surat berharga, atau garansi yang tidak berkaitan langsung dengan
objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, yang ditambahkan sebagai agunan.
73
Mariam Darus juga merumuskan Jaminan sebagai suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur danatau pihak ketiga kepada kreditur untuk
menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.
74
73
Rachmadi Usman,,Op.Cit, hal. 68.
74
Mariam Darus Badrulzaman, Permasalahan Hukum Hak Jaminan, Hukum Bisnis Volume 11, 2000, hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
Hartono Hadisaputro menyatakan jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitur kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan
memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.
75
Penjamin adalah pihak ketiga yang bukan merupakan debitur, bisa saja orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum dengan mengadakan perjanjian dengan pihak kreditur agar ia menjadi penjamin dalam pelunasan hutang debitur kepada kreditur apabila debitur
tersebut melakukan wanprestasi.Tujuan adanya penjamin adalah untuk menjamin agar hutang yang telah diberikan kreditur kepada debitur dapat terjamin
pengembaliannya. Penjamin itu biasanya disebut juga dengan Personal Guarantee atau jaminan perorangan. Mengenai pengertian penanggung ditegaskan dalam
Pasal 1820 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa: Sesuai dengan perumusan mengenai pengertian jaminan diatas maka dapat
disimpulkan, jaminan itu merupakan suatu pertanggungan atas pinjaman fasilitas kredit yang diberikan debitur kepada kreditur hingga pinjaman tersebut lunas
dibayar.Jaminan itu dapat berupa kebendaan dan perorangan dan apabila debitur tersebut wanprestasi maka jaminan yang berupa kebendaan tersebut dapat dinilai
dengan uang sedangkan jaminan perorangan wajib mempertanggungjawabkan pinjaman tersebut. Dengan kata lain, dapat dikatakan jaminan berfungsi sebagai
sarana pemenuhan utang.
75
Ibid, hal. 69.
Universitas Sumatera Utara
“Penanggung adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berutang, mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatannya si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.”Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan
kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu utang.
76
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengartikan jaminan perorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu,
hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.
77
B. Jenis-jenis Jaminan