BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian deskriptif ini akan dilakukan dengan
bantuan rekam medis dan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik gambaran radiologis pasien yang pertama kali
didiagnosa dengan TB paru tersangka menggunakan foto toraks.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data direncanakan pada bulan September 2014 – November
2014.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik total sampling, dimana seluruh pasien yang pertama kali di foto toraks dan didiagnosa sebagai TB
paru tersangka pada periode 2013 di RSUP Haji Adam Malik, Medan merupakan sampel penelitian ini.
Kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini adalah seluruh data pasien TB paru tersangka yang datang berobat di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada periode
2013. Kriteria eksklusi untuk sampel penelitian adalah data pada rekam medis tidak diisi sempurna dan pasien TB paru tersangka yang tidak menjalani foto
toraks sebagai pemeriksaan penunjang yang pertama untuk memeriksa keluhannya.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari pencatatan rekam medis pasien pada bulan Januari 2013 sampai Desember 2013 dari RSUP
Haji Adam Malik di mana data yang diperlukan adalah lembar jawaban foto toraks pasien yang pertama kali didiagnosa sebagai TB paru tersangka
menggunakan foto toraks.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data
Data – data yang telah dikumpulkan akan ditampilkan ke dalam tabel distribusi frekuensi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah sakit umum pusat H. Adam Malik yang terletak di Jalan Bungalau No. 17 Medan Tuntungan, Kota Medan Provinsi Sumatera Utara resmi beroperasi pada
tahun 6 September 1991. Rumah sakit umum pusat H. Adam Malik adalah rumah sakit pemerintah kelas A. Disamping itu, RSUP H. Adam Malik adalah rumah
sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga di tetapkan
sebagai rumah sakit pendidikan dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik
pada tahun 1993.
5.1.2. Karakteristik Sampel Penelitian
Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah seluruh populasi pasien yang pertama kali dicurigai dokter radiologi mengidap penyakit TB paru melalui pemeriksaan
foto toraks di RSUP Adam Malik periode 2013 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan bebas dari kriteria eksklusi. Sepanjang tahun 2013, terdapat 918
pasien TB paru di RSUP Adam Malik tetapi hanya 204 pasien sahaja yang merupakan pasien TB paru tersangka yang menggunakan foto toraks sebagai
pemeriksaan pertama.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Pasien TB Paru Tersangka Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekwensi n
Persentasi Laki – laki
129 63
Perempuan 75
37
Total 204
100
Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi jenis kelamin laki – laki lebih banyak didiagnosa TB paru tersangka yaitu sebanyak 129 orang 63 sedangkan
perempuan berjumlah 75 orang 37. 5.1.4. Karakteristik sampel berdasarkan kelompok usia
Tabel 5.2. Distribusi Sampel Pasien TB Paru Tersangka Berdasarkan Kelompok Usia
Usia Frekwensi n
Persentasi Anak
0-10 tahun
Remaja 11 – 20 tahun
13 6
Dewasa
21 – 40 tahun 70
34
Setengah Umur
41 – 60 tahun 93
46
Lanjut Usia
61 tahun 28
14
Total 204
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.2 usia sampel pada penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok setengah umur 41 – 60 tahun sebanyak 93 orang 46 diikuti kelompok dewasa 21 – 40 tahun, lanjut usia 61 tahun, dan remaja 11-20
tahun masing – masing dengan catatan sebanyak 70 orang 34, 28 orang 14, 13 orang 6 dan tidak dijumpai pasien TB paru tersangka pada
kelompok anak.
5.1.5. Karakteristik paru pasien yang pertama kali dicurigai dokter mengidap penyakit TB paru melalui pemeriksaan foto toraks
Tabel 5.3. Distribusi Sampel Pasien TB Paru Tersagka Berdasarkan Gambaran Lesi
Gambaran Lesi Pada Paru
Frekwensi n Persentase
Infiltrat di apeks satu paru
49 24
Infiltrat di satu lapangan paru
25 12
Infiltrat disertai kavitas 28
14 Infiltrat di kedua paru
58 28
Infiltrat di kedua paru disertai efusi pleura
13 6
Efusi pleura di satu lapangan paru
24 12
Efusi pleura di kedua paru
2 1
Fibrosis dan kalsifikasi 5
3
TOTAL 204
100
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat gambaran lesi yang terbanyak dijumpai pada pada paru pasien adalah gambaran infiltrat di kedua paru yaitu sebanyak 58 orang
28 dan gambaran lesi yang paling sedikit dijumpai pada paru pasien adalah gambaran efusi pleura di kedua paru yaitu sebanyak 2 orang 1.
Menurut American Tuberculosis Association TB minimal tidak melebihi daerah apeks dan tidak ditemukan adanya kavitas. TB lanjut sedang apabila sarang-
sarang yang bersifat bercak tidak melebihi luas satu paru, diameter kavitas tidak melebihi 4 cm dan daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak boleh
melebihi luas satu lobus. Menjadi TB sangat lanjut apabila luas daerah yang dihinggapi sarang – sarang lebih daripada klasifikasi kedua di atas.
Menurut buku terbitan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah apabila terdapat bayangan
berawan,nodular, kavitas, bercak milier dan efusi pleura. Sementara gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif apabila terdapat fibrosis, kalsifikasi atau
penebalan pleura. Tabel 5.4. Distribusi Sampel TB Paru Tersangka Berdasarkan Klasifikasi
Tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association
Tingkat keparahan infeksi Frekwensi n
Presentasi
Tuberkulosis minimal 54
27 Tuberkulosis lanjut sedang
25 12
Tuberkulosis sangat lanjut 125
61 Total
204 100
Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi tertinggi adalah pada pasien dengan TB sangat lanjut yaitu sebanyak 125 orang 61 dan distribusi terkecil
adalah pada TB lanjut sedang yaitu sebanyak 25 orang penderita 12. Sementara TB minimal mencatat sebanyak 54 orang 27.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Distribusi Sampel TB paru Tersangka Berdasarkan Jenis Lesi
Jenis Lesi Frekwensi n
Persentasi Lesi Aktif
199 98
Lesi Inaktif 5
2
Total
204 100
Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi jenis lesi aktif lebih banyak dijumpai pada pasien TB paru tersangka yaitu sebanyak 199 orang 98
sedangkan lesi yang inaktif hanya sebanyak 5 orang 2.
5.2. Pembahasan
Pemeriksaan foto toraks dapat digunakan untuk menilai kerusakan struktur paru yang diakibatkan kuman TB. Dari penelitian yang telah lakukan, ditemukan
sebanyak 204 pasien yang pertama kali didiagnosa dengan TB paru tersangka daripada 918 kasus TB paru tersangka di RSUP Adam Malik menggunakan
bantuan foto toraks sebagai pemeriksaan pertama untuk mendeteksi kelainan. Menurut peneliti, hal ini berkemungkinan banyak yang memilih untuk melakukan
pemeriksaan kultur atau biakan dahak karena pemeriksaan itu merupakan metode baku emas gold standard dalam mendeteksi penyakit TB. Menurut penelitian
oleh Ismail 2004, dilaporkan manifestasi radiologi pada pasien TB paru memiliki kemiripan dengan penyakit paru yang lainnya seperti lesi pada paru
akibat jamur paling sering ditemukan di lapangan atas paru dan disertai kavitas. Pada penelitian ini, berdasarkan jenis kelamin, didapatkan jenis kelamin laki –
laki lebih banyak dari wanita yaitu sebanyak 129 orang 63. Sesuai dengan penyataan WHO 2002 berdasarkan kategori sex – specific kriteria, maka didapati
jenis kelamin yang banyak menderita TB adalah laki – laki dibanding perempuan. Hal ini karena wanita kurang menunjukkan gejala khas TB seperti batuk
berkepanjangan dengan dahak dan jarang memberikan hasil tes positif untuk basil tuberkulosis pada sputum mikroskop dibandingkan pria. Menurut Nakagawa
Universitas Sumatera Utara
2001, diagnosis TB pada wanita sering terlambat dan sikap wanita kurang berminat pergi ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatannya
menjadi salah satu penyebab. Pada penelitian ini, terjadi peningkatan infeksi pada usia kelompok setengah
umur 41-60 tahun yaitu sebanyak 93 orang 46. Sementara menurut Centers for Disease Control and Prevention CDC 2005, di Amerika Serikat AS,
distribusi TB tertinggi adalah pada kelompok usia yang lebih tua. Menurutnya lagi, 20 dari semua kasus TB sering terjadi pada orang berusia lebih dari 65
tahun. Dengan tingkat insiden kasus per 100.000 orang kelompok yang lebih tua dari usia 65 adalah yang tertinggi untuk semua kelompok umur di AS. Dari
penelitian ini, peneliti menganggap hal ini mungkin disebabkan usia setengah umur adalah usia produktif dan banyak berhubungan dengan orang ramai
sehingga resiko untuk terpapar dengan orang yang menderita TB juga tinggi. Gambaran lesi paru yang terbanyak dijumpai di dalam penelitian ini adalah
gambaran infiltrat di kedua lapangan paru yaitu sebanyak 58 orang 28. Menurut peneliti hal ini mungkin disebabkan penderita sibuk bekerja untuk
memperbaiki status ekonomi keluarga sehingga penderita mengabaikan pengobatan pada tahap awal penyakit.
Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan Goldman K.P. dimana distribusi tingkat keparahan TB yang terbesar
berada pada kelompok TB sangat lanjut yaitu sebanyak 125 orang 61. Menurut Goldman K.P. 1989, setelah melakukan pemeriksaan dan penegakan
diagnosa, kebanyakan pasien didapati sudah berada di tingkat infeksi tuberkulosis sangat lanjut. Hal ini karena pasien sering terlambat datang untuk pemeriksaan
kesehatan ditambah lagi dengan gejala tuberkulosis yang ringan sehingga pasien merasa perawatan dini tidak diperlukan karena penyakit yang dialami bisa sembuh
sendiri dalam jangka waktu tertentu. Pada penelitian ini didapati jenis lesi aktif yang paling banyak dijumpai pada paru
pasien yaitu sebanyak 199 orang 98. Menurut WHO 2013, penderita dengan
Universitas Sumatera Utara
TB aktif biasanya tidak mengalami gejala TB khas pada tahap awal penyakit. Hal ini membuatkan pasien tidak datang untuk mendapatkan perawatan awal dan
terjadi kesalahan diagnosis ketika pasien datang mencari perawatan. Menurut peneliti pula, hal ini mungkin karena pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis
masih rendah sehingga penderita menganggap batuk yang dialami cuma batuk biasa. Keadaan sosioekonomi yang rendah juga dapat menyumbang peningkatan
angka pasien TB aktif karena pasien tidak mempunyai uang untuk berobat ke rumah sakit atau pusat kesehatan yang berdekatan. Keadaan higienis yang buruk
juga dapat memperparah keadaan lesi karena kuman TB suka dengan lingkungan yang lembab.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan