2.1.3. Inervasi
Paru diinervasi oleh saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis. Otot polos saluran napas diinervasi oleh nervus vagus aferen, nervus vagus eferen
kolinergik posganglionik. Pleura parietalis diinervasi oleh nervus interkostalis dan nervus frenikus, sedangkan pada pleura viseralis tidak terdapat inervasi
Djojodibroto, 2013.
2.2. Tuberkulosis Paru 2.2.1. Definisi Tuberkulosis Paru dan Penyebabnya
Tuberkulosis paru TB paru adalah penyakit infeksi yang di transmisikan melalui udara dan agen penyebabnya itu adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. TB
paru mencakup 80 dari keseluruhan kejadian penyakit TB sedangkan 20 selebihnya merupakan TB ekstrapulmonar Jeong Lee, 2008.
2.2.2. Bakteriologi Tuberkulosis
Agen penyebab TB adalah anggota dari genus Mikobakteri, dengan M. tuberkulosis menyebabkan kasus yang terbanyak. M.tuberculosis, agen penyebab
TB ditemukan oleh Robert Koch pada 1882, ketika penyakit itu disebut wabah putih Eropa. M. bovis dan M. africanum juga dapat menyebabkan TB. Bakteri ini
berbentuk batang dengan sifat aerobik dan struktur dinding selnya gram-positif, tapi sulit untuk mewarnainya karena asam lemak rantai panjang asam mikolik
dalam dinding sel. Bakteri ini juga menunjukkan sifat tahan luntur asam dengan ketahanan terhadap penghilangan warna dengan asam mineral dan alkohol yaitu
Ziehl-Neilsen stain Aneja, Jain, Aneja, 2008. M. tuberculosis merupakan bakteri aerob obligat, sangat sensitif terhadap
penurunan konsentrasi oksigen walaupun sedikit. Mikobakteri ini tumbuh terbaik di apikal, atau bagian atas dari paru-paru, yaitu daerah yang mengandung oksigen
terbanyak. Mikobakteri patogen ini memiliki waktu sangat lama untuk membiak yaitu 12 sampai 18 jam dan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan koloni
terlihat pada media juga lama yaitu sampai 8 minggu. Mikobakteri laboratorium
Universitas Sumatera Utara
sangat tahan terhadap pengeringan dan dapat bertahan hidup selama 6 sampai 8 bulan dalam dahak kering, ini merupakan salah satu kontribusi terbesar untuk
masalah kesehatan masyarakat. Namun M. tuberculosis cukup sensitif terhadap sinar matahari langsung Aneja, Jain, Aneja, 2008.
Mycobacterium Tuberculosis merupakan sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4um dan tebal 0,3-0,6um. Yang tergolong dalam kuman
Mycobacterium tuberculosae complex adalah : M. Tubeculosae, Varian Asian, Varian African 1, Varian African 2, M. Bovis. Pembagian tersebut adalah
berdasarkan perbedaan secara epidemiologi Amin Bahar, 2009.
2.2.3. Klasifikasi Tuberkulosis
Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan Isbaniyah, et al., 2011: 1.
Letak anatomi penyakit 2.
Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi termasuk hasil resistensi 3.
Riwayat pengobatan sebelumnya 4.
Status HIV pasien
1. Berdasarkan letak anatomi penyakit
o Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.
Tuberkulosis milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang terletak dalam paru.
o TB ekstra paru adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain
paru seperti pleura, kalenjar getah bening termasuk mediastinum danatau hilus, abdomen, traktus genitourinarius, kulit, sendi,
tulang dan selaput otak. 2.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi o
Tuberkulosis paru BTA positif apabila:
Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif pada
laboratorium yang memenuhi syarat quality external
Universitas Sumatera Utara
assurance EQA. Sebaiknya satu kali pemeriksaan dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari.
Pada Negara atau daerah yang belum memiliki
laboratorium dengan syarat EQA, maka TB paru BTA positif apabila terdapat salah satu di bawah ini:
- Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif
- Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan
didukung hasil pemeriksaan foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi
- Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah
hasil kultur M. tuberculosis positif.
o Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila:
Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif.
- sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA
negatif pada laboratorium yang memenuhi syarat EQA.
- Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil
pemeriksaan dahak BTA negatif untuk memastikan diagnosis terutama pada daerah dengan prevalens
HIV 1 atau pasien TB dengan kehamilan 5. ATAU
Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang belum memiliki fasilitas kultur M. tuberculosis, tetapi memenuhi kriteria berikut:
Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai
salah satu dibawah ini: I.
Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai HIV
II. Jika HIV negatif atau status HIV tidak diketahui atau
prevalens HIV rendah, tidak menunjukkan perbaikan
Universitas Sumatera Utara
setelah pemberian antibiotik spektrum luas kecuali antibiotik yang mempunyai efek anti TB seperti
fluorokuinolon dan aminoglikoida o
Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan BTA negatif biakan juga negatif bila ada dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB
yang tidak aktif, atau foto serial dalam dua bulan menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT dua bulan tetapi pada foto
toraks ulang tidak terdapat perubahan radiologi.
Gambar 2.3. klasifikasi tuberkulosis Sumber: Buku Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia
3. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Riwayat pengobatan sangat penting diketahui untuk melihat resiko resistensi obat atau MDR. Pada kelompok ini perlu dilakukan pemeriksaan
kultur dan uji kepekaaan OAT. Tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu:
o Pasien baru adalah pasien yang belum pernah mendapatkan
pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan. Pasien dengan hasil dahak BTA positif atau
negatif dengan lokasi anatomi penyakit di manapun.
TB TB paru
TB ekstra paru
TB paru BTA + TB paru BTA -
Universitas Sumatera Utara
o Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang
sudah pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya minimal satu bulan, dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan
lokasi anatomi penyakit di manapun. 4.
Status HIV Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan
pengobatan HIV. Tidak semua pasien TB paru perlu diuji HIV. Hanya pasien TB paru tertentu saja yang memerlukan uji HIV, misalnya:
a. Ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV
b. Hasil pengobatan OAT tidak memuaskan
c. Multi Drug Resistance MDR TBTB kronik
Menurut buku Radiologi Diagnostik karya Sjahriar Rasad 2013, tuberkulosis paru dibagi menjadi
I. Tuberkulosis anak infeksi primer
II. Tuberkulosis orang dewasa re-infeksi
Tuberkulosis primer
Tuberkulosis primer ini biasanya terjadi pada anak – anak. Kelainan foto toraks akibat penyakit ini dapat terjadi di mana saja dalam paru – paru, namun sarang
dalam parenkim paru – paru sering disertai oleh pembesaran kelenjar limfe regional kompleks primer.
Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah pleuritis, karena perluasan infiltrat primer ke pleura melalui penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah
atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke dalam bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis tuberkulosis pada anak – anak mungkin
demikian luas sehingga sarang primer tersembunyi di belakangnya.
Universitas Sumatera Utara
Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis re-infeksi
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa. Saat ini pendapat umum mengenai penyakit tersebut adalah bahwa timbul reinfeksi pada seorang
yang dimasa kecilnya pernah menderita tuberkulosis primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri.
Sarang – sarang yang terlihat pada foto toraks biasanya berkedudukan di lapangan atas dan segmen apikal lobi bawah, walaupun kadang – kadang dapat juga terjadi
di lapangan bawah, yang biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar – kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder jarang ditemukan.
Klasifikasi tuberkulosis sekunder Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberkulosis Association:
1. Tuberkulosis minimal minimal tuberculosis: yaitu luas sarang – sarang
yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks, dan iga 2 depan tetapi sarang – sarang soliter dapat berada di mana
saja, tidak harus berada dalam daerah tersebut di atas. Tidak ditemukan adanya lubang kavitas.
2. Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced tuberculosis: yaitu luas
sarang – sarang yang bersifat bercak – bercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada lubang, diameternya tidak melebihi 4cm. Kalau
sifat bayangan sarang – sarang tersebut berupa awan – awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak boleh
melebihi luas satu lobus. 3.
Tuberkulosis sangat lanjut far advanced tuberculosis: yaitu luas daerah yang dihinggapi oleh sarang – sarang lebih daripada klasifikasi kedua di
atas, atau bila ada lubang – lubang, maka diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. skema klasifikasi American Tuberculosis Association Sumber: Buku Radiologi Diagnostik
2.2.4. Patogenesis