2.4.3. Pelaksanaan
MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit.Tes ini dirancang agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi kesehatan
atau tenaga terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk penggunaannya.
2.4.4. Penggunaan Klinis
MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta
valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif.Hasilnya, MMSE menjadi suatu
metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak di dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan sebagai instrumen
skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi skala besar demensia.. Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini memiliki tes
retest dan reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan diagnosis klinis independen demensia dan penyakit Alzheimer. Karena performance pada MMSE
dapat dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien yang sehat, beberapa pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan ambang skor
berdasarkan umur dan status pendidikan untuk mendeteksi demensia. Kelemahan terbesar
MMSE yang
banyak disebutkan
ialah batasannya
atau ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan kognitif yang terganggu
di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain misalnya terbatasnya item verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian masalah atau judgment,
MMSE juga relatif tidak sensitif terhadap penurunan kognitif yang sangat ringan terutama pada individual dengan status pendidikan tinggi. Walaupun batasan-
batasan ini mengurangi manfaat MMSE, tes ini tetap menjadi instrumen yang sangat berharga untuk penilaian penurunan kognitif Rush, 2000 dalam Dayamaes
2013.
2.4.5 Interpretasi MMSE
Interpretasi MMSE didasarkan pada skor yang diperoleh pada saat pemeriksaan : 1. Skor 24-30 diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif normal 2.
Skor 17-23 berarti probable gangguan kognitif 3.Skor 0-16 berarti definite gangguan kognitif. Pada penelitian ini penulis mengambil kategori kognitif
normal dan gangguan kognitif untuk skor kurang dari 24.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut The Silent Killer karena biasanya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak merasakan adanya suatu tanda gejala pada tubuhnya
sebelum terjadi komplikasi yang lebih lanjut Chobanian et al, 2004. Gaya hidup masa kini yang semakin berkembang telah menyebabkan
meningkatnya angka kejadian hipertensi pada banyak orang. Diperkirakan sekitar 20 populasi orang dewasa menderita hipertensi, terutama pada orang dengan
usia lanjut lebih dari 60 tahun. Sekitar 50 dari orang berusia lanjut menderita hipertensi.Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 1 miliar orang menderita
hipertensi yang memberikan kontribusi 7,1 juta kematian per tahun Dreisbach, 2013.
Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan RI tahun 2007, diketahui prevalensi di Indonesia mencapai 31,7 dari populasi pada
usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut 60 penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Kemudian
pada tahun 2013 prevalensi hipertensi pada usia di atas 20 tahun mencapai 25,8 Riskesdas, 2013
Salah satu komplikasi hipertensi di sistem saraf pusat selain stroke juga dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, salah satunya fungsi memori yang
bila dibiarkan secara kronis dapat menyebabkan demensia Vascular Cognitive Impairment Sharp S,, 2011.
Beberapa studi menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko independen terhadap gangguan fungsi kognisi, baik dengan maupun tanpa riwayat
stroke sebelumnya. Penelitian tes kognisi yang dilakukan Arntzen et al,
menyatakan penurunan fungsi kognisi pada penderita hipertensi berupa atensi sebesar 13, fungsi eksekutif 36 dan penurunan memori sebesar 26 Arntzen
et al, 2011. Pada penelitian yang lainnya, didapatkan hasil penurunan fungsi
kognitif yang bermakna pada lansia penderita hipertensi yang lebih dari 5 tahun dibanding yang baru saja didiagnosa menderita hipertensi Taufik E, 2012
Pendapat lain menyatakan pengaruh tekanan darah terhadap fungsi kognitif adalah karena hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke, dan juga
dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer mungkin melalui penyakit pembuluh darah kecil, iskemi, stress oksidatif, dan inflamasi Dai W, 2008.
Berdasarkan latar belakang di atas tentang tingginya risiko hipertensi dan pengaruhnya terhadap penurunan fungsi kognitif, penulis ingin melakukan
penelitian mengenai kaitan lamanya hipertensi terhadap terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Lansia
Puskesmas Padang Bulan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan lamanya
hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lamanya hipertensi terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus