Faktor Pendorong Minat Baca Upaya Menumbuhkan Minat Baca

15 Menurut Almasyari dan Djaja 2007 : 10-11 Rendahnya minat baca disebabkan oleh banyak faktor diantaranya yaitu : 1. Kemiskinan Sebagian besar masyarakat kita masih hidup dibawah garis kemiskinan, indikatornya adalah pendapatan perkapita penduduk yang masih rendah. Dengan pendapatan yang rendah, sulit untuk memenuhi beragamkebutuhan pokok. Oleh karena itu, wajar apabila rakyat tidak memprioritaskan pembelian buku. Daripada untuk membeli buku, uang yang mereka miliki lebih baik dibelanjakan untuk kebutuhan hidup yang lain. 2. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang arti penting perpustakaan Masyarakat kita masih memprioritaskan bagaimana mengatasi kemiskinan dan kesulitan hidup. Masih terlalu sedikit masyarakat yang memiliki kesadaran untuk membentuk perpustakaan dilingkungan keluarga masingmasing. Hal ini tidak mengherankan karena budaya membaca telah terdesak oleh budaya televisi. Anak-anak lebih betah tinggal di depan layar televisi daripada harus membaca beberapa lembar buku, surat kabar, atau buku cerita yang mereka miliki. 3. Minimnya peran serta swasta Pembentukan perpustakaan jelas membutuhkan anggaran yang tidak kecil. Untuk membuat tempat yang bisa dijadikan perpustakaan sajamemerlukan biaya yang tidak kecil apalagi harus membeli beragam jenis bahan pustaka. Belum lagi untuk menggaji karyawan yang diberi tugas menjaga dan mengelola perpustakaan. Oleh karena itu, peran serta swasta perlu untuk dibangkitkan agar mau menjalin kerja sama dengan institusi atau pengelola perpustakaan. Swasta yang dimaksud bisa berasal dari perusahaan terdekat, LSM, atau jaringan masyarakat kota yang telah sukses. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa hal itulah yang menyebabkan membaca belum dijadikan sebagai suatu kebiasaan secara terus menerus dan berkelanjutan yang pada akhirnya akan berakibat pada rendahnya budaya baca dalam suatu masyarakat.

2.3.4 Faktor Pendorong Minat Baca

Faktor pendorong minat baca dilakukan dengan cara pembudayan kegemaran membaca. Menurut Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Perpustakaan 2007 : 284, Pembudayaan Kegemaran membaca adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 16 1. Pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui gerakan nasional gemar membaca. 2. Gerakan nasional gemar membaca sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan seluruh masyarakat. 3. Satuan pendidikan membina pembudayaan kegemaran membaca peserta didik dengan memanfaatkan perpustakaan. 4. Perpustakaan wajib mendukung dan memasyarakatkan gerakan nasional gemar membaca melalui penyediaan karya tulis, karya cetak, dan karya rekam. 5. Untuk mewujudkan pembudayaan kegemaran membaca sebagaimana dimaksud pada ayat 1, perpustakaan bekerja sama dengan pemangku kepentingan. Menurut Fuad Hasan dalam Sutarno 2006:27, faktor yang menjadi pendorong atas bangkitnya minat baca ialah: 1. Ketertarikan 2. Kegemaran 3. Hobi membaca, dan 4. Pendorong tumbuhnya kebiasaan membaca adalah kemauan dan kemampuan membaca sedangkan kebiasaan membaca terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, memadai, baik jenis, jumlah, maupun mutunya. Inilah sebuah formula yang secara ringkas untuk mengembangkan minat dan budaya baca. Dari rumusan konsepsi tersebut tersirat tentang perlunya minat baca dibangkitkan sejak usia dini kanakkanak. Dari teori di atas dapat dikatakan bahwa minat membaca harus tumbuh dari dalam diri sendiri dan didukung oleh fasilitas yang disediakan oleh pemerintah.

2.3.5 Upaya Menumbuhkan Minat Baca

Menumbuhkan minat membaca adalah suatu hal yang akan selalu mengemuka, terutama pada kalangan pelajar. Dampak yang dirasakan saat ini, membaca belum menjadi suatu budaya dalam diri siswa. Salah satu hal yang mungkin bisa kita lakukan atau yang dapat dilakukan oleh kalangan pendidik terhadap anak didiknya adalah memberi tugas membaca dan menulis isi dari buku yang mereka baca, lalu memberikan penghargaan dari tugas mereka. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan budaya membaca. Universitas Sumatera Utara 17 Menurut Masri Sareb Putra 2008 : 9 – 10 terdapat sembilan tahapan menuju budaya baca sebagai berikut: 1. Tidak sengaja membaca, bisa dialami oleh siapa saja dan dimana saja. Ketika sedang naik kendaraan, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, mata kita tidak sengaja membaca tulisan. Baik iklan atau tulisan dikendaraan, maupun tulisan di dinding. Bahkan, kalau truk di dekat kita, tulisan truk pasti mencolok mata. Dari tulisan yang sopan, hingga tulisan yang seronok, hampir selalu ada di truk. Misalnya, anak jalanan, kunanti cintamu, kutunggu jandamu dan sebagainya. Dan kita tidak sengaja membacanya, tapi kebetulan saja pada saat itu, mata kita terarah pada tulisan. Ini adalah tahap pertama membaca, tidak sengaja, atau secara kebetulan. 2. Membolak-balik majalah dan buku secara acak, untuk menemukan topik yang menarik, adalah awal yang baik menuju budaya baca. Kalau sudah menemukan bagian yang dirasa menarik, maka akan dibaca sampai tuntas. 3. Membaca komik dan surat kabar, banyak orang tua dan pendidikan melarang anak membaca komik. Alasannya, komik kurang mendidik. Pasti tidak semua komik adalah bacaan yang buruk, bukankah masih bisa dipetik satu hikmah di dalamnya, jangan melakukannya yang buruk Kalau misalnya di dalam komik itu masih terdapat lebih dari satu unsur baiknya, pasti bacaan itu sangat berguna. 4. Buku pertama apa yang mulai baca, bukan sekedar dibolak balik. Tapi dibaca sampai tuntas. Tak ada sepatah kata pun yang terlewati. Saya sendiri baru membaca sebuah buku utuh waktu duduk di kelas satu SMA. Waktu itu perpustakaan sekolah cukup lengkap menyediakan bacaan remaja. Meski sudah 29 tahun berlalu, samapi sekarang saya masih ingat judul dan pengarang buku pertama yang saya baca ialah Ali Topan Anak Jalanan karangan Teguh Esha. Karena sangat menyukai dan sayang pada bacaan pertama itu, saya sangat ingin memilikinya. Tahun 2003, dalam sebuah perjalanan libur ke bali, kami sekeluarga istirahat di banyuwangi. Di salah satu kota indah perbatasan antara Jatim dan Bali ini, terdapat restoran, sekaligus gerai Vision 03. Tak menyia-nyiakan kesempatan, saya membeli buku pertama yang saya baca itu sebagai monumen. Meski puluhan tahun lalu pernah membacanya sampai tuntas, saya ingin mengulang membacanya lagi. Tidak merasa bosan, bacaan itu saya baca lagi sampai tamat. 5. Bacaan tertentu, orang hanya mau dan menyukai bacaan itu saja. Misalnya, komik saja, atau novel saja. Bahkan, hanya menyukai jenis bacaan komik saja, bisa jadi seseorang fanatik pada pengarang tertentu. Menyukai novel, hanya suka pengarang tertentu. Kalau anak anda, atau bahkan anda sendiri demikian, jangan cemas. Teruskan saja membaca Menyukai bacaan tertentu, suatu saat akan beralih ke bacaan yang lain. 6. Pengembangan secara umumnya, kutu buku tidak akan berhenti membaca dan mengelana. Kalau sudah menemukan hiburan dalam buku, yang lain akan ditinggalkan. Waktu untuk menonton TV akan semakin berkurang. Universitas Sumatera Utara 18 7. Bacaan yang lebih luas, seseorang merasa tidak puas hanya dengan membaca jenis bacaan tertentu. Ia mulai merasa haus buku. Tidak hanya ia menemukan di dalam buku informasi yang penting buatnya, ia juga menemukan hiburan. Dari awal mula membaca novel, ia memperluas bacaannya ke buku-buku serius, misalnya buku informasi atau buku how to. 8. Mencari buku sendiri, seseorang tidak lagi menunggu. Kalau tidak tersedia di perpustakaan pribadi di rumah, ia mencarinya keluar ke perpustakaan lain. Kalau tidak ada di sana, ia mencarinya ke toko buku. Mencari buku sendiri ini, menimbulkan bukan saja kesenangan, tapi juga kebanggaan. Biasanya, pada tahapan ini seseorang yang sudah memiliki perpustakaan pribadi. Koleksi pribadinya sudah cukup banyak, setelah sekian lama membeli dan mengoleksi. Setiap bulan, sudah ada pos pembelian buku yang jumlahnya bervariasi. Tentu tidak semua orang pada tahapan ini bisa menyamai penulis dan signer seperti Andrias Harefa atau Eduard Depari yang sebulan menghabiskan Rp 2 juta hanya untuk membeli buku, satu bulan, satu buku, sudah cukup memadai. Sekian tahun mencari buku sendiri. Anda akan mengumpulkan puluhan atau bahkan ratusan buku. Saya mencapai tahapan ini kira-kira enam tahun lalu saat memasuki usia 40 tahun. Sejak itu, saya rutin membeli buku. Sebab buku yang saya beli itu pasti memnghasilkan lebih dari biaya yang dikeluarkan. Kalau tidak diulas dan ditulis menjadi resensi setelah dibaca, buku itu menjadi referensi saya menulis. Kini koleksi buku pribadi saya baru 3 ribu judul. 9. Tidak hanya gemar membaca, orang yang sudah mencapai tahap puncak membaca ini juga ingin menuangkan perolehannya dari membaca ke dalam tulisan. Seseorang yang banyak membaca, kepalanya serasa pecah karena berjejal begitu banyak pengetahuan dan informasi. Ia ingin menumpahkan semuanya itu ke dalam tulisan. Maka tidak ada penulis yang tidak suka membaca. Setiap penulis adalah kutu buku. Tidak mudah meniti jalan menuju puncak membaca. Namun, kalau ada kemauan. Manfaat membaca sebenarnya dirasakan dalam waktu tidak terlalu lama. Seseorang yang ketika ujian wacana misalnya, kalau tidak bisa membaca, akan lama mengenalisis. Tapi orang yang suka membaca, akan cepat terbiasa, karena neoron syarafnya akan terbiasa bekerja. Menurut Darmono 2007 : 220 adapun peran yang harus dijalankan oleh perpustakaan dalam usaha menumbuhkan minat dan budaya baca sebagai berikut : 1. Memilih bahan bacaan yang menarik bagi pengguna perpustakaan.Memilih bahan bacaan sangatlah perlu. Perlunya memilih bahan bacaan tersebut dikarenakan adanya suatu hubungan antara bahan bacaan dengan si pembaca, misalnya ada di dalam buku bacaan karakter atau peran yang jelas, dan ada juga bab yang pendek dan singkat. 2. Menganjurkan berbagai cara penyajian pelajaran dikaitkan dengan tugas-tugas di perpustakaan. Universitas Sumatera Utara 19 3. Memberikan berbagai kemudahan dalam mendapatkan bacaan yang menarik untuk pengguna perpustakaan. 4. Memberikan kebebasan membaca secara leluasa kepada pemakai perpustakaan. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi anak dalam mencari dan menemukan sendiri bacaan yang sesuai dengan minatnya. 5. Perpustakaan perlu dikelola dengan baik agar pemakai merasa betah dan kerasan berkunjung ke perpustakaan. 6. Perpustakaan perlu melakukan berbagai promosi kepada masyarakat berkaitan dengan pemanfaatan perpustakaan dan berkaitan dengan peningkatan minat dan kegemaran membaca siswa. 7. Menanamkan kesadaran dalam diri pemakai perpustakaan bahwa membaca sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam mencapai keberhasilan sekolah. 8. Melakukan berbagai kegiatan seperti lomba minat dan kegemaran membaca. Lomba ini bisa dilakukan oleh perpustakaan sekolah. Lomba minat baca sudah merupakan kegiatan yang selalu dilaksanakaan. 9. Memberikan penghargaan kepada siswa yang paling banyak meminjam buku di perpustakaan dalam kurun waktu tertentu. 10. Membantu peserta didik memperjelas dan memperluas pengetahuan pada setiap bidang studi. Keberadaan dan tujuan perpustakaan sekolah harus terintegrasi dengan seluruh kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai laboratorium ringan yang sesuai dengan tujuan yang terdapat di dalam kurikulum. 11. Mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan belajar mandiri. Setelah tahap-tahap tersebut dapat di lalui dengan baik, maka pada diri seseorang tersebut mulai terbentuk adanya suatu budaya baca. Sebuah budaya baca memberikan corak warna, yang tergambarkan dalam pola, sikap, perilaku, seperti bagaimana cara pandang dan respon dalam kehidupan sehari-hari yang apa adanya.

2.4 Budaya Membaca