Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi

72 mengalami heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman’s Rank Correlation Test Spearman Rho yang mana uji ini mengkorelasikan nilai absolut residual dengan masing-masing variabel independen. Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas Correlations LnIf LnNt ABS_RES Spearmans rho LnIf Correlation Coefficient 1.000 .800 .047 Sig. 2-tailed . .000 .681 N 80 80 80 LnNt Correlation Coefficient .800 1.000 .024 Sig. 2-tailed .000 . .832 N 80 80 80 ABS_RES Correlation Coefficient .047 .024 1.000 Sig. 2-tailed .681 .832 . N 80 80 80 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah Berdasarkan Tabel 4.6hasil uji heterokedastisitas Spearman ’s Rho di atas nilai korelasi variabel independen dengan nilai absolut residual yaitu 0,681 dan 0,832. Nilai korelasi kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu, tidak terdapat heterokedastisitas di dalam model regresi ini.

3. Uji Multikolinearitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas adalah dengan melihat besaran korelasi antara variabel independen dan besarnya tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu: Tolerance 0,10 dan Variance Inflation Factor VIF 5. Pengujian Universitas Sumatera Utara 73 multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi diantara variabel independen. Berikut disajikan tabel hasil perhitungan Tolerance dan VIF serta matriks korelasi antara variabel independen. Tabel 4.7 Pengujian Multikolinieritas Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari masing- masing variabel independen lebih besar dari 0,10, yaitu variabel Inflasi sebesar 0,576 dan variabel Nilai Tukar sebesar 0,576. Nilail VIF dari masing-masing variabel independen diketahui kurang dari 5,00 yaitu untuk variabel Inflasi sebesar 1,736 dan variabel Nilai Tukar sebesar 1,736. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model ini.

4. Uji Autokorelasi

Uji bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 8.641 7.658 1.128 .263 LnIf -.184 .221 -.119 -.832 .408 .576 1.736 LnNt 2.258 .860 .374 2.624 .010 .576 1.736 a. Dependent Variable: LnPk Universitas Sumatera Utara 74 sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi 3. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .311 a .096 .073 .64382 1.648 a. Predictors: Constant, LnNt, LnIf b. Dependent Variable: LnPk Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah Tabel 4.8 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,648. Angka tersebut berada di antara -2 sampai +2, maka pada model regresi ini tidak terdapat autokorelasi.

4.2.3 Analisis Regresi

Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang Best Linear Unibiased Estimator BLUE dan layak dilakukan analisis regresi. Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan SPSS, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 75 a. Persamaan Regresi Dalam pengelohan data dengan menggunakan regresi linier, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel indenpenden dan dependen, pengaruh Inflasi X 1 danNilai Tukar X 2 terhadap Permintaan Kredit Y. Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 8.641 7.658 1.128 .263 LnIf -.184 .221 -.119 -.832 .408 LnNt 2.258 .860 .374 2.624 .010 a. Dependent Variable: LnPk Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Data Diolah Hasil pengolahan data seperti ditunjukkan pada tabel 4.9 menghasilkan persamaan linier berganda sebagai berikut: Y = 8,641 - 0,184X 1 + 2, 258X 2 Dimana : Y = Jumlah Kredit yang Disalurkan X1 = Inflasi X2 = Nilai Tukar Keterangan : 1. Konstanta sebesar 8,641 menunjukkkan bahwa semua variabel independen bernilai 0, maka Jumlah Kredit yang Disalurkan akan sebesar 8,641. Universitas Sumatera Utara 76 2. Nilai koefisien regresi variabel Inflasi sebesar -0,184 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 pada Inflasi akan diikuti oleh penurunanJumlah Kredit yang Disalurkan sebesar 0,184 dengan asumsi variabel dependen terikat lain tetap. 3. Nilai koefisien regresi variabel Nilai Tukarsebesar 2,258 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 pada Nilai Tukar akan diikuti oleh kenaikan Jumlah Kredit yang Disalurkan sebesar 2,258 dengan asumsi variabel dependen terikat lain tetap.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji signifikan simultan F test dan uji parsial t test dan koefisien determinasi Uji Goodness of Fit.

1. Uji Signifikansi Simultan F – test