Hubungan Lamanya Hipertensi Dengan Gangguan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015
Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Anastasia Eka Puteri
NIM : 120100322
Tempat, Tanggal Lahir: Tanjungpinang, 22 Mei 1995
Agama : Islam
Alamat Email : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. TK Al-Falah (1999-2001)
2. SDN 004 Bukit Bestari (2001-2007) 3. SMPN 1 Tanjungpinang (2007-2010) 4. SMAN 1 Tanjungpinang (2010-2012)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara(2012-Sekarang)
Riwayat Organisasi :1. Bendahara Umum IMKR Medan (2012-2013) 2. Anggota Divisi HBI PM PHBI FK USU (2012-1013) 3. Wakil Bendahara III PEMA FK USU (2012-2013)
4.Sekretaris Departemen Infokom dan Eksternal PEMA FK USU (2013-2014)
5.Anggota Divisi Hubungan Masyarakat SCORA PEMA FK USU (2014-2015)
6. Sekretaris Divisi Pendidikan dan Pelatihan IMPM USU (2015-2016)
(2)
Lampiran 2 :Mini Mental State Examiation (MMSE)
Sumber : POKDI Behavioral Neurology PERDOSSI (modifikasi FOLSTEIN)
No Tes Skor Nilai
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit),
(lantai/kamar)
5 REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda ( Apel, Meja, Koin), tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
3 ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja mundur kata “ WAHYU” 5 MENGINGAT KEMBALI (RIKOL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 BAHASA
6 Penamaan: Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku)
2 7 Pengulangan: Pasien disuruh mengulang kata-kata:” namun”, “ tanpa”, “
bila” 1
8 Perintah 3 tingkat: Pasien disuruh melakukan perintah: “Ambil kertas ini
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”. 3 9 Membaca: Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah
“Pejamkanlah mata anda” 1
10 Menulis: Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 11 Menyalin gambar: Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1 Total 30
(3)
Lama Hipertensi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid < 5 tahun 16 32.0 32.0 32.0
>= 5 tahun 34 68.0 68.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Mini Mental State Examination
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Penurunan Fungsi
Kognitif
21 42.0 42.0 42.0
Normal 29 58.0 58.0 100.0
(4)
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid perempuan 28 56.0 56.0 56.0
laki-laki 22 44.0 44.0 100.0
(5)
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 10 20.0 20.0 20.0
SMP 7 14.0 14.0 34.0
SMA 16 32.0 32.0 66.0
Sarjana 17 34.0 34.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Lama Hipertensi * Mini Mental State Examination Crosstabulation Mini Mental State
Examination
Total Penurunan
Fungsi
Kognitif Normal
Lama Hipertensi < 5 tahun Count 2 14 16
% within Lama Hipertensi
12.5% 87.5% 100.0%
>= 5 tahun Count 19 15 34
% within Lama Hipertensi
55.9% 44.1% 100.0%
(6)
Lama Hipertensi * Mini Mental State Examination Crosstabulation Mini Mental State
Examination
Total Penurunan
Fungsi
Kognitif Normal
Lama Hipertensi < 5 tahun Count 2 14 16
% within Lama Hipertensi
12.5% 87.5% 100.0%
>= 5 tahun Count 19 15 34
% within Lama Hipertensi
55.9% 44.1% 100.0%
Total Count 21 29 50
% within Lama Hipertensi
(7)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 8.406a 1 .004
Continuity Correctionb 6.719 1 .010
Likelihood Ratio 9.310 1 .002
Fisher's Exact Test .005 .004
Linear-by-Linear Association
8.238 1 .004
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.72. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb
Approx. Sig. Interval by
Interval
Pearson's R -.410 .112 -3.115 .003c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-.410 .112 -3.115 .003c
(8)
Lampiran 4
DATA INDUK
No. Nama Usia Jenis
Kelamin Tingkat Pendidikan Lama Hipertensi Nilai MMSE 1 Juturen Ginting 68 Laki-Laki Sarjana > 5 Thn 20 2
Ny. Louise
Elisabet 60 Perempuan SMA < 5 Thn 24 3 Hj. Sri Sukiarti 65 Perempuan Sarjana > 5 Thn 22 4
Resni Br.
Tarigan 68 Perempuan Sarjana > 5 Thn 19 5
Herline
Sihotang 60 Perempuan Sarjana < 5 Thn 27 6
Sinta M.O.
Sihombing 64 Perempuan Sarjana < 5 Thn 27 7
Ir. Sinar
Sihombing 66 Laki-Laki Sarjana > 5 Thn 27 8
Sedia
Parangin-angin 69 Laki-Laki Sarjana > 5 Thn 23 9 Malia 61 Perempuan Sarjana < 5 Thn 27 10
Kallan Br.
Sembiring 68 Perempuan Sarjana > 5 Thn 27 11 Jhon K Tarigan 62 Laki-Laki SMA < 5 Thn 30 12 Subiyanto 61 Laki-Laki SMA < 5 Thn 28 13 Moncar Sitorus 79 Laki-Laki SMA > 5 Thn 14 14 Topan Kaban 75 Laki-Laki Sarjana > 5 Thn 21 15
Tagor
Simanjuntak 76 Laki-Laki SMP > 5 Thn 14 16 Ponten Tarigan 66 Laki-Laki SD < 5 Thn 23 17
Maju Andras
Ginting 69 Laki-Laki Sarjana > 5 Thn 26 18 M. Safii Sitepu 70 Laki-Laki SMP > 5 Thn 22 19
Maringan
Nababan 65 Laki-Laki SMA > 5 Thn 22
20
Setiamanda Br.
Ginting 60 Perempuan Sarjana < 5 Thn 28 21 Masa Sitepu 67 Laki-Laki SMA < 5 Thn 29 22 Ponen Tarigan 71 Laki-Laki SD > 5 Thn 19 23
Turiana
Nababan 68 Perempuan SMA < 5 Thn 27
24 Mirai Br tarigan 68 Perempuan SD > 5 Thn 16
25 Rakun 70 Perempuan SMP > 5 Thn 26
26 Umri Anshar 68 Laki-Laki SMP < 5 Thn 29 27 Naberi Ketaren 75 Perempuan SMP > 5 Thn 19 28
Resmawan Br
(9)
29 Rosmina 66 Perempuan SMA > 5 Thn 15
30 Yurni 65 Perempuan SMA > 5 Thn 25
31
Hayat Guru
Singan 73 Laki-Laki Sarjana > 5 Thn 30 32 R. Br Bagun 60 Perempuan SMA < 5 Thn 29 33 Supermin SE 63 Laki-Laki Sarjana < 5 Thn 29 34
Ganin Br
Sembiring 77 Perempuan SMP > 5 Thn 24 35 Hj Ainanur 73 Perempuan SMA > 5 Thn 25 36 Siti Aminah 78 Perempuan SD > 5 Thn 19
37 Asun 60 Laki-Laki SMA < 5 Thn 22
38 Hafi Zahara 84 Perempuan SD > 5 Thn 20 39 L. R. Pasaribu 73 Laki-Laki Sarjana > 5 Thn 29 40 Holina Tobing 71 Perempuan SMA > 5 Thn 25 41
Manambok
Hutagalung 60 Laki-Laki Sarjana > 5 Thn 28 42 Nur Baiti 73 Perempuan SMA > 5 Thn 27
43 Zaini 78 Perempuan SD > 5 Thn 24
44
Rehmin Br
Ginting 79 Perempuan SD > 5 Thn 20
45 Rugor Sinaga 60 Laki-Laki Sarjana > 5 Thn 28 46
D. Tiopan
Lumban Gaol 63 Laki-Laki SMA > 5 Thn 28 47 Raja Lacmi 70 Perempuan SD < 5 Thn 25 48 Salimah 77 Perempuan SMP > 5 Thn 19 49 R Bainah 67 Perempuan SD > 5 Thn 21
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, K., Wijayanti, D., Gunawan, E.A., Rumawas, M.E., Strisna, B. 2013. Hipertensi dan Risiko Mild Cognitive Impairment pada Usia Lanjut. Artikel Penelitian. Jakarta : Universitas Sumatera Utara
Anam, P., Muis, A., Widjojo, S., Rambe, S., Laksmidewi, A.P. and Pramono, A., et al. 2015.Panduan Nasional Praktik Klinik Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia. Jakarta : PERDOSSI
Anggraini, A.D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., Siahaan, S.S., 2009.Faktor- Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa puskesmas Bangkinang periode Januari sampai Juni 2008.Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Bangkinang : UNRI
Ariff, S., 2012. Hubungan Derajat Hipertensi dengan Kolesterol pada Pasien Hipertensi di RSUP Adam Malik.Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Medan : Sumatera Utara.
Arntzen, K.A., Schirmer, H., Wilsgaard, T., Mathiesen, E.B., 2011. Impact of cardiovascular risk factors on cognitive function : Te Tromso study. Eur J Neurol 2011, 18:737-743. doi: 10.1111-c.1468-1331.2010.03263.x Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2014. Jumlah Penduduk menurut kelompok
usia berdasarkan jenis kelamin. : http://sumut.bps.go.id [accessed 11 Oktober 2015]
Carayannis, G. 2000. Memory Cognitive Function Loss: ReGenesis medical centre. Avaible from
:http://carleenshope.weebly.com/uploads/4/0/3/6/4036917/memory_cogni tive_function_loss.pdf. [accessed 19 Juni 2015]
Chobanian, A.V., 2004. The Seventh Report of the Joint National Committee on: Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department of Health and Human Services. Avaible from
(16)
:http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/jnc7full.pdf [Accessed 3 Mei 2015]
Dai, W., Lopez, O.L, Carmichael, O.T., Becker, J.T., Kuller, L.H., and Gach, H.M. . 2008. Abnormal Reginal Cerebral Blood Flow in Cognitively Normal Elderly Subjects With Hypertension. National Institutes of Health. 39(2): 349-354. doi: 10.1161/STROKEAHA. 107.495457
Dayamaes, R., 2013. Gambaran Fungsi Kognitif Klien Usia Lanjut di Posbindu Rosella Legoso Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan. Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
DeJong, G., Farkas, E., Stienstra, C.M., Plass, J.R., Keijser, J.N., de la Torre, J.C., et al 1999. Cerebral Hypoperfusion Yields Cappylary Damage in the Hippocampal CA1 Area that correlates with Spatial Memory Impairment. Neuroscience 1999;91:203-210.
Dorland, W.A.N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 606
Dreisbach, A.W., 2014. Epidemiology of Hypertension. Medscape. Avaible from :http://emedicine.medscape.com/article/1928048-overview#a3 [Accessed 3 Mei 2015]
Faust R., 1994. Toxicity summary for toluene: Oak ridge reservational environtment restoration program. Article. US : Departmen of Energy Ghaidane, S., Ghaidane, A.M., Zahirudin, Q.S., Khatib, N. 2014. Essential
Hypertension and cognitive function in elderly. GJMEDPH Vol.3 Issue 2 Hanifa, A., 2009.Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal Kronik
di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Tahun 2009.Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Medan : Sumatera Utara.
Kalaria, R.N., Skoog, I., 2002. Overlap with Alzheimer’s Disease. Dalam
Vascular Cognitive Impairment. London: Martin Dunitz LTD. 145-159 Kaplan, N.M, Victor, R.G., Flynn. J.T. 2006. Kaplan’S Clinical Hypertension. 9th
(17)
Lezak, M.D., Howieson, D.B., & Loring, D.W. 2004.Neuropsychological Assessment, 4thedition.NY : Oxford University Press. Evidence Level VI: Exert Opinion.
Rambe, A. 2015.Pengaruh hipertensi terhadap fungsi kognitif. Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RISKESDAS, Riset Kesehatan Dasar, 2013. Avaible from :www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20 2013.pdf [Accesed 24 April 2015]
Ropper, A,H., Samuel M.H. 2009. Adam’s and Victor’s Principles of Neurology.
9th Edition. USA. 592-597
Sharp, S.I., Aarsland, D., Day, S., Sonnesyn, H., . 2011. Hypertension is a potential risk factor for vascular dementia: systemic review. Int J Geriatr
Psychiatry. Avaible from:
http://www.readcube.com/articles/10.1002%2Fgps.2572?r3_referer=wol &tracking_action=preview_click&show_checkout=1&purchase_referrer= onlinelibrary.wiley.com&purchase_site_license=LICENSE_DENIED [Accessed : 19 Juni 2015]
Stinga, E., Knauper, G., Murphy, J., and Gavrilovic. 2000. Collagen Degradation and Platelet Derived Growth Factor Stimulate the Migration of Vascular Smooth Muscle Cells. J Cell. Avaible from :http://jcs.biologist.org/content/113/11/2055.long [Accessed: 19 Juni 2015]
Sudarmoko, A., 2010.Tetap Tesenyum Melawan Hipertensi. Yogyakarta: Atma Media Press: 3-12
Sugiyanto, E. 2007.Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular.Dalam Cermin Dunia Kedokteran Volume 34 Neurologi.Artikel. ISS 0125-913X
Surrena, H., 2010. Handbook for Brunner& Suddart’s Textbook of Medical Surgical Nursing. 12th edition. Philadelpia: wolters Kluwer health/ Lippincott Williams &wilkins. 375-376
Susilo, Y., Wulandari, A., 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Andi: 5-12; 25;48-73
(18)
Taufik, E., 2012.Hubungan Hipertensi dengan Gangguan Fungsi Kognitif pada Lansia.Karya Tulis Imiah. Tidak dipublikasikan. Semarang : Universitas Diponegoro.
Wood, E., Dudchenko, P., Robitsek, R., and Eichenbaum, H. 2000. Hippocampal neurons encode information about different episodes occuring in the same location. doi: 10.1016/S0896-6273(00)00071-4
Zulsita, A. 2010.Gambaran Kognitif pada Lansia di RSUP H. Adam Malik.Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Medan: Sumatera Utara.
(19)
BAB 3
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Hipertensi TD sistolik
≥ 140 mmhg TD diastolik ≥ 90 mmhg
Spigmomanometer Anamnesa - Responden diukur tekanan darahnya dalam keadaan istirahat - Responden di anamnesa mengenai riwayat dan 1. Hipertensi di atas 5 tahun 2. Hipertensi
di bawah 5 tahun Nominal Variabel Terikat Gangguan Fungsi Kognitif Hipertensi
≥ 5 tahun
Hipertensi Kurang dari 5 tahun
(20)
jangka waktu hipertensin ya Gangguan Fungsi Kognitif Skor MMSE < 24
Skala MMSE - Responden diberi pertanyaan berdasarka n table MMSE dan - masing-masing diberi skor sesuai perintah yang bisa dijawab responden 1. Ya 2. Tidak Nominal
Lansia Usia ≥60 tahun
Anamnesa Rekam Medik
- responden di anamnesa atau dilihat berdasarkan data rekam medik 1. Lansia 2. Tidak Lansia Nominal 3.3 Hipotesis
Terdapat adanya hubungan antara lamanya hipertensi dan gangguan fungsi kognitif pada lansia di posyandu lansia Puskesmas Padang Bulan.
(21)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik untuk mengetahui hubungan antara lamanya hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan.Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan aktif dilaksanakan setiap bulannya dan belum dilakukan penelitian sebelumnya mengenai judul penelitian ini.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu mulai bulan September 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitan
Populasi pada penelitian adalah pasien Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan.
(22)
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah penderita hipertensi yang bekunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria ekslusi. Pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling.
4.3.2.1 Kriteria Inklusi
- Pria dan wanita - Usia ≥ 60 tahun
- Menderita hipertensi atau memiliki riwayat hipertensi - Pendidikan minimal sekolah dasar atau setingkat 4.3.2.2 Kriteria Ekslusi
- Pasien menolak untuk diikutsertakan dalam penelitian - Pasien dengan data pendukung tidak lengkap
- Pasien tidak dapat menyelesaikan tes MMSE
- Pasien dengan gangguan psikiatri, retardasi mental, stroke, riwayat tumor otak, dislipidemia, diabetes mellitus, riwayat infeksi susunan saraf pusat, epilepsi, pemakaian obat penenang, dan penyakit yang berkaitan dengan sistem saraf pusat lainnya.
4.3.3 Besar Sampel
Sesuai dengan jenis penelitian dengan sampel proporsi tunggal. Maka digunakan rumus sampel sebagai berikut :
� = (��)
2 × × �2 n : Jumlah sampel
(23)
P : Perkiraan proporsi kejadian pada sampel 50% Q : 1-P = 0,5
D : ketepatan relatif 0,1
Dengan perhitungan rumus sampel di atas, diperlukan besar sampel untuk kelompok Lansia penderita hipertensi sebanyak 49 orang.
4.4 Metode Pengumpulan Data
1. Penderita hipertensi yang berkunjung ke Posyandu Lansia di Wilayah Puskesmas Padang Bulan yang memenuhi kriteria inklusi serta bersedia dijadikan sampel penelitian maka akan dilakukan anamnesis dan pemeriksaan hipertensi oleh peneliti.
2. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan oleh peneliti menggunakan tensimeter air raksa.
3. Lansia yang menderita hipertensi dikelompokkan menjadi penderita hipertensi ≥ 5 tahun atau penderita hipertensi <5 tahun.
3. Pemeriksaan fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination oleh peneliti.
4.5 Metode Analisa Data
1. Sebelum dianalisis, data diedit, dikoding, ditabulasi dan dientri ke dalam komputer.
2. Data dengan skala kategorial seperti jenis kelamin, karakteristik subyek penelitian, riwayat penyakit, dan sebagainya dideskripsikan sebagai distribusi frekuensi dan presentase. Variabel yang berskala kontinyu seperti umur, tekanan darah, dan sebagainya di deskripsikan sebagai rerata simpang baku.
(24)
3. Untuk menguji hubungan derajat hipertensi dengan fungsi kognitif yang diperiksa dengan tes MMSE dilakukan uji Chi Square.
(25)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Tempat Penelitian adalah Puskesmas Padang Bulan yang terletak di jalan Letjen Jamin Ginting Kompleks Pamen Padang Bulan. Wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan mencakup 6 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Baru dengan luas 527 hektar. Puskesmas Padang Bulan memiliki program Posyandu Lansia yang rutin dilaksanakan setiap bulannya dengan jadwal sebagai berikut :
Tabel 5.1 Jadwal Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015
No. Kelurahan Posyandu Alamat Jadwal
1. Padang Bulan Anggrek I Gg. Dipanegara Selasa Minggu I
2. T. Rantai Seroja I Kantor Camat Kamis Minggu III
Seroja II Kantor Lurah Rabu Minggu III
3. Merdeka Kenanga Gg. Aman Selasa Minggu II
4. Darat Cempaka Gg. H. Arif Jumat Minggu III
5. Petisah Hulu Mawar Lr. Baru Rabu Minggu II
6. Babura Melati Sei Bahorok Senin Minggu IV
5.2 Karateristik Subjek Penelitian
Penelitian ini diambil dari subjek sebanyak 50 orang yang berada di wilayah Puskesmas Padang Bulan. Subjek penelitian adalah lansia yang berusia di atas 60 tahun yang memiliki riwayat menderita hipertensi. Pemeriksaan tekanan darah dan tes MMSE dilakukan terhadap subjek penelitian guna mendapatkan data untuk hasil penelitian. Subjek penelitian diambil dari posyandu lansia yang dilakukan setiap bulan dan dari Puskesmas Padang Bulan.
(26)
5.3 Hasil Penelitian
5.3.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi mengenai Jenis Kelamin, Riwayat Pendidikan, Lama Hipertensi, dan Hasil Tes MMSE pada Lansia Penderita Hipertensi Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015
Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Proporsi
1 Perempuan 28 56,0
2 Laki-laki 22 44,0
Riwayat Pendidikan
No. Riwayat Pendidikan Jumlah Proporsi
1 SD 10 20,0
2 SMP 7 14,0
3 SMA 16 32,0
4 Sarjana 17 34,0
Lama Hipertensi
No Lama Hipertensi Jumlah Proporsi
1 <5 Tahun 16 32,0
2 ≥5 Tahun 34 68,0
Hasil Tes MMSE
No Hasil MMSE Jumlah Proporsi
1 Kognitif Normal 21 42,0
2 Gangguan Kognitif 29 58,0
Jumlah 50 100,0
Berdasarkan Tabel 5.2 mengenai distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden lansiadi Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan, dapat dilihat bahwa lansia yang menderita hipertensi yang berjenis kelamin
(27)
perempuan sebanyak 28 orang (56%) dan laki-laki sebanyak 22 orang (44%). Diketahui bahwa mayoritas responden penelitian berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
BerdasarkanDistribusi frekuensi mengenai riwayat pendidikanresponden lansiadi Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan dapat dilihat bahwa lansia penderita hipertensi yang memiliki riwayat pendidikan terakhir SD sebanyak 10 orang (20%), lansia penderita hipertensi yang memiliki riwayat pendidikan SMP sebanyak 7 orang (14%), lansia penderita hipertensi yang memiliki riwayat pendidikan SMA sebanyak 16 orang (32%), dan lansia penderita hipertensi yang memiliki riwayat pendidikan Sarjana sebanyak 17 orang (34%).
Distribusi frekuensi mengenai lamanya riwayat hipertensi dapat dilihat bahwa responden lansiadi Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan yang menderita hipertensi kurang dari 5 tahun sebanyak 16 orang (32 %) dan lansia yang menderita hipertensi selama 5 tahun atau lebih sebanyak 34 orang (68%).
Berdasarkan distribusi frekuensi mengenai hasil tes MMSE dapat dilihat bahwa berdasarkan dari hasil tes MMSE, responden lansiadi Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan penderita hipertensi yang mengalami gangguan fungsi kognitif sebanyak 21 orang (42%) dan lansia penderita hipertensi yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 29 orang (58 %).
5.3.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara lamanya hipertensi dengan terjadinya gangguan fungsi kognitif pada responden lansiadi Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan.
Tabel 5.3 Hubungan Lamanya Hipertensi dengan Gangguan Fungsi Kognitif pada Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan
(28)
No
Lamanya Hipertensi
Penurunan Fungsi Kognitif
Nilai �
Tidak Ya Total
N % N % N %
1 < 5 Tahun 14 87,5 2 12,5 16 100
0,004
2 ≥ 5
Tahun
15 44,1 19 55,9 34 100 TOTAL 29 100% 21 100% 50 100%
Berdasarkan Tabel 5.3 , dapat dilihat bahwa lansia yang menderita hipertensi selama <5 tahun sebanyak 16 orang, di antaranya 14 orang (87,5%) tidak mengalami penurunan fungsi kognitif dan 2 orang (12,5%) mengalami penurunan fungsi kognitif. Lansia dengan kategori yang menderita hipertensi selama atau lebih dari 5 tahun sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 15 orang (44,1%) yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif dan terdapat 19 orang (55,9%) yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas, yakni 0,004 lebih kecil dibandingkan �= 0,05 . Maka penelitian bisa dikatakan signifikan secara statistik.
5.4 Pembahasan
5.4.1 Analisis Data Univariat Distribusi Frekuensi berdasarkan jenis kelamin pada Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan
Pada penelitian ini didapati lansia yang menderita hipertensi yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 orang (56%) dan laki-laki sebanyak 22 orang (44%). Hal ini tidak sesuai dengan faktor risiko yang dijelaskan bahwa jenis kelamin laki-laki berpengaruh lebih besar dengan angka kejadian terjadinya hipertensi dibandingkan jenis kelamin perempuan. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah mayoritas pasien perempuan di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan lebih banyak dibanding laki-laki. Hal ini sesuai dengan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara mengenai jumlah pendudukan berdasarkan usia. Pada kelompok penduduk usia 60- 64 tahun, berdasarkan data statistik
(29)
penduduk dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 184.592 orang, sementara penduduk dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 174.601 orang dari total 359.193. Penduduk pada kelompok usia lebih dari 65 tahun dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 310.752, sementara jumlah penduduk laki-laki sebanyak 230.265 orang dari total 541.017.
5.4.2 Analisis Data Univariat Distribusi Frekuensi berdasarkan Lama Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan
Pada penelitian ini, responden yang memiliki riwayat hipertensi dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan lamanya responden menderita hipertensi. Dari hasil penelitian didapati bahwa responden lansia yang memiliki riwayat hipertensi lebih dari lima tahun sebanyak 34 orang (68%) dan responden lansia yang memiliki riwayat hipertensi kurang dari lima tahun atau dengan kata lain belum lama menderita hipertensi adalah sebanyak 16 orang (32%). Hal ini mungkin dikarenakan pada umumnya usia lanjut memiliki kecenderungan memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan pada saat usia muda. Sesuai dengan literatur yang ditulis oleh Susilo dan Wulandari pada tahun 2011 bahwa secara fisiologis, usia yang semakin bertambah meningkatkan risiko seseorang menderita hipertensi. Sekitar 50-60% individu pada usia di atas 60 tahun memiliki tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90. Hal ini dikarenakan pada pertambahan usia terjadi degenerasi pada tubuh. Berdasarkan hal ini, mungkin saja ini dapat menjelaskan kenapa jumlah lansia yang memiliki riwayat hipertensi di atas lima tahun lebih banyak dibandingkan dengan yang baru saja menderita hipertensi kurang dari lima tahun ini.
5.4.3 Analisis Data Univariat berdasarkan Hasil Tes MMSE pada Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan
Pada penelitian ini, berdasarkan dari hasil tes MMSE, lansia penderita hipertensi yang mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 21 orang (42%) dan lansia penderita hipertensi yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 29 orang (58 %). Jumlah lansia yang memiliki skor MMSE dengan
(30)
interpretasi memiliki kognitif normal lebih banyak dibanding dengan lansia dengan hasil skor MMSE yang menunjukkan terjadi gangguan fungsi kognitif. Hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan oleh para responden yang sudah dijelaskan di analisis data mengenai tingkat pendidikan responden yang lebih banyak di tingkat sarjana, sehingga individu dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas, salah satunya mungkin saja tentang bahaya hipertensi sehingga mereka lebih menjaga pola dan gaya hidup.
Pada penelitian lain yang pernah dilakukan Wood E. pada tahun 2000 menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi fungsi kognitif adalah lingkungan yang salah satunya adalah pendidikan. Pada orang dengan pendidikan yang baik akan memiliki fungsi kognitif yang lebih baik, hal ini disebabkan karena rangsangan stimulus yang semakin kompleks akan merangsang peningkatan kadar asetilkolin yang melindungi otak dari terjadinya gangguan fungsi kognitif.
5.4.4 Analisis Data Bivariat mengenai Hubungan Lamanya Hipertensi dengan Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan
Pada penelitian ini telah didapatkan data mengenai riwayat hipertensi dan hasil skor MMSE yang diambil dari responden di Posyandu Lansia wilayah Puskesmas Padang Bulan. Lansia yang menderita hipertensi selama <5 tahun sebanyak 16 orang, di antaranya 14 orang (87,5%) tidak mengalami penurunan fungsi kognitif dan 2 orang (12,5%) mengalami penurunan fungsi kognitif. Lansia dengan kategori yang menderita hipertensi selama atau lebih dari 5 tahun sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 15 orang (44,1%) yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif dan terdapat 19 orang (55,9%) yang mengalami penurunan fungsi kognitif.
Berdasarkan hasil data yang didapat, dilakukan uji chi square di SPSS, kemudian diperoleh nilai probabilitas 0,004. Dari hasil uji ini, didapati bahwa nilai probabilitas lebih kecil dibandingkan nilai �= 0,05, maka dengan ini H0
(31)
ditolak dan �1 diterima. Hal ini menunjukkan hasil yang signifikan sehingga bisa dikatakan bahwa ada kaitan antara riwayat lamanya hipertensi dengan terjadinya penurunan fungsi kognitif yang diuji di Posyandu Lansia wilayah Puskesmas Padang Bulan.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Kasmianto Abadi dkk dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta. Dengan 32 responden yang berusia rata-rata 61 tahun. 21 responden (65,6%) memiliki riwayat hipertensi, dan 21 orang lainnya (65,6%) menderita MCI (Mild Cognitive Impairment). Mild Cognitive Impairment didapati pada sebanyak 17 orang (81%) dari jumlah 21 orang pada kelompok yang memiliki riwayat hipertensi, dan 4 orang (36%) menderita MCI pada kelompok responden dengan tekanan darah normal. Dari penelitian ini didapati bahwa adanya riwayat hipertensi berdampak signifikan terhadap risiko terjadinya MCI pada responden yang tidak lain adalah para lansia dengan usia rata-rata 61 tahun. Risiko pada individu yang lebih tua yang didiagnosa hipertensi dan memiliki MCI adalah 2,2 dibandingkan dengan individu yang memiliki tekanan darah normal (p value = 0,01).
Pada penelitian lain mengenai hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif yang dilakukan oleh Shilpa Gaidhane et al , Menurut Shilpa Gaidhane et al Hipertensi esensial bisa dipertimbangkan menjadi salah satu faktor risiko independen terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif yang dapat mengarah ke demensia dan stroke pada usia lebih dari 60 tahun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan dengan desain cross sectional yang melibatkan 62 orang penderita hipertensi, 21 orang dengan normotensi, dan 41 orang dengan prehipertensi sebagai perbandingan. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan uji hasil yang cukup signifikan mengenai terjadinya gangguan fungsi kognitif pada kelompok hipertensi yang dibandingkan dengan kelompok normotensi dengan nilai p <0,001 .Hal ini membuktikan kaitan adanya pengaruh tekanan darah tinggi terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif.
Penelitian lain yang juga menunjukkan hasil yang sesuai adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Knopman pada tahun 2001. Penelitian Knopman ini
(32)
dilakukan secara studi longitudinal dengan follow up selama 6 tahun. Responden penelitian memiliki rentang usia 47-70 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 10.963 orang. Hasil penelitian dengan nilai p < 0,001 menunjukkan hasil yang signifikan dan adanya hubungan antara hipertensi dan gangguan fungsi kognitif.
Penelitian ini tidak sesuai dengan beberapa penelitian lain yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara hipertensi dan terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia, salah satunya adalah penelitan yang dilakukan oleh Scherr pada tahun 1991. Penelitian Scherr dilakukan terhadap responden dengan usia di atas 65 tahun dan sampel sebanyak 3.809 orang , didapati nilai p > 0,05 dan menunjukkan tidak adanya kaitan mengenai hipertensi dan gangguan fungsi kognitif.
Penelitian lain yang tidak sesuai adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Glynn pada tahun 1999. Penelitian Glynn dilakukan secara studi longitudinal yang dilakukan follow up selama 6 tahun. Penelitian ini dilakukan pada responden dengan rentang usia 65- 102 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 2.068 orang. Hasil penelitian ini memiliki nilai p >0,005 sehingga menunjukkan tidak ada korelasi hipertensi dan penurunan fungsi kognitif.
(33)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Responden penelitian di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan sebagian besar berjenis kelamin perempuan.
2. Jumlah responden lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan yang memiliki riwayat hipertensi lebih dari lima tahun lebih banyak dibanding yang menderita hipertensi kurang dari lima tahun.
3. Terdapat adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara lamanya riwayat hipertensi dengan terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan.
Saran
1. Bagi para lansia yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi hendaknya tetap mengontrol tekanan darahnya agar stabil dengan cara mengubah pola gaya hidup dan mengkonsumsi obat hipertensi yang diberikan dokter secara teratur agar tekanan darah tetap terkontrol dengan baik. Hal ini karena berdasarkan penelitian bahwa ada kaitannya riwayat menderita hipertensi dengan terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan.
2. Bagi para pembaca yang tidak atau belum memiliki riwayat hipertensi hendaknya tetap menjaga pola gaya hidup agar tidak menderita hipertensi dan tetap memiliki fungsi kognitif yang baik di kemudian hari.
(34)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Hipertensi
2.1.1 Definisi , Etiologi dan Klasifikasi
Definisi yang terkini dari hipertensi adalah tingkat tekanan darah sistolik pada atau di atas 140 mmHg (18,7 kPa), atau tingkat tekanan darah diastolik pada atau di atas 90 mmHg (12,0 kPa) (Brunner & Suddarth, 2001).
Hipertensi diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Hipertensi primer adalah hipertensitanpa ditemukan adanya etiologi dari keadaan tersebut, sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit/keadaan tertentu seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler, serta akibat obat (Bakri, 2008 dalam Hanifa 2009).
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII
Kategori Tekanan darah sistol Tekanan darah diastole
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
(Sumber L Kaplan N.M et al, 2002) 2.1.2 Patofisiologi
Menurut Corwin (2000) tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung volume sekuncup atau curah jantung, heart ratedan total peripheral resistance (TPR).Kecepatan denyut jantung yang meningkat disebabkan oleh adanya rangsangan abnormal pada nodus sinoatrium (SA) oleh beberapa faktor tertentu. Peningkatan kecepatan denyut yang kronik biasanya menyertai keadaan
(35)
hipertiroidisme, karena adanya peningkatan kecepatan denyut biasanya akan dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR.
Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama, terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormone pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa lebih kuat supaya menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut afterload yang biasanya berkaitan dengan tekanan diastolik. Apabila afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga harus memompa darah lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Serat-serat otot jantung juga mulai teregang melebihi panjang normal yang akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup atau curah jantung (Basha, 2008 dalam Shakir Ariff 2012)
2.1.3 Faktor Risiko
Sampai saat ini penyebab hipertensi primer tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakanvaskuler dan lain-lain (Anggrainiet al, 2009). Berdasarkan dari faktor pemicunya, faktor resiko dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
a. Faktor Genetik
Dari berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa orang yang mempunyai riwayat atau silsilah dengan keluarga yang memiliki riwayat hipertensi ada kecendrungan untuk dapat juga terjadi hipertensi (Sudarmoko, 2010). Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio
(36)
antara potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini et al, 2009).
b. Usia
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Individual yang berumur diatas 60 tahun, sekitar 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya (Susilo dan Wulandari, 2011).
c. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, hanya saja wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang dapat meningkatkan jumlah High Density Lipoprotein (HDL). Kadar HDL yang tinggi mampu mencegah terjadinya arterosklerosis (Anggrainiet al, 2009). Namun dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pria lebih mudah terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita, mungkin dikarenakan gaya hidup pria yang kebanyakan lebih tidak terkontrol dibandingkan wanita, misalnya kebiasaan merokok, bergadang, stres kerja, hingga pola makan yang tidak teratur (Sudarmoko, 2010).
d. Etnis
Hipertensi banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun pada orang berkulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap vasopresin yang lebih basar (Susilo & Wulandari, 2011).
(37)
e. Obesitas
Menurut National Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).
f. Asupan garam
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi (Anggraini et al, 2009).
g. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi untuk terjadinya hipertensi. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts (2007) terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Anggraini et al, 2009).Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merokok dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.
(38)
g. Stres
Stres dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Peningkatan simpatis akan meningkatkan kerja jantung dan meningkatkan tekanan darah (Susilo dan Wulandari, 2011).
h. Kafein
Konsumsi kafein dalam jumlah yang berlebihan juga dapat menjadi faktor resiko terjadi hipertensi. Kafein dapat menimbulkan perangsangan saraf simpatis, yang pada orang-orang tertentu dapat menimbulkan gejala jantung berdebar-debar, sesak nafas dan lain-lain (Susilo dan Wulandari, 2011).
i. Kolesterol tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat (Susilo dan Wulandari).
2.1.4 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan pada miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA) dikarenakan menurunnya aliran ke pembuluh darah yang menyempit (Anggreini et al, 2009).
(39)
Komplikasi hipertensi dapat bersifat akut maupun kronik. Komplikasi pada otak yang bersifat akut biasanya karena kenaikan tekanan darah yang cepat dan mendadak seperti ensefalopati hipertensi. Sedangkan komplikasi yang bersifat kronik berupa kelainan-kelainan pembuluh darah otak berupa: 1)Nodular atherosclerosis. 2) Charcot-Bouchard aneurysm. 3)Fibrinoid necrosis.
Hipertensi merupakan sebagai salah satu faktor risiko terpenting untuk terjadinya atheroma di pembuluh darah otak. Faktor risiko lainnya adalah diabetes mellitus, merokok, hiperkolesterolemia. Terjadinya atheroma pada pembuluh darah di otak akan menimbulkan terjadinya penyakit pembuluh darah di otak berupa stroke non haemoragik, dementia, dan penurunan fungsi kognitif (Sugiyanto E, 2007).
2.1.5 Sirkulasi Darah Otak
Sistem serebrovaskular sangat penting bagi otak karena berfungsi memberikan nutria yang berguna untuk kerja otak. Apabila aliran darah serebrum terganggu beberapa detik saja maka akan terjadi disfungsi dari serebrum, yang akan berlanjut menjadi iskemi. Kerusakan irreversible terjadi bila pasokan oksigen terhenti selama 4-6 menit.Aliran darah serebrum atau atau disingkat menjadi CBF normal adalah sekitar 50 ml/100g jaringan otak per menit. Pada keadaan istirahat otak menerima seperenam dari curah jantung , sedangkan 20% oksigen yang beredar dalam tubuh bersirkulasi dalam otak . Apabila pembuluh darah serebrum terhambat sirkulasi kolateral akan membantu mempertahankan CBF ke daerah iskemik, bagian otak yang berdekatan dengan daerah yang mendapat sirkulasi kolateral tersebut disebut penumbra iskemik. Cerebral perfusion pressure (CPP) merupakan suatu gradien tekanan yang menyebabkan darah serebral (CBF) dapat mengalir menuju otak, nilai CPP harus dipertahankan dalam batas yang sempit karena perubahan tekanan sedikit saja akan dapat menyebabkan jaringan otak menjadi iskemik, atau dapat juga menyebabkan kenaikan tekanan intra kranial (Ropper, 2009).
(40)
Pengaruh CPP terhadap CBF dapat dirumuskan sebagai berikut : CBF = CPP/ CVR (resistensi serebrovaskuler)
Sedangkan CPP sendiri dipengaruhi oleh mean arterial pressure (MAP) dan tekanan intra kranial (ICP) sehingga didapatkan :
CPP = MAP – ICP
MAP merupakan tekanan arteri rata-rata yang didapatkan dari tekanan sistol dan diastol dengan rumus :
MAP = (2 diastol + 1 sistol) : 3
Dan tekanan intrakranial dipengaruhi oleh hukum Monroe Kelly yaitu merupakan hasil penjumlahan dari volume LCS, dijumlah volume darah, dan dijumlahkan dengan volume otak. Autoregulasi otak adalah kemampuan otak normal mengendalikan volume aliran darahnya sendiri di bawah kondisi tekanan darah arteri yang selalu berubah-ubah, yang dilakukan dengan cara mengubah ukuran pembuluh-pembuluh darah di otak untuk mempertahankan tekanan aliran darah ke otak dalam rentang fisiologis yaitu sekitar 60-160 mmHg. Yang pada penderita hipertensi rentang ini dapat berubah menjadi 180-200 mmHg. Apabila MAP turun mendadak hingga angka dibawah rentang fisiologis maka arteriol akan berdilatasi sehingga menurunkan resistensi sehingga aliran darah ke otak tetap konstan, dan sebaliknya bila MAP meningkat di atas batas fisiologis arteriol akan berkonstriksi untuk mempertahankan aliran darah ke kapiler otak, walaupun terjadi peningkatan dorongan darah arteri (Ropper, 2009)
Autoregulasi merupakan suatu proses penting yang menjaga sirkulasi pada saat terjadinya kenaikan maupun penurunan mendadak tekanan arteri, yang tentunya penting bagi sirkulasi kapiler otak, tanpa adanya sistem autoregulasi maka otak akan rentan terjadi iskemik atau pada tekanan tinggi merusak kapiler otak. Namun batas autoregulasi otak ini memiliki rentang fisiologik pada 60-160
(41)
mmHg.Volume CBF dipengaruhi oleh volume dan kekentalan darah, tekanan perfusi, dan tekanan intra kranial. Sehingga dari rumus yang telah disebutkan di atas dapat menjelaskan efek peningkatan tekanan darah terhadap gangguan fungsi pada otak (Price S, 2002 dalam Taufik 2012).
2.1.6 Mekanisme Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Hipertensi
Hipertensi memberikan efek terhadap otak melalui banyak mekanisme yang pada akhirnya memberikan efek terhadap penurunan fungsi kognitif. Beberapa studi telah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa hipertensi menyebabkan penurunan cerebral blood flow (CBF) dan metabolisme otak (penggunaan glukosa untuk menghasilkan energi) pada regio otak tertentu, seperti pada lobus frontal, temporal, dan area subkortikal.Penurunan CBF ini ditemukan lebih besar efek yang ditimbulkan pada pasien hipertensi tanpa terapi medikasi dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan terapi obat. Beberapa penelitian selanjutnya juga menunjukkan bahwa pada subjek penderita hipertensi memiliki respon yang lebih buruk pada fungsi memorinya dibandingkan dengan yang memiliki tekanan darah normal ( Kalariaet al, 2002). Penemuan ini menunjukkan bahwa CBF memiliki peranan penting pada fungsi memori dan juga pada fungsi kognitif yang lain. Transmisi neurokimiawi pada otak dan pada fungsi basal sel juga terkena efek akibat dari hipertensi, selain itu berbagai macam karakteristik neurofisiologis hipertensi juga dapat memberikan andil terhadap gangguan fungsi kognitif. Beberapa karakteristik ini juga dapat menyebabkan perubahan patologis pada anatomi otak setelah melalui beberapa tahun (Kalaria et al, 2002)
Pembuluh darah besar yang memberikan suplainya ke otak (arteri carotis) serta pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil yang berada didalam otak juga terkena imbas dari hipertensi. Hipertensi menyebabkan kerusakan pada endotel dari arteri serebral. Kerusakan ini dapat menimbulkan gangguan pada blood brain barrier,sehingga substansi toksik dapat dengan mudah masuk menuju ke otak. Selain itu kerusakan pembuluh darah menurunkan suplai darah ke otak, atherosclerosis pada arteri besar dan blokade pada arteriol. Pada akhirnya proses
(42)
ini menyebabkan kerusakan pada substansia alba yang berperan dalam transmisi pesan dari satu regio otak menuju yang lainnya, selain itu juga menyebabkan mini stroke atau sering disebut silent infarction karena simptom yang muncul tidak terlihat dengan jelas. Pada penderita hipertensi yang mengkonsumsi obat ditemukan kerusakan pada substansia alba tidak sehebat pada penderita tanpa mengkonsumsi obat anti hipertensi, dan juga pada penderita yang tekanan darahnya tidak terkontrol terlihat kerusakan yang ekstensif. Pada tahap akhir penderita hipertensi ditemukan bahwa terjadi atropi atau penyusutan pada massa otaknya. Berbagai gangguan inilah yang secara bertahap menimbulkan vascular disease pada otak yang pada tahap akhir menimbulkan stroke ataupun demensia vaskuler (Kalaria et al, 2002)
Pada beberapa studi juga telah memeriksa mekanisme hubungan aliran darah otak yang telah dijelaskan di atas dengan kaitannya terhadap performa kognitif. Pada salah satu studi menunjukkan bahwa pada penderita hipertensi yang mengalami kerusakan substansia alba menunjukkan hasil kognitif yang lebih buruk dibandingkan dengan subjek yang memiliki tensi normal dan kerusakan substansia alba yang minimal ( Scimdt R, 1993 dalam Taufik 2012).
2.2 Kognitif
2.2.1 Definisi Kognitif
Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002).
2.2.2 Aspek-Aspek Kognitif
Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara lain : 1. Orientasi
Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya sendiri ketika
(43)
ditanya) menunjukkan informasi yang “overlearned”. Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan negatifism, distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan penerimaan bahasa.
Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan Negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi waktu dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal.Karena perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu dijadikan indeks yang paling sensitif untuk disorientasi.
2. Bahasa
Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4 parameter, yaitu :a) Kelancaran, merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien menulis atau berbicara secara spontan. b) Pemahaman, merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang untuk melakukan perintah tersebut. c) Pengulangan, adalah kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang. d) Naming, merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-bagiannya.
3. Atensi
Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon stimulus spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar lingkungannya. Fungsi Atensi memiliki dua aspek, yaitu : a) Mengingat segera, aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengingat sejumlah informasi selama <30 detik dan mampu untuk mengeluarkannya kembali. b) Konsentrasi, aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatiannya pada satu hal. Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta orang tersebut untuk mengurangkan
(44)
7 secara berturut-turut dimulai dari angka 100 atau memintanya mengeja kata secara terbalik.
4. Memori
a. Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi yang diperolehnya. Memori verbal terbagi menjadi memori baru dan memori baru. Memori baru adalah kemampuan seseorang untuk mengingat informasi yang diperolehnya pada beberapa menit atau beberapa hari yang lalu. Memori lama adalah kemampuan seseorang untuk mengingat informasi yang diperolehnya pada beberapa minggu atau bertahun-tahun lalu.
b. Memori visual, yaitu kemampuan untuk mengingat kembali informasi berupa gambar.
5. Fungsi konstruksi
Kemampuan seseorang untuk membangun dengan sempurna.Fungsi ini dinilai dengan meminta orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi balok atau membangun kembali suatu bangunan balok yang telah dirusak sebelumnya.
6. Kalkulasi
Mengacu kepada kemampuan untuk menghitung angka 7. Penalaran
Kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya suatu hal, serta berpikir abstrak (Goldman, 2000 dalam Dayamaes 2013)
2.2.3 Faktor yang berpengaruh pada fungsi kognitif
Ada beberapa faktor penting yang memiliki efek penting terhadap fungsi kognitif seperti usia, gangguan perfusi darah otak, stress, ansietas, latihan memori, genetik, hormonal, lingkungan, penyakit sistemik, infeksi, intoksikasi obat, diet.
(45)
a. Usia
Semakin tua usia seseorang maka secara alamiah akan terjadi apoptosis pada sel neuron yang berakibat terjadinya atropi pada otak yang dimulai dari atropi korteks, atropi sentral, hiperintensitas substantia alba dan paraventrikuler. Yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif pada seseorang, kerusakan sel neuron ini diakibatkan oleh radikal bebas, penurunan distribusi energi dan nutrisi otak(Carayannis G, 2001).
b. Stress, Depresi, Ansietas
Depresi, stress dan ansietas akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah dan stress memicu pelepasan hormon glukokortikoid yang dapat menurunkan fungsi kognitif (Parkin A, 1999 dalam Taufik 2012)
c. Perfusi darah otak
Otak merupakan organ manusia yang hanya memiliki berat 2% dari tubuh namun menggunakan konsumsi oksigen 20% dari O2 total (45 mL O2/min), dan juga menggunakan konsumsi glukosa 25% dari glokosa tubuh, karena otak tidak memiliki cadangan glukosa. Aliran darah otak berkisar 50-60 ml/100g/menit dengan CBF istirahat 800 mL/min yang kira-kira 15% dari cardiac output. Otak tidak memiliki cadangan glukosa dan oksigen sehingga bila terjadi gangguan perfusi otak akan didapatkan gangguan pada sel neuron, makin lama gangguan perfusi darah ke hippokampus akan semakin berat derajat gangguan kognitif, yang dibuktikan oleh penelitian De Jong, dkk yang meligasi arteri carotis tikus wistar setelah 1 bulan didapatkan penurunan fungsi kognitif (De Jong G, 1999).
d. Lingkungan
Pada orang yang tinggal di daerah maju dengan sistem pendidikan yang cukup maka akan memiliki fungsi kognitif yang lebih baik dibandingkan pada orang dengan fasilitas pendidikan yang minimal, semakin kompleks stimulus yang
(46)
didapat maka akan semakin berkembang pula kemampuan otak seseorang ditunjukkan pada penelitian pada tikus yang berada pada lingkungan yang sering diberikan rangsang memiliki kadar asetilkolin lebih tinggi dari kelompok kontrol (Wood E, 2000 )
e. Infeksi dan penyakit sistemik
Penyakit sistemik seperti atherosklerosis, hipertensi, dislipidemia, obesitas, rokok akan menghambat aliran darah otak sehingga terjadi gangguan suplai nutrisi bagi otak yang berakibat pada penurunan fungsi kognitif. Selain itu infeksi akan merusak sel neuron yang menyebabkan kematian sel otak (Stinga E, 2000)
f. Latihan memori
Semakin sering seseorang menggunakan atau melatih memorinya maka sinaps antar neuron akan semakin banyak terbentuk sehingga kapasitas memori seseorang akan bertambah, berdasar penelitian Vancocellos pada tikus yang diberi latihan berenang selama 1 jam perhari selama 9 minggu terbukti memiliki fungsi memori jangka pendek dan jangka panjang yang lebih baik daripada kelompok control (Vasconcellos A, 2003 dalam Taufik)
g. Intoksikasi obat
Beberapa zat seperti toluene, alkohol, bersifat toksik bagi sel neuron, selain itu defisiensi vitamin B kompleks terbukti menyebabkan penurunan fungsi kognitif seseorang, obat golongan benzodiazepin, statin juga memiliki efek terhadap memori (Faust R, 1994).
(47)
2.3 Lansia
2.3.1 Definisi lansia
Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998 dalam Zulsita). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
2.3.2 Klasifikasi lansia
WHO dalam menkes RI mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut:middle / young elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia antara 60-74 tahun, old usia antara 75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di atas 90 tahun. Pada saat ini, ilmuwan sosial yang mengkhususkan diri mempelajari penuaan merujuk kepada kelompok lansia : “lansia muda” (young old), “lansia tua” (old old). Dan “lansia tertua” (oldest old). Secara kronologis, young old secara umum dinisbahkan kepada usia antara 65 sampai 74 tahun, yang biasanya aktif, vital dan bugar. Old-old berusia antara 75 sampai 84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas (Papalia, Olds & Feldman, 2005 dalam Zulsita 2010). 2.4 MMSE (Mini Mental State Examination)
2.4.1. Tujuan
MMSE awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status mental singkat serta terstandardisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara gangguan organik dan fungsional pada pasien psikiatri. Sejalan dengan banyaknya
(48)
penggunaan tes ini selama bertahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah menjadi suatu media untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan kelainan neurodegeneratif, misalnya penyakit Alzheimer (Lezak, 2004)
2.4.2. Gambaran
MMSE merupakan suatu skala terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 7 kategori : orientasi terhadap tempat (negara, provinsi, kota, gedung dan lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari dan tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau mengeja kata WAHYU secara terbalik), mengingat kembali (mengingat kembali 3 kata yang telah diulang sebelumnya), bahasa (memberi nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami suatu kalimat, menulis kalimat dan mengikuti perintah 3 langkah), dan kontruksi visual (menyalin gambar). Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar sempurna; skor yang makin rendah mengindikasikan performance yang buruk dan gangguan kognitif yang makin parah. Skor total berkisar antara 0-30 (performance sempurna). Skor ambang MMSE yang pertama kali direkomendasikan adalah 23 atau 24, memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk mendeteksi demensia; bagaimanapun, beberapa studi sekarang ini menyatakan bahwa skor ini terlalu rendah, terutama terhadap seseorang dengan status pendidikan tinggi. Studi-studi ini menunjukkan bahwa demensia dapat didiagnosis dengan keakuratan baik pada beberapa orang dengan skor MMSE antara 24-27.Gambaran ini terfokus pada keakuratan dalam populasi. Untuk tujuan klinis, bahkan skor 27 tidak sensitif untuk mendeteksi demensia pada orang dengan status pendidikan tinggi, dimana skor ambang 24 tidak spesifik pada orang dengan status pendidikan rendah (Lezak, 2004)
(49)
2.4.3. Pelaksanaan
MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit.Tes ini dirancang agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi kesehatan atau tenaga terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk penggunaannya.
2.4.4. Penggunaan Klinis
MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif.Hasilnya, MMSE menjadi suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak di dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan sebagai instrumen skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi skala besar demensia..
Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini memiliki tes retest dan reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan diagnosis klinis independen demensia dan penyakit Alzheimer. Karena performance pada MMSE dapat dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien yang sehat, beberapa pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan ambang skor berdasarkan umur dan status pendidikan untuk mendeteksi demensia. Kelemahan terbesar MMSE yang banyak disebutkan ialah batasannya atau ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan kognitif yang terganggu di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain (misalnya terbatasnya item verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian masalah atau judgment), MMSE juga relatif tidak sensitif terhadap penurunan kognitif yang sangat ringan (terutama pada individual dengan status pendidikan tinggi). Walaupun batasan- batasan ini mengurangi manfaat MMSE, tes ini tetap menjadi instrumen yang sangat berharga untuk penilaian penurunan kognitif (Rush, 2000 dalam Dayamaes 2013).
(50)
2.4.5 Interpretasi MMSE
Interpretasi MMSE didasarkan pada skor yang diperoleh pada saat pemeriksaan : 1. Skor 24-30 diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif normal 2. Skor 17-23 berarti probable gangguan kognitif 3.Skor 0-16 berarti definite gangguan kognitif. Pada penelitian ini penulis mengambil kategori kognitif normal dan gangguan kognitif untuk skor kurang dari 24.
(51)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut The Silent Killer karena biasanya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak merasakan adanya suatu tanda gejala pada tubuhnya sebelum terjadi komplikasi yang lebih lanjut (Chobanian et al, 2004).
Gaya hidup masa kini yang semakin berkembang telah menyebabkan meningkatnya angka kejadian hipertensi pada banyak orang. Diperkirakan sekitar 20% populasi orang dewasa menderita hipertensi, terutama pada orang dengan usia lanjut lebih dari 60 tahun. Sekitar 50% dari orang berusia lanjut menderita hipertensi.Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 1 miliar orang menderita hipertensi yang memberikan kontribusi 7,1 juta kematian per tahun (Dreisbach, 2013).
Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan RI tahun 2007, diketahui prevalensi di Indonesia mencapai 31,7 % dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Kemudian pada tahun 2013 prevalensi hipertensi pada usia di atas 20 tahun mencapai 25,8% (Riskesdas, 2013)
Salah satu komplikasi hipertensi di sistem saraf pusat selain stroke juga dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, salah satunya fungsi memori yang bila dibiarkan secara kronis dapat menyebabkan demensia (Vascular Cognitive Impairment) (Sharp S,, 2011).
Beberapa studi menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko independen terhadap gangguan fungsi kognisi, baik dengan maupun tanpa riwayat stroke sebelumnya. Penelitian tes kognisi yang dilakukan Arntzen et al,
(52)
menyatakan penurunan fungsi kognisi pada penderita hipertensi berupa atensi sebesar 13%, fungsi eksekutif 36% dan penurunan memori sebesar 26% (Arntzen et al, 2011). Pada penelitian yang lainnya, didapatkan hasil penurunan fungsi kognitif yang bermakna pada lansia penderita hipertensi yang lebih dari 5 tahun dibanding yang baru saja didiagnosa menderita hipertensi (Taufik E, 2012)
Pendapat lain menyatakan pengaruh tekanan darah terhadap fungsi kognitif adalah karena hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke, dan juga dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer mungkin melalui penyakit pembuluh darah kecil, iskemi, stress oksidatif, dan inflamasi (Dai W, 2008).
Berdasarkan latar belakang di atas tentang tingginya risiko hipertensi dan pengaruhnya terhadap penurunan fungsi kognitif, penulis ingin melakukan penelitian mengenai kaitan lamanya hipertensi terhadap terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan lamanya
hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia
Puskesmas Padang Bulan?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lamanya hipertensi terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia.
(53)
1. Mengetahui lamanya riwayat hipertensi pada lansia hipertensi di posyandu lansia Puskesmas Padang Bulan.
2. Menilai gangguan fungsi kognitif pada lansia di posyandu lansia Puskesmas Padang Bulan.
3. Menganalisis hubungan lamanya hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif pada lansia di posyandu lansia Puskesmas Padang Bulan.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai hubungan risiko hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif pada lansia sehingga nantinya penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam upaya pencegahan penurunan fungsi kognitif pada lansia.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengontrol tekanan darahnya agar meminimalisir gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut. b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menjadi bahan referensi untuk peneliti berikutnya untuk melakukan dan memperdalam penelitian dalam bidang ini.
c. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis untuk mengetahui hubungan antara lamanya hipertensi dan gangguan fungsi kognitif pada lansia .
(54)
ABSTRAK
Hipertensi adalah penyakit penyebab komplikasi terbesar saat ini yang bahkan bisa berakhir dengan kematian. Dampak dan komplikasi dari hipertensi sendiri sudah jelas yang salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kaitan antara lamanya riwayat lansia yang menderita hipertensi terhadap terjadinya proses penurunan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Wilayah Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi cross sectional. Sampel penelitian diambil dari lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan secara consecutive sampling. Responden dengan riwayat tekanan darah tinggi akan diuji fungsi kognitif dengan tes MMSE ( Mini Mental State Examination). Data akan diuji dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square di SPSS.
Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini terdapat responden lansia yang menderita hipertensi <5 tahun sebanyak 16 orang, di antaranya sebanyak 14 orang (87,5%) tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan 2 orang (12,5%) mengalami gangguan fungsi kognitif. Responden lansia yang menderita hipertensi selama atau lebih dari 5 tahun sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 15 orang (44,1%) yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan terdapat 19 orang (55,9%) yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,004 , maka dengan ini hasil dikatakan signifikan dan terdapat hubungan antara lamanya hipertensi dan gangguan fungsi kognitif pada lansia.
(55)
ABSTRACT
Recently, hypertension is the main cause of complication which can even lead to death. One of the most obvious impact and complication of hypertension is the degression of cognitive function.
This research aims to discover the correlation between the length of history as a hypertension patient and the degression of cognitive function of elderly in Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan region. This research is done by cross sectional study method. The research sample is taken from the elderly in Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan region by consecutive sampling. Respondent with history of high blood pressure will have their cognitive function tested by MMSE (Mini Mental State Examination). The data will be examined by bivariate analysis using Chi Square test in SPSS.
Based on data collected, there are 16 elderly respondents who have hypertension less than 5 years, 14 of them (87,5%) have no cognitive function degression, while 2 others (12,5%) do. In the other hand, there are 34 elderly respondents who have hypertension for five years and above. Fifteen of them (44,1 %) have no cognitive function degression, while the rest 19 person (55,9 %) do. Based on analysis data using Chi Square test, value of p = 0,004 is obtained, therefore the result of this research in considered as significant and it is proven that there is correlation between the length of history as a hypertension patient and the degression of cognitive function in elderly.
(56)
BULAN TAHUN 2015
Oleh :
ANASTASIA EKA PUTERI
120100322
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(57)
BULAN TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
ANASTASIA EKA PUTERI
120100322
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(58)
(59)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mendapatkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dalam program studi pendidikan dokter,
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp.S (K) selaku dosen pembimbing yang telah penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. dr. Tengku Helvi Mardiani, M.Kes dan dr. Lita Feriyawati, M.Kes. Sp.PA selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan dan saran yang membangun.
4. Ibu Bidan Imelda selaku penanggungjawab Posyandu Lansia di Puskesmas Padang Bulan yang telah membantu.
5. Keluarga Penulis Bapak Tasri Tahir , Ibu Rohawati dan Saudara Thariq Ibnu Tarmizi yang senantiasa mendukung dan mendoakan.
6. Teman-teman dari Fakultas Kedokteran Muhammad Mahadi Hasibuan, Dara Novea Hutagalung, dan Lindia Fitri yang ikut turut serta membantu dalam memperoleh data penelitian ini.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan karya tulis ilmiah ini, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.
(60)
Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis, Anastasia Eka Puteri
(61)
ABSTRAK
Hipertensi adalah penyakit penyebab komplikasi terbesar saat ini yang bahkan bisa berakhir dengan kematian. Dampak dan komplikasi dari hipertensi sendiri sudah jelas yang salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kaitan antara lamanya riwayat lansia yang menderita hipertensi terhadap terjadinya proses penurunan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Wilayah Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi cross sectional. Sampel penelitian diambil dari lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan secara consecutive sampling. Responden dengan riwayat tekanan darah tinggi akan diuji fungsi kognitif dengan tes MMSE ( Mini Mental State Examination). Data akan diuji dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square di SPSS.
Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini terdapat responden lansia yang menderita hipertensi <5 tahun sebanyak 16 orang, di antaranya sebanyak 14 orang (87,5%) tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan 2 orang (12,5%) mengalami gangguan fungsi kognitif. Responden lansia yang menderita hipertensi selama atau lebih dari 5 tahun sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 15 orang (44,1%) yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan terdapat 19 orang (55,9%) yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,004 , maka dengan ini hasil dikatakan signifikan dan terdapat hubungan antara lamanya hipertensi dan gangguan fungsi kognitif pada lansia.
(62)
ABSTRACT
Recently, hypertension is the main cause of complication which can even lead to death. One of the most obvious impact and complication of hypertension is the degression of cognitive function.
This research aims to discover the correlation between the length of history as a hypertension patient and the degression of cognitive function of elderly in Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan region. This research is done by cross sectional study method. The research sample is taken from the elderly in Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan region by consecutive sampling. Respondent with history of high blood pressure will have their cognitive function tested by MMSE (Mini Mental State Examination). The data will be examined by bivariate analysis using Chi Square test in SPSS.
Based on data collected, there are 16 elderly respondents who have hypertension less than 5 years, 14 of them (87,5%) have no cognitive function degression, while 2 others (12,5%) do. In the other hand, there are 34 elderly respondents who have hypertension for five years and above. Fifteen of them (44,1 %) have no cognitive function degression, while the rest 19 person (55,9 %) do. Based on analysis data using Chi Square test, value of p = 0,004 is obtained, therefore the result of this research in considered as significant and it is proven that there is correlation between the length of history as a hypertension patient and the degression of cognitive function in elderly.
(63)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan……….. i
Kata Pengantar……… ii
Abstrak ……….... iii
Abstract ……….... iv
Daftar Isi………... v
Daftar Singkatan ………... vii
Daftar Tabel………. viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ………….……….. 1
1.2Rumusan Masalah ……….………. 2
1.3Tujuan Penelitian………. 2
1.4Manfaat Penelitian……….. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi, Etiologi dan Klasifikasi……… 4
2.1.2 Patofisiologi………. 4
2.1.3 Faktor Resiko……… 5
2.1.4 Komplikasi……… 8
2.1.5 Sirkulasi Darah Otak……….. 9
2.1.6 Mekanisme Penurunan Fungsi Kognitif ... 11
2.2 Kognitif 2.2.1 Definisi Kognitif……….. 12
2.2.2 Aspek- Aspek Kognitif……… 12
2.2.3 Faktor yang berpengaruh pada Fungsi Kognitif…… 14
2.3 Lansia 2.3.1 Definisi Lansia ..……….. 17
2.3.2 Klasifikasi Lansia ……… 17
2.4 MMSE (Mini Mental Status Examination) 2.4.1 Tujuan……….. 17
2.4.2 Gambaran………. 18
2.4.3 Pelaksanaan……….. 19
2.4.4 Penggunaan Klinis……… 19
(1)
ABSTRAK
Hipertensi adalah penyakit penyebab komplikasi terbesar saat ini yang bahkan bisa berakhir dengan kematian. Dampak dan komplikasi dari hipertensi sendiri sudah jelas yang salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kaitan antara lamanya riwayat lansia yang menderita hipertensi terhadap terjadinya proses penurunan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Wilayah Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi cross sectional. Sampel penelitian diambil dari lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan secara
consecutive sampling. Responden dengan riwayat tekanan darah tinggi akan diuji
fungsi kognitif dengan tes MMSE ( Mini Mental State Examination). Data akan diuji dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square di SPSS.
Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini terdapat responden lansia yang menderita hipertensi <5 tahun sebanyak 16 orang, di antaranya sebanyak 14 orang (87,5%) tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan 2 orang (12,5%) mengalami gangguan fungsi kognitif. Responden lansia yang menderita hipertensi selama atau lebih dari 5 tahun sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 15 orang (44,1%) yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan terdapat 19 orang (55,9%) yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,004 , maka dengan ini hasil dikatakan signifikan dan terdapat hubungan antara lamanya hipertensi dan gangguan fungsi kognitif pada lansia.
(2)
ABSTRACT
Recently, hypertension is the main cause of complication which can even lead to death. One of the most obvious impact and complication of hypertension is the degression of cognitive function.
This research aims to discover the correlation between the length of history as a hypertension patient and the degression of cognitive function of elderly in Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan region. This research is done by cross sectional study method. The research sample is taken from the elderly in Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan region by consecutive sampling. Respondent with history of high blood pressure will have their cognitive function tested by MMSE (Mini Mental State Examination). The data will be examined by bivariate analysis using Chi Square test in SPSS.
Based on data collected, there are 16 elderly respondents who have hypertension less than 5 years, 14 of them (87,5%) have no cognitive function degression, while 2 others (12,5%) do. In the other hand, there are 34 elderly respondents who have hypertension for five years and above. Fifteen of them (44,1 %) have no cognitive function degression, while the rest 19 person (55,9 %) do. Based on analysis data using Chi Square test, value of p = 0,004 is obtained, therefore the result of this research in considered as significant and it is proven that there is correlation between the length of history as a hypertension patient and the degression of cognitive function in elderly.
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan……….. i
Kata Pengantar……… ii
Abstrak ……….... iii
Abstract ……….... iv
Daftar Isi………... v
Daftar Singkatan ………... vii
Daftar Tabel………. viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………….……….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……….………. 2
1.3 Tujuan Penelitian………. 2
1.4 Manfaat Penelitian……….. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi, Etiologi dan Klasifikasi……… 4
2.1.2 Patofisiologi………. 4
2.1.3 Faktor Resiko……… 5
2.1.4 Komplikasi……… 8
2.1.5 Sirkulasi Darah Otak……….. 9
2.1.6 Mekanisme Penurunan Fungsi Kognitif ... 11
2.2 Kognitif 2.2.1 Definisi Kognitif……….. 12
2.2.2 Aspek- Aspek Kognitif……… 12
2.2.3 Faktor yang berpengaruh pada Fungsi Kognitif…… 14
2.3 Lansia 2.3.1 Definisi Lansia ..……….. 17
2.3.2 Klasifikasi Lansia ……… 17
2.4 MMSE (Mini Mental Status Examination) 2.4.1 Tujuan……….. 17
2.4.2 Gambaran………. 18
2.4.3 Pelaksanaan……….. 19
2.4.4 Penggunaan Klinis……… 19
(4)
BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep ………... 21
3.2 Definisi Operasional……… 21
3.3 Hipotesis………. 22
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian……….. 23
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 23
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 23
4.4 Metode Pengumpulan Data………. 25
4.5 Metode Analisa Data……….. 25
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 27
5.2 Karakteristik Subjek Penelitian ………... 27
5.3 Hasil Penelitian ………...…..…. 28
5.4 Pembahasan ………..………..………...… 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ………. 35
Saran ………... 35
DAFTAR PUSTAKA……….. 36
LAMPIRAN Daftar Riwayat Hidup Penulis ……… 40
Tabel skor MMSE ………..……….... 41
Analisis Data Statistik………. 42
Data Induk……….. 47
Surat Survey Awal Penelitian……….. 49
Surat Ethical Clearance……….... 50
Surat Izin Penelitian………. 51
(5)
DAFTAR SINGKATAN
AHA American Heart Association
CBF Cerebral blood flow
CPP Cerebral perfusion pressure
CVR Cerebral vascular resistance
HDL High density lipoprotein
IMT Indeks Massa Tubuh
LCS Liquid serebro spinal
MAP Mean arterial pressure
MMSE Mini Mental State Examination
NIH National Institutes for Health USA
Riskesdas RisetKesehatanDasar
SA Sinoatrium
SPSS Statistical Package for the Social Sciences
TIA Transient Ischaemic Attack TPR Total peripheral resistance
WHO World Health Organization
(6)
Daftar Tabel
2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII ………... 4
5.1 Jadwal Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan ………. 27
5.2 Distribusi Frekuensi mengenai Jenis Kelamin, Riwayat Pendidikan, Lama Hipertensi, dan Hasil Tes MMSE pada lansia penderita hipertensi Puskesmas
Padang Bulan Tahun 2015………... 28
5.3 Hubungan lamanya hipertensi dengan Gangguan Fungsi Kognitif pada lansia di