karena itu bersifat bebas. Dalam hukum acara pidana, yang dicari adalah kebenaran materil atau kebenaran sejati, sehingga konsekuensinyahakim bebas
untuk menggunakan atau mengesampigkan sebuah surat. Disamping itu haruslah diingat tentang adanya minimum pembuktian, walaupun ditinjau dari segi formal
alat bukti surat resmi otentik yang berbentuk surat yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan undang-undang adalah alat bukti yang sah dan bernilai sempurna,
namun nilai kesempurnaannya, pada alat bukti surat yang bersangkutan tidak berdiri sendiri, melainkan sekurang-kurangnya harus dibantu dengan satu alat
bukti yang sah lainnya.
d. Alat Bukti Petunjuk
Pasal 188 ayat 1 memberikan pengertian petunjuk, yaitu: “perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik
antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa
pelakunya”.
Penjelasan pasal ini menyebutkan bahwa pemberian nilai atas petunjuk itu diserahkan kepada kebijaksanaan hakim. Karena alat bukti petunjuk ini adalah
berupa pemikiran atau pendapat hakim yang dibentuk dari hubungan atau persesuaian alat bukti yang ada dan dipergunakan dalam sidang, maka sifat
subyektivitas hakim lebih dominan. Oleh karena itu, Pasal 188 ayat 3 mengingatkan hakim agar dalam menilai kekuatan alat bukti petunjuk dalam
setiap keadaan tertentu harus dilakukan dengan arif dan bijaksana, setelah hakim memeriksa dengan cermat dan seksama yang didasarkan hati nuraninya. Menurut
Pasal 188 ayat 2 KUHAP dalam hal cara memperoleh alat bukti petunjuk, hanya dapat diperoleh dari:
1 Keterangan saksi;
2 Surat;
3 Keterangan terdakwa.
Nilai kekuatan pembuktian bewijskracht dari alat bukti petunjuk sama
dengan alat bukti lainnya yaitu bebas. Hakim tidak terikat atas kebenaran persesuaian yang diwujudkan oleh petunjuk. Dalam menggunakan alat bukti
petujuk, tugas hakim akan lebih sulit, ia harus mencari hubungan antara perbuatan, kejadian atau keadaan, menarik kesimpulan yang perlu serta
mengkombinasikan akibat-akibatnya dan akhirnya sampai pada suatu keputusan tentang terbukti atau tidaknya sesuatu yang telah didakwakan.
e. Keterangan Terdakwa
Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan Pasal 1 butir 15 KUHAP. Keterangan terdakwa ialah apa
yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri Pasal 189 ayat 1 KUHAP. Keterangan
terdakwa yang diberikan dalam persidangan barulah merupakan alat bukti. Keterangan tersebut berisi pernyataan terdakwa tentang apa yang ia perbuat, apa
yang ia lakukan, dan apa yang ia alami. Keterangan terdakwa di luar sidang keterangan tersangka tidak bisa dipergunakan untuk menemukan bukti dalam
sidang, jika tidak didukung alat bukti yang sah. Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian keterangan terdakwa
tersebut tidak bisa untuk memberatkan sesama terdakwa.
73
73
Hari Sasangka dan Lily Rosita, Op. Cit., hal. 96.
C. Bukti Elektronik Sebagai Alat Bukti yang Sah dalam Hukum Pidana