Pengolahan Data Analisis Data

2. Masukkan data koordinat stasiun hujan untuk pembuatan poligon Thiessen pada menu Add XY data pada tools file Gambar 4.4 Add XY Data Stasiun Hujan 3. Membuat Poligon Thiessen dengan langkah-langkah sebagai berikut pilih Arc Toolbox –Analiysis Tools – Proximity - Create Thiessen Polygon. Gambar 4.5 Hasil Poligon Thiessen Pada DAS Kali Progo 4. Buka Peta DAS Kali progo yang berupa SHP melalui menu add data . Gambar 4.6 DAS Kali Progo 5. Setelah polygon Thiessen jadi kemudian dilakukan pemotongan clip untuk menghitung luasan dari stasiun yang berpengaruh pada DAS. Gambar 4.7 Poligon Thiessen Pada DAS Kali Progo 6. Membuat tabel keterangan luasan stasiun hujan berpengaruh sesuai dengan poligon thiessen yang sudah dibuat. Caranya dengan klik kanan data shp poligon Thiessen pada Table of contents, kemudian pilih Open attribut table . Gambar 4.8 Tabel Luasan Stasiun Hujan Berpengaruh Pada DAS

4.4.2. Analisis Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan Standar WMO

Analisis kerapatan stasiun hujan berdasarkan standar WMO, didasarkan pada luasan daerah pengaruh masing-masing stasiun. Besarnya luasan daerah pengaruh masing-masing stasiun hujan dihitung dengan menggunakan metode poligon Thiessen, penggunaan metode poligon Thiessen dikarenakan penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Dengan menggunakan menu create Thiessen polygon pada program ArcGis 10.1 didapat nilai luasan pengaruh dari setiap stasiun hujan terhadap Daerah Aliran Sungai kali Progo seperti yang di tunjukan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Analisis Kerapatan Stasiun Hujan berdasarkan Standar WMO No. Luas Daerah Pengaruhkm 2 Per Pos Hujan Stasiun Hujan Koordinat Luas km 2 X y 1 Gembogan 110,211 -7,857 60,07 2 Wonogomotepus 110,588 -7,550 0,88 3 Tegal 110,242 -7,678 130,36 4 Kokaphargorejo 110,117 -7,870 0,35 5 Sapon 110,255 -7,922 36,98 6 Sanden 110,268 -7,954 20,49 7 Pajangan 110,317 -7,905 24,66 8 Kenteng 110,255 -7,786 83,85 9 Kalijoho 110,235 -7,823 56,4 10 Brosot 110,233 -7,941 65,7 11 Nyemengan 110,346 -7,844 39,63 12 Gemawang 110,368 -7,763 15,57 13 Beran 110,358 -7,731 19,34 14 Angin-angin 110,371 -7,674 48,8 15 Prumpung 110,392 -7,707 0,09 16 Kemput 110,405 -7,639 150,67 17 Seyegan 110,293 -7,696 41,37 18 Kalibawang 110,264 -7,676 29,79 19 Godean 110,301 -7,734 48,7 20 Badran 110,218 -7,374 553,24 21 Bedugansiluk 110,378 -7,367 290,3 22 Caturanom 110,083 -7,293 308,14 23 Mendut 110,245 -7,620 399,28 Sumber : Hasil Analisa, 2016

4.4.3. Analisis Jaringan Stasiun Hujan Rekomendasi

Dari beberapa cara penetapan jaringan pengukuran hujan yang ada, terdapat cara yang relatif sederhana dalam pemakaian, baik dalam pengertian data yang dibutuhkan maupun prosedur hitungannya. Keuntungan cara ini adalah selain jumlah stasiun yang dibutuhkan dengan tingkat ketelitian tertentu dapat ditetapkan, akan tetapi juga sekaligus cara ini dapat memberikan pola penempatan stasiun hujan yang jelas. Cara ini dikemukakan oleh Kagan 1967. Secara garis besar langkah- langkah yang dapat di tempuh sebagai berikut: