1. Alat bukti pengakuan menurut HIR, yang dalam KUHAP diperluas
menjadi keterangan terdakwa. Pengertian keterangan terdakwa lebih luas dari sekedar pengakuan.
2. Dalam KUHAP ditambahkan, alat bukti baru yang dulu dalam HIR bukan
merupakan alat bukti, yakni keterangan ahli.
a. Alat Bukti Keterangan Saksi
KUHAP telah memberikan batasan pengertian saksi, ialah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan
peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu Pasal 1 angka
26. Sedangkan keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya Pasal 1 angka 27.
64
Dari batasan UU tentang saksi dan keterangan saksi tersebut, dapatlah ditarik 3 kesimpulan, yakni:
1. Bahwa tujuan saksi memberikan keterangan ialah untuk kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan. Ketentuan ini juga mengandung pengertian bahwa saksi diperlukan dan memberikan keterangannya dalam 2
tingkat yakni ditingkat penyidikan dan ditingkat penuntutan di sidang pengadilan.
64
Ibid., hal. 37.
2. Bahwa isi apa yang diterangkan, adalah segala sesuatu yang ia dengar sendiri,
ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Keterangan mengenai segala sesuatu yang sumbernya di luar 3 sumber tadi, tidaklah mempunyai nilai atau kekuatan
pembuktian. Ketentuan ini menjadi suatu prinsip pembuktian dengan menggunakan alat bukti keterangan saksi.
3. Bahwa keterangan saksi haruslah disertai alasan dari sebab apa ia mengetahui
tentang sesuatu yang ia terangkan. Artinya, isinya keterangan baru berharga dan bernilai pembuktian apabila setelah memberikan keterangan ia kemudian
menerangkan tentang sebab-sebab dari pengetahuannya tersebut. Hal ini pun merupakan prinsip umum alat bukti keterangan saksi dalam hal pembuktian.
65
Di dalam batasan pengertian saksi dan keterangan saksi Pasal 1 angka 26 dan 27, terdapat mengenai syarat, yakni: apa yang diterangkan adalah mengenai
hal yang dilihat, didengar dan dialami saksi sendiri. Apabila syarat itu tidak dipenuhi maka keterangan saksi tersebut tidak bernilai pembuktian, karena bukan
sebagai alat bukti yang sah. Oleh karena itu, tidak dapat dipertimbangkan sebagai alat bukti perkara pidana. Tentu saja tidak dapat digunakan untuk membentuk
keyakinan hakim.
66
Syarat keterangan saksi agar keterangannya itu menjadi sah dan berharga, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan hakim dalam hal
membentuk keyakinannya, dapat terletak pada beberapa hal, ialah:
65
Ibid., hal. 38.
66
Ibid., hal. 39.
i. Hal kualitas pribadi saksi
Kualitas pribadi yang dimaksud adalah kualitas saksi dalam hubungan dengan terdakwa. Prinsip umum mengenai kualitas pribadi saksi dalam hukum
pembuktian adalah tidak ada hubungan keluarga. Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Kekecualian menjadi saksi tercantum dalam Pasal 186
KUHAP berikut: 1
Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa; 2
Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena
perkawinan, dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga; 3
Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama- sama sebagai terdakwa.
Ratio dari pembatasan ini adalah untuk mencapai objektivitas isi keterangan saksi. Namun, bila ada hubungan keluarga, maka ada batas-batas
hubungan tertentu yang tidak boleh menjadi saksi. Sedangkan hubungan keluarga diluar batas-batas yang ditetapkan, tidak berhalangan untuk memberikan
keterangan saksi, tetapi masih juga ada perkecualian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 170. Menurut ayat 1 pasal ini dikecualikan untuk menjadi saksi
adalah mereka yang karena jabatan, harkat dan martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat diminta dibebaskan dari kewajiban untuk
memberikan keterangan sebagai saksi, yakni tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
Ada perkecualian dari orang yang tidak boleh didengar keterangannya dalam sidang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 168 tersebut, sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 169. Menurut Pasal 169, orang –orang yang berkualitas dalam hubungan kekeluargaan sebagaimana disebutkan Pasal 168 dapat
memberikan keterangannya apabila: 1
Mereka yang berkedudukan dalam hubungan keluarga itu menghendaki untuk memberikan keterangan;
2 Jaksa Penuntut Umum dan terdakwa secara tegas menyetujuinya.
Biasanya, dalam praktik saksi yang demikian diajukan oleh penasihat hukum. Kemudian hakim akan menanyakan relevansinya dengan pokok perkara
yang sedang diperiksa. Apabila menurut pertimbangan hakim cukup alasannya untuk dapat didengar keterangannya, maka hakim meminta kepastian kepada
jaksa penuntut umum dan terdakwa apakah mereka menyetujuinya. Keterangan saksi keluarga ini harus tidak diatas sumpah. Karena tidak diatas disumpah, maka
keterangan demikian nilai pembuktiannya sepenuhnya bergantung kepada pertimbangan hakim. Artinya, hakim boleh menggunakannya dan boleh juga
tidak. Jika digunakan, maka tidak dapat disamakan nilainya dengan nilai keterangan saksi yang disumpah, melainkan sekedar dipergunakan sebagai
tambahan atas keterangan saksi yang disumpah Pasal 185 ayat 7, atau sekedar memperkuat alat bukti yang sudah ada saja. Dapat menambah nilai pembuktian
dari alat bukti yang sudah ada dengan syarat isi keterangan saksi yang tidak
disumpah tadi harus bersesuaian dengan keterangan saksi yang disumpah; dan keterangan saksi yang disumpah ini telah memenuhi syarat minimal pembuktian.
Artinya, isinya bersesuaian dengan isi dari alat bukti yang lain.
67
ii. Hal apa yang diterangkan saksi
Ada 2 syarat yang menyangkut keterangan saksi di muka sidang pengadilan yang tidak bisa dipisahkan, agar keterangan itu bernilai dan berharga
pembuktian, yang dapat dipertimbangkan untuk membentuk keyakinan hakim, yaitu:
1. Sumber pengetahuan saksi
Artinya, bahwa apa yang diterangkan oleh saksi haruslah bersumber dari pribadinya sendiri, bukan keterangan yang didapat dari orang lain.
Keterangan yang didapat dari cerita orang lain, tidaklah mempunyai nilai pembuktian.
2. Substansi isi keterangan
Isi keterangan saksi haruslah keterangan mengenai fakta, yaitu apa yang dia lihat, dia dengar dan dia alami sendiri. Oleh karena itu, pendapat
bukanlah termasuk fakta sehingga tidak termasuk keterangan saksi yang dimaksud Pasal 1 angka 27. Mengenai hal itu ditegaskan oleh Pasal 185
ayat 5, yang menyatakan bahwa: “baik pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran,
bukan merupakan keterangan saksi”.
68
67
Ibid., hal. 42.
68
Ibid., hal. 45.
iii. Alasan apa saksi mengetahui tentang apa yang diterangkan
Apa yang dimaksud dengan alasan adalah segala sesuatu yang menjadi sebab mengapa seorang saksi melihat, dan mendengar atau mengalami tentang
peristiwa yang diterangkan saksi. Keterangan saksi di muka sidang pengadilan, tetapi dari rangkaian keterangannya tidak didapat keterangan mengenai sebab
pengetahuan mengenai apa yang saksi terangkan, maka keterangan tanpa sebab pengetahuannya itu tidak bernilai pembuktian.
69
iv. Syarat mengucap sumpah atau janji
Pasal 160 ayat 3 KUHAP mewajibkan pada saksi sebelum memberikan keterangan untuk terlebih dahulu mengucapkan sumpah atau janji menurut cara
agamanya, yang isinya sumpah atau janji bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya. Cara penyumpahan ini
disebut dengan promissoris, artinya sanggup berkata yang benar. Kepercayaan atas kebenaran isi keterangan yang diletakkan diatas sumpah
atau dikuatkan dengan sumpah, didasarkan pada dua alasan yang bersifat menekan secara psikologis orang, yaitu: Pertama, pada kepercayaan terhadap sanski dosa
dan kutukan dari Tuhan kepada orang yang dengan sengaja melanggar sumpah, sesuai dengan agama yang dianut. Dengan alasan ini maka sumpah yang
diucapkan saksi haruslah berdasarkan dan menurut cara agama masing-masing. Kedua, pada sanksi hukum pidana. Hukum pidana telah menentukan sanksi
pidana maksimum 7 tahun sampai 9 tahun penjara bagi orang yang memberikan keterangan palsu diatas sumpah Pasal 242 KUHP.
69
Ibid., hal. 48.
v. Syarat adanya hubungan keterangan saksi dengan keterangan saksi lainnya
atau alat bukti lain. Pasal 185 ayat 2 menentukan bahwa:
“keterangan seorang saksi sadja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya”.
Mengikuti ketentuan ini, maka suatu fakta yang didapat dari keterangan saksi yang satu agar menjadi berharga haruslah didukung dengan keterangan saksi yang
lain, atau didukung oleh alat bukti lain. Maksudnya didukung adalah keterangan satu saksi harus sama, yang dalam praktik disebut bersesuaian dengan keterangan
saksi yang lain atau alat bukti yang lain. Fakta yang diperoleh dari keterangan satu saksi yang saling bersesuaian dengan keterangan saksi lain atau alat bukti lain saja
yang dapat dipertimbangkan hakim untuk membentuk keyakinannya bahwa tindak pidana telah terjadi dan terdakwa bersalah melakukannya. Hanya diatas keyakinan
yang dibentuk berdasarkan minimal dua alat yang sah itu saja pidana boleh dijatuhkan.
70
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menilai kekuatan keterangan saksi dalam persidangan. Dalam menilai keterangan saksi, disamping
harus memperhatikan tentang syarat sah dan berharganya keterangan saksi, juga harus memperhatikan standar penilaian keterangan saksi. Hal yang harus
diperhatikan sebagaimana yang telah ditentukan Pasal 185 ayat 6, ialah: 1.
Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan saksi yang lainnya; 2.
Persesuaian keterangan saksi dengan alat bukti lain;
70
Ibid., hal. 53.
3. Alasan saksi memberikan keterangan tertentu;
4. Cara hidup dan kesusilaan saksi.
Di samping itu, ada hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam menilai keterangan saksi, ialah:
1. Tanggapan terdakwa terhadap keterangan saksi Pasal 164 ayat 1
KUHAP, dan 2.
Persesuaian keterangan saksi di persidangan dengan keterangannya di tingkat penyidikan Pasal 163 KUHAP.
b. Alat Bukti Keterangan Ahli