Jenis Data Metode Analisis Data .1 Analisis Statistik Deskriptif

40 Lanjutan Tabel 3.2 Nama-nama Bank SampelPenelitian No. Nama Bank Bank Konvensional Data permintaan kredit per tahun 2010 – 2014 tersedia Sampel 36 BANK MEGA   Sampel 34 37 BNI SYARIAH -  38 BANK BUKOPIN   Sampel 35 39 BANK SYARIAH MANDIRI -  40 BANK BUMIPUTERA   Sampel 36 41 BANK YUDHA BHAKTI   Sampel 37 42 BANK AGRONIAGA   Sampel 38 43 BPR  - 44 BANK SBI   Sampel 39 45 BANK SYARIAH MEGA -  46 BANK SYARIAH BUKOPIN -  47 BANK SAHABAT SAMPOERNA   Sampel 40 48 BANK UOB  - 49 BANK EKSEKUTIF   Sampel 41 50 BANK AGRIS   Sampel 42 51 BANK OCBC  - 52 BANK COMMONWEALTH   Sampel 43

3.6 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif dan merupakan data time series. Data kuantitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk angka-angka berupa inflasi, nilai tukar, dan permintaankreditdi kota Medan. Data time series adalah sekumpulan data dari waktu ke waktu pada obyek yang sama untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan atau kejadian tertentu selama periode tersebut. Universitas Sumatera Utara 41 Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang bersumber dari pihak lain. Pada penelitian ini, sumber data diperoleh dari Bank Indonesia kantor cabang Medan, internet, buku, dan jurnal yang menunjang penelitian ini. Data sekunder ini merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penulisan. 3.7Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data dari buku- buku, jurnal penelitian, dan internet yang memiliki relevansi dengan penelitian ini serta melakukan riset kepustakaan. 3.8 Metode Analisis Data 3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistic deskriptif yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau member gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. 3.8.2Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka peneliti terlebih dahulu menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS. Universitas Sumatera Utara 42 Uji Klasik ini dapat dikatakan sebagai kriteria ekometrika untuk melihat apakah hasil estimasi memenuhi dasar linier klasik atau tidak. Setelah data dipastikan bebas dari penyimpangan asumsi klasik, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis yakni uji individual uji t, pengujian secara serentak uji F, dan koefisien determinasi R 2 . Uji asumsi klasik terdiri dari : 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, masing-masing variabel berdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas Ghozali, 2012.

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Heterokedastisitas menunjukan bahwa varians dari setiap error bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan bahwa Universitas Sumatera Utara 43 varians dari error harus bersifat homogennya. Hipotesis dalam uji Heterokedastisitas ini adalah : H : tidak ada heterokedastisitas H 1 : ada heterokedastisitas Dalam pengujian dilakukan dengan menggunakan uji individu t-test untuk masing-masing variabel. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan dengan kriteria: Jika signifikan probabilitas dari t hitung 0,05 maka H ditolak Jika signifikan probabilitas dari t hitung 0,05 maka H diterima

3. Uji Multikolinearitas

Tujuan dilakukannya uji multikolonieritas adalah untuk melihat apakah model regresi memiliki korelasi antara variabel independen satu dengan yang lainnya. Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya multikolinearitas ini adalah kesalahan standar penaksir semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar sehingga mengakibatkan diperolehnya kesimpulan yang salah. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dapat dilihat dari 1 Nilai tolerance TOL dan lawannya 2 varianceinflation factor VIF. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF=1Tolerance. Nilai Cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF10 Ghozali, 2012. Universitas Sumatera Utara 44 Cara mengatasi multikolinearitas adalah a transformasi variabel. Jika terlihat pada model awal dengan adanya gejala multikolonieritas maka dapat dilakukan transformasi variabel yang bersangkutan kedalam bentuk logaritma natural atau bentuk-bentuk tranformasi lainnya, sehingga nilai t hitung yang dihasilkan secara individu variabel independen dapat secara signifikan mempengaruhi variabel terikat, b meningkatkan jumlah data sampel. Dengan adanya peningkatan jumlah data sampel diharapkan mampu menurunkan standar error disetiap variabel independen dan akan diperoleh yang benar-benar bisa menaksirkan koefisien regresi secara tepat. 4. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu padaperiode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan antara satu dengan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi Ghozali, 2012. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dilakukan dengan uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan mengenai ada atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai D-W terletak antara angka -2 sampai +2, maka koefisien pada regresi tidak terdapat autokorelasi. 2. Bila D-W lebih rendah atau di bawah angka -2, maka koefisien pada regresi mengalami autokorelasi positif. Universitas Sumatera Utara 45 3. Bila nilai D-W lebih besar atau di atas angka +2, maka koefisien pada regresi mengalami autokorelasi negatif. 3.8.3Analisis Regresi Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan Perbankan Konvensional di Kota Medan. Maka dari itu, digunakan teknik analisis regresi linier berganda guna menjawab hipotesis dengan model sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e dimana: a = Konstanta Y = Jumlah Kredit yang Disalurkan X 1 = Inflasi X 2 = Nilai Tukar b 1 = Koefisien Regresi Inflasi b 2 = Koefisien Regresi Struktur Modal e = Standard error

3.8.4 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, yaitu melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Uji Signifikan Simultan Uji F

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka dilakukan uji-F. Pada dasarnya uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas independent variable berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel terikat dependent variable. Pengaruh variabel independen terhadap Universitas Sumatera Utara