Hubungan antara Hipertensi dengan Fungsi Kognitif di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riri Perkasa Alam

NIM : 120100051

Tempat Tanggal Lahir: Medan, 21 Desember 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mawar No 39 Desa Lama Pancur Batu Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat Email : ririperkasaalam@gmail.com Orang tua

Ayah : Mohammad Salammuddin Gurusinga Ibu : Sannariah Sinaga

Riwayat Pendidikan :

1. SD 101822 Pancur Batu 2000 – 2006

2. SMPN 2 Pancur Batu 2006 – 2009

3. SMAN 1 Pancur Batu 2009 – 2012


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK Salam Sejahtera,

Perkenalkan nama saya Riri Perkasa Alam, NIM 120100051 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Hipertensi dengan Fungsi Kognitif pada Usia lanjut di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Amplas”. Penelitian ini dilakukan

sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada semester ketujuh.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara hipertensi dengan fungsi kognitif pada di wilayah kerja Posyandu Lansia Kecamatan Medan Amplas. Adapun manfaat penelitian adalah dapat menjadi masukan bagi dinas kesehatan Kota Medan untuk lebih memerhatikan masalah hipertensi mengingat banyaknya efek negatif yang ditimbulkannya pada tubuh. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Saudara untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, Saudara akan diukur tekanan darahnya dengan tensimeter, lalu akan diwawancarai beberapa pertanyaan oleh saya. Jika Saudara bersedia, Saudara saya persilahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawan Saudara.

Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada Penelitian idenditas Anda disamarkan. Hanya Dokter peneliti, anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat data Anda. Kerahasiaan data Anda akan dijamin sepenuhnya. Bila data Anda dipublikasikan kerahasiaan teap dijaga.

Atas perhatian dan kesediaan Saudara menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,


(3)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Tempat/Tanggal Lahir :

Alamat :

telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti

mengenaipenelitian ini yang berjudul “Hubungan Hipertensi dengan Fungsi

Kognitif di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Kecamatan Medan Amplas” Oleh karena itu, saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini. Demikianlah persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Hormat Saya,


(4)

Lampiran 4


(5)

Lampiran 5

Instrumen Montreal Cognitif Assesment versi Indonesia

1. Fungsi Visuospasial dan Fungsi Eksekutif

Menelusuri Jejak Secara Bergantian (Alternating Trail Making)

Pasien diminta menghubungkan sebuah angka dan sebuah huruf dengan urutan meningkat.

Kemampuan visuokonstruksional (kubus)

Pasien diminta menggambar ulang kubus yang telah disediakan.

Kemampuan visuokonstruksional (jam dinding)

Pasien diminta mengambar sebuah jam dinding dilengkapi dengan angka-angkanya dan menunjukkan pukul 11 lewat 10.


(6)

2. Penamaan

Pasien diminta menyebutkan nama dari binatang ini (dimulai dari kiri)” .

Kiri Kanan

3. Memori

Pemeriksa membacakan sederat kata yaitu WAJAH-SUTERA-MASJID-ANGGREK-MERAH Pasien diminta mengulanginya sebanyak dua kali. Kelima kata ini akan diulang pada pemeriksa selanjutnya yaitu memori yang tertunda.

3. Atensi

Rentang Angka Maju (Forward Digit Span)

Pemeriksa membacakan sedera angka yaitu 2 – 1 – 8 – 5 – 4, dan pasien diminta mengulangnya kembali dengan urutan yang tepat.

Rentang Angka Mundur (Backward Digit Span)

Pemeriksa membacakan sedera angka yaitu 7 – 4 – 2, dan pasien diminta mengulangnya kembali dengan urutan terbalik secara tepat.

Kewaspadaan

Pemeriksa membacakan sebuah urutan huruf, setiap kali pemeriksa mengucapkan

huruf “A”, perintahkan pasien menepuk tepuknya sekali, jika pemeriksa

mengucapkan huruf lainnya jangan tepuk tangan”


(7)

Rangkaian 7 (Serial 7)

Pasien diminta berhitung dari 100 dengan cara mengurangi dengan angka 7. Pasien berhenti berhitung saat sudah diperintahkan pemeriksa (maksimal lima kali pengurangan)

4. Bahasa Mengulang kalimat

Pemeriksa akan membacakan sebuah kalimat, lalu pasien diminta mengulanginya secara tepat setelah jeda.Hal ini dilakukan sebanayk dua kali dengan dua kalimat yang berbeda.

Kelancaran Berbahasa

Pasien diminta mengucapkan sebanyak mungkin kata-kata yang dimulai dari huruf S selama 60 detik. Kata-kata tidak boleh nama orang, tempat, atau kata yang ditambah akhiran sehingga berbeda .

5. Abstraksi

Pasien diminta mengatakan kesamaan antara dua benda, yaitu a. Kereta api dan sepeda

b. Penggaris dan jam tangan 6. Memori Tertunda

Pasien diminta mengulangin lima kata yang sebelumnya telah disebutkan (boleh tidak berurutan), yaitu WAJAH-SUTERA-MASJID-ANGGREK-MERAH. Hal ini dilakukan sebanya dua kali dan pasien diingatkan akan ditanya kelima kata ini lagi di pertanyaan selanjutnya.

7. Orientasi

Pasien diminta menyebutkan tanggal, bulan tahun, hari, saat dilakukan pemeriksaan serta tempat dan kota ia sedang berada sekarang.

NILAI TOTAL : Nilai maksimal sebesar 30 Nilai total terakhir 26 atau lebih dianggap normal. Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai pendidikan formal selama 12 tahun atau kurang (tamat Sekolah Dasar- tamat


(8)

Lampiran 6

Lembar Pengumpulan Data I. Karakteristik Responden

1. Nomor penelitian :

2. Nama :

3. Jenis Kelamin : ( ) Perempuan ( ) Laki-laki

4. Usia : Tahun

5. Pendidikan : ( ) Dasar ( SD, SMP)

( ) Menengah ( SMA)

( ) Tinggi ( Diploma, Sarjana, Magister, Doktor)

6. Pekerjaan : ( ) Tidak Bekerja

( ) Pekerja Kasar/pekerja lepas

( ) Pegawai

7. Alamat :

8. Merokok : ( ) Ya ( ) Tidak

9. Riwayat Hipertensi : Tahun

II. Riwayat Penyakit : ( ) Diabetes Melitus atau Penyakit Penyerta ( ) Hiperlipidemia

( ) Stroke

( ) Trauma kepala berat

( ) Infeksi SSP/Infeksi Otak

( ) Penyakit Parkinson

( ) Penyakit Psikiatri

*sebutkan jika ada

1. 2.


(9)

III.Hasil Pemeriksaan

1. Sensorium :

2. Tekanan Darah Sistolik :

3. Tekanan Darah Diastolik :


(10)

Lampiran 7


(11)

Lampiran 8 Data Induk

No Jenis Usia Kategori Pendidikan Pekerjaan Merokok TD TD Riwayat Status Skor Riwayat Riwayat Status Kelamin Usia Sistolik Diastolik Hipertensi Hipertensi Kognitif Diabetes Hiperlipidemia Kognitif 1 Perempuan 60 Usia Lanjut Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 120 70 Normal Normal 26 Normal Hiperlipidemia Normal 2 Perempuan 75 Usia Lanjut Resiko tinggi Dasar Pekerja Kasar Tidak Merokok 90 70 Normal Normal 18 Normal Normal Terganggu 3 Perempuan 68 Usia Lanjut Dasar Pekerja Kasar Tidak Merokok 130 80 Normal Normal 22 Normal Normal Terganggu 4 Perempuan 65 Usia Lanjut Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 27 Normal Normal Normal 5 Perempuan 59 Prasenilis Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 130 70 Normal Normal 26 Normal Normal Normal 6 Perempuan 60 Usia Lanjut Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 110 60 Normal Normal 19 Normal Normal Terganggu 7 Perempuan 60 Usia Lanjut Dasar Pekerja Kasar Tidak Merokok 130 70 Normal Normal 26 Normal Normal Normal 8 Perempuan 54 Prasenilis Tinggi Pegawai Tidak Merokok 140 90 Ada Riwayat Hipertensi 30 Normal Normal Normal 9 Perempuan 59 Prasenilis Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 100 60 Normal Normal 20 Diabetes Normal Terganggu 10 Perempuan 55 Prasenilis Tinggi Tidak Bekerja Tidak Merokok 110 80 Normal Normal 29 Normal Normal Normal 11 Perempuan 58 Prasenilis Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 90 70 Normal Normal 26 Normal Normal Normal 12 Perempuan 68 Usia Lanjut Tinggi Tidak Bekerja Tidak Merokok 150 70 Ada Riwayat Hipertensi 25 Normal Normal Terganggu 13 Perempuan 66 Usia Lanjut Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 110 80 Normal Normal 26 Normal Hiperlipidemia Normal 14 Perempuan 56 Prasenilis Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 180 100 Ada Riwayat Hipertensi 21 Normal Normal Terganggu 15 Perempuan 51 Prasenilis Tinggi Pekerja Kasar Tidak Merokok 130 80 Normal Normal 27 Normal Normal Normal 16 Perempuan 50 Prasenilis Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 110 70 Normal Normal 26 Normal Hiperlipidemia Normal 17 Laki-laki 57 Prasenilis Menengah Pegawai Tidak Merokok 130 80 Normal Normal 26 Normal Normal Normal 18 Laki-laki 54 Prasenilis Menengah Pekerja Kasar Merokok 130 80 Normal Normal 27 Normal Normal Normal 19 Perempuan 64 Usia Lanjut Tinggi Pegawai Tidak Merokok 110 70 Ada Riwayat Hipertensi 26 Normal Hiperlipidemia Normal 20 Perempuan 63 Usia Lanjut Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 140 90 Ada Riwayat Hipertensi 23 Diabetes Normal Terganggu 21 Laki-laki 45 Prasenilis Tinggi Pegawai Tidak Merokok 110 70 Normal Normal 26 Normal Normal Normal


(12)

29 Perempuan 53 Prasenilis Dasar Pekerja Kasar Tidak Merokok 110 70 Normal Normal 19 Normal Normal Terganggu

30 Laki-laki 50 Prasenilis Menengah Pekerja Kasar Merokok 130 80 Normal Normal 27 Normal Normal Normal

31 Laki-laki 64 Usia Lanjut Menengah Pekerja Kasar Merokok 140 70 Ada Riwayat Hipertensi 19 Normal Normal Terganggu

32 Perempuan 67 Usia Lanjut Menengah Pekerja Kasar Tidak Merokok 130 60 Normal Normal 22 Diabetes Hiperlipidemia Terganggu

33 Laki-laki 52 Prasenilis Dasar Pekerja Kasar Merokok 130 70 Normal Normal 22 Normal Normal Terganggu

34 Perempuan 75 Usia Lanjut Resiko tinggi Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 140 90 Ada Riwayat Hipertensi 20 Diabetes Hiperlipidemia Terganggu

35 Perempuan 52 Prasenilis Tinggi Pegawai Tidak Merokok 130 80 Normal Normal 27 Normal Normal Normal

36 Laki-laki 61 Usia Lanjut Dasar Pekerja Kasar Tidak Merokok 160 90 Ada Riwayat Hipertensi 23 Normal Normal Terganggu

37 Perempuan 50 Prasenilis Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 26 Diabetes Normal Normal

38 Perempuan 54 Prasenilis Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 130 80 Normal Normal 28 Normal Normal Normal

39 Perempuan 60 Usia Lanjut Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 160 90 Ada Riwayat Hipertensi 19 Normal Normal Terganggu

40 Perempuan 57 Prasenilis Tinggi Pekerja Kasar Tidak Merokok 130 80 Normal Normal 27 Normal Hiperlipidemia Normal

41 Perempuan 55 Prasenilis Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 26 Normal Normal Normal

42 Perempuan 56 Prasenilis Menengah Pekerja Kasar Tidak Merokok 120 70 Normal Normal 30 Normal Normal Normal

43 Laki-laki 62 Usia Lanjut Tinggi Tidak Bekerja Merokok 120 70 Normal Normal 26 Normal Hiperlipidemia Normal

44 Perempuan 53 Prasenilis Tinggi Pegawai Tidak Merokok 110 60 Normal Normal 27 Normal Normal Normal

45 Laki-laki 61 Usia Lanjut Tinggi Pekerja Kasar Tidak Merokok 110 70 Normal Normal 28 Diabetes Normal Normal

46 Laki-laki 64 Usia Lanjut Dasar Pekerja Kasar Merokok 130 80 Normal Normal 21 Normal Normal Terganggu

47 Perempuan 48 Prasenilis Menengah Pekerja Kasar Tidak Merokok 150 90 Ada Riwayat Hipertensi 20 Diabetes Hiperlipidemia Terganggu

48 Perempuan 50 Prasenilis Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 16 Normal Normal Terganggu

49 Perempuan 52 Prasenilis Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 26 Normal Normal Normal

50 Perempuan 52 Prasenilis Dasar Pekerja Kasar Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 19 Normal Normal Terganggu

51 Perempuan 49 Prasenilis Tinggi Tidak Bekerja Tidak Merokok 140 90 Ada Riwayat Hipertensi 28 Normal Hiperlipidemia Normal


(13)

54 Perempuan 70 Usia Lanjut Resiko tinggi Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 100 70 Normal Normal 20 Diabetes Normal Terganggu 55 Laki-laki 55 Prasenilis Menengah Tidak Bekerja Merokok 120 80 Normal Normal 24 Normal Normal Terganggu 56 Perempuan 55 Prasenilis Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 140 100 Ada Riwayat Hipertensi 28 Normal Normal Normal 57 Laki-laki 60 Usia Lanjut Dasar Pekerja Kasar Merokok 120 70 Normal Normal 25 Normal Normal Terganggu 58 Perempuan 65 Usia Lanjut Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 130 80 Normal Normal 24 Normal Normal Terganggu 59 Perempuan 58 Prasenilis Tinggi Tidak Bekerja Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 27 Normal Normal Normal 60 Perempuan 49 Prasenilis Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 130 80 Normal Normal 27 Normal Normal Normal 61 Perempuan 61 Usia Lanjut Dasar Pekerja Kasar Tidak Merokok 110 70 Normal Normal 23 Diabetes Normal Terganggu 62 Laki-laki 67 Usia Lanjut Menengah Tidak Bekerja Merokok 130 70 Normal Normal 20 Normal Normal Terganggu 63 Perempuan 52 Prasenilis Menengah Pekerja Kasar Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 25 Normal Hiperlipidemia Terganggu 64 Perempuan 57 Prasenilis Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 110 60 Normal Normal 26 Normal Normal Normal 65 Perempuan 58 Prasenilis Menengah Tidak Bekerja Tidak Merokok 130 70 Normal Normal 27 Normal Hiperlipidemia Normal 66 Laki-laki 60 Usia Lanjut Menengah Pekerja Kasar Merokok 100 60 Normal Normal 23 Normal Normal Terganggu 67 Perempuan 58 Prasenilis Dasar Pekerja Kasar Tidak Merokok 110 80 Normal Normal 24 Normal Normal Terganggu 68 Laki-laki 59 Prasenilis Menengah Pekerja Kasar Merokok 140 90 Ada Riwayat Hipertensi 26 Normal Hiperlipidemia Normal 69 Perempuan 55 Prasenilis Menengah Pekerja Kasar Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 28 Normal Normal Normal 70 Perempuan 63 Usia Lanjut Dasar Tidak Bekerja Tidak Merokok 150 90 Ada Riwayat Hipertensi 22 Diabetes Hiperlipidemia Terganggu 71 Perempuan 56 Prasenilis Dasar Pekerja Kasar Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 26 Normal Normal Normal 72 Perempuan 52 Prasenilis Tinggi Tidak Bekerja Tidak Merokok 100 80 Normal Normal 25 Normal Normal Terganggu 73 Perempuan 60 Usia Lanjut Menengah Pekerja Kasar Tidak Merokok 120 70 Normal Normal 26 Normal Hiperlipidemia Normal

74 Perempuan 55 Prasenilis Tinggi Pegawai Tidak Merokok 120 80 Normal Normal 30 Normal Normal Normal


(14)

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association, 2013. High Blood Pressure. Available from:

http://www.heart.org/idc/groups/heartpublic/@wcm/@sop/@smd/documents/ downloadable/ucm_319587.pdf [Accessed 15 Mmay 2015]

Barett, K.E., Barman, S.M., Boitano, S., and Brooks, H.L., 2012. Ganong’s

Review of Medical Physiology. 24th ed. USA: McGraw-Hill.

Cheng, Y., Jin, Y.,Unverzagt, F.W., Su,L., Yang,L., Ma,F., et al., 2014. The Relationship between Cholesterol and Cognitive Function is Homocystein Dependant.

Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4211868/

Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., Cushman W.C., Green L.A., Izzo J.L., et al., 2003. The Seventh report of the Joint National Comittee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report.JAMA;289:2560-72.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2011.Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014.Jakarta.: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2014.Situasi dan Analisi Lanjut Usia

Jakarta.: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Dorland. N., 2002. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 22. Jakarta: EGC, 540.

Ghaidane, S., Ghaidane, A.M., Zahiruddin, Q.S., Khatib, N., 2014. Essential Hypertension and Cognitive Function in Elderly.


(15)

Available from:

http://www.gjmedph.org/uploads/O3-Vo3No2.pdf

Gil, L., Ruiz, S.C., Romero, S.J., and Pretelt, B.F., 2015. Validation of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA) in Spanish as a screening tool for mild cognitive impairment and mild dementia in patients over 65years old in Bogotá, Colombia. Available Form:

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/gps.4199/pdf [Accessed 15 May 2015)

Ginsberg, L., 2010. Lecture Notes: Neurology. 9th ed. UK: Wileyblack-Well. Guo, Z., Fratiglioni, L., Winbald, B.,Viitanen, M.,1997. Blood Pressure and

performance on MMSE on the very Old. Available from

http://aje.oxfordjournals.org/content/145/12/1106.long

Hershey, L.A., 2003. Pathogenesis of Mild Cognitive Impairment and Mixed Dementia. In: Izzo, J.L., and Black, H.R., ed. Hypertension Primer: The Essential of High Blood Pressure. 3rd ed. Texas: American Heart Association.

Kaplan, N.M., and Flynn, J.T., 2006. Clinical Hypertension. 9th ed. Philadhelpia: Lippincott Williams and Wilkins.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Keputusan Kementerian Kesehatan tentang Pedoman Rehabilitasi Kognitif. Jakarta: Pusat Intelegensia Kesehatan. Available From:

http://www.pusgenkes.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2014/03/Lamp-Rehab-Kog-Final.pdf [Accesses 10 May 2015]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Pusat Data dan Informasi.


(16)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.

Kilander, L., Nyman, H., Boberg, M.,Hansson, L.,Lithell, H., 1998. Hypertension is Related to Cognitive Impairment; A 20-Year Follow-up of 999 Men. Available from:

http://hyper.ahajournals.org/content/31/3/780.long [Accessed 28 March 2015]

Kipps, C.M., and Hodges, J.R., 2005. Cognitive Assessment for Clinicians.

Journal of Neuorology, Neurosurgery and pshychiatry. Available from: http://jnnp.bmj.com/content/76/suppl_1/i22.full.pdf+html [Accessed 9 May 2015]

Kuusisto, J., Koivisto,K., Mykkanen, L., Helkala, E.l., Vanhanen, M., Hanninen.T., et al., 1993. Essential Hypertension and Cognitive Function.

Available From:

http://hyper.ahajournals.org/content/22/5/771.full.pdf

Launer, L.J., Feskens,E.J.M, Kalmijn, S., Kromhout,D.,1996. Smoking drinking and thinking.

Available from:

http://aje.oxfordjournals.org/content/143/3/219.long

Lee, CT., Williams, G.H., and Lilly, L.S., 2010. Hypertension. In: Lilly LS., ed.

Pathophysiology of Heart Disease. 5th ed. Philadhelpia: Lippincott Williams and Wilkins, 301-323.

Madhur, M.S., Riaz, K., and Dreisbach, A,W., 2014. Hypertension. Available From:

http://emedicine.medscape.com/article/241381-overview#aw2aab6b2b4 [Accesses 20 April 2015]

Matorin, A.A., and Ruiz, P., 2009. Clinical Manifestation of Pshychiatric Disorders. In; Sadock B.D., Sadock, V.A., and Ruiz, p., ed. Comprehensive


(17)

Textbook of Pshychiatry.9th ed. Philadelphia. Lippincott Williams and Wilkins.

Mukherjee, P., Mazumdar, S., Goswami, S., Bhowmik, J., Chakroborty,S.,Mukhopadhyay,S., et al., 2012. Cognitive dysfunction in Diabetic Patient with Special Reference to Age of Onset, Duration and Control Diabetes.

Available from:

http://www.activitas.org/index.php/nervosa/article/viewFile/130/172

Murphy, M., Cowan,R., and Sederer, L.I., Blueprints Pshychiatri.5th ed. 2009. Philadhelpia: Lippincott Williams and Wilkins.

Obisesan, T.O., 2009. Hypertension and Cognitive Function. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3160824/pdf/nihms317631.p df [Accessed May 15 2015]

Panentu, D., and Irfan, M., 2013. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Pemeriksaan dengan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina) pada Insan Pasca Stroke Fase Recovery. Universitas Esa Unggul. Available from: http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Fisio/article/download/646/607 [Accessed 30 May 2015]

Rosendorff, C., 2005. Hypertension: Mechanism and Diagnosis. In:Rosendorff,Clive., ed. Essential Cardiology: Principles and Practice. 2nd ed New Jersey: Humana Press.

Rudd, p., and Osterberg, L.G., 2002. Hypertension: Context, Pathophysiology and Management. In; Topol, E.J., ed. Texbook of Cardiovascular Medicine. 2nd ed. Philadhelpia: Lippincott Williams and Wilkins.

Sabia, S., Elbaz,.A., Dugravot,A., Head,J., Shipley,M., Johnsons, G.H., et al.,2012. Impact of Smoking On Cognitive Decline in Early Old Age: The


(18)

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3675806/

Swan, G.Dorit, C., Asenath, L.,1998. Systolic Blood Pressure Tracking Over 25 to 30 Years and Cognitive Performance in Older Adults.

Available from:

http://stroke.ahajournals.org/content/29/11/2334.full.pdf+html

Tzourio,C., Dufouil, C., Ducimetière, P., Alpérovitch, A.,1999. Cognitive decline in individuals with high blood pressure: A longitudinal study in the elderly.

World Health Organization, 2013. Hypertension: Global and Regional Overview. Available From:

http://www.searo.who.int/entity/world_health_day/leaflet_burden_hbp_whd2 013.pdf [Accessed 5 April 2015]

World Health Organization, 2015. Dementia. Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs362/en/ [Accesed 5 April 2015] Zhao, Y., Wu,G., Shi, Haiming., Xia,H., Sun,T., 2014. Realationship Between

Cognitive Impairment and Apparent Diffusion Coefficient Values from Magnetic Resonance-Diffusion Weighted Imaging in Elderly Hypertesive Patient.

Available From:


(19)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Fungsi Kognitif Hipertensi

Jenis kelamin Usia

Pendidikan Pekerjaan Merokok

Diabetes Melitus Hiperlipidemia

Variebel Dependen Variebel Independen


(20)

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur Hipertensi Hasil pengukuran

tekanan darah

rata-rata, yang

menunjukkan angka ≥ 140 mm Hg untuk tekanan sistolik atau angka

≥ 90 mm Hg untuk tekanan diastolik dan atau ada riwayat hipertensi (pernah

didiagnosis

hipertensi / mendapat

pengobatan hipertensi)

Tensimete r dan Stetoskop

Pengukuran tekanan darah rutin

Nominal 1.Hipertensi 2.Tidak Hipertensi

Fungsi kognitif

Nilai yang

dihasilkan pada pemeriksaan MoCA-Ina

Kuesioner MoCA-Ina

Wawancara Ordinal 1.Fungsi kognitif Normal (26-30)

2.Fungsi kognitif terganggu ( dibawah 26) Jenis

kelamin

Status jenis kelamin yang didapatkan dari wawancara dan observasi

Kuesioner Wawancara dan

Pemeriksaan

Nominal 1. Laki-Laki 2. Perempuan

Usia Perhitungan umur yang dimulai dari saat kelahiran sampai dengan waktu perhitungan usia

Kuesioner Wawancara Ordinal 1.Prasenilis (45-59) 2. Usia lanjut (60-69) 3.Usia lanjut resiko tinggi (>70)

Pendidikan Jenis pendidikan formal yang

Kuesioner Wawancara Ordinal 1.Pendidikan dasar (SD,


(21)

terakhir diselesaikan subjek penelitian SMP) 2.Pendidikan menengah (SMA)

3. Pendidikan tinggi

(Diploma,Sar jana,

Magister,Dok tor)

Pekerjaan Kegiaan ekonomi yang

menghasilkan uang

Kuesioner Wawancara Nominal 1.Tidak Bekerja 2.Pekerja Kasar 3. Pegawai Merokok Seorang yang

merokok

sedikitnya satu batang per hari selama sekurang-kurangnya satu tahun

Kuesioner Wawancara Nominal 1.Merokok 2.Tidak merokok Diabetes Melitus Riwayat mendapatkan pengobatan

diabetes melitus atau pernah didiagnosis

diabetes mellitus

Kuesioner Wawancara Nominal 1.Normal 2.Diabetes Melitus Hiperlipide mia Riwayat mendapatkan pengobatan hiperlipidemia atau pernah didiagnosis

hiperlipidemia

Kuesioner Wawancara Nominal 1.Normal 2.Hiperlipide mia

3.3. Hipotesis


(22)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dan dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Posyandu Lansia Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.

4.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Juli 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi target penelitian ini adalah pasien yang menjadi cakupan di wilayah kerja Posyandu Kecamatan Medan Amplas. Populasi terjangkau penelitian ini adalah orang usia lanjut di Harjosari I yang menjadi sampel penelitian.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien usia lanjut yang ada di Posyandu Lansia Harjosari I yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.


(23)

Rumus besar sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus untuk proporsi tunggal.

� = Zα d2 P Q2 � = , 2 ,, 2 ,

� = , orang

n = 75 orang

Keterangan : n : Besar Sampel

Zα : Deviat Baku Alfa (1,96)

P : Proporsi Kategori variabel yang diteliti yaitu 0,258 Q : 1-P yaitu 1 – 0,258 = 0,742

d : Presisi yaitu 10 %

Perkiraan proporsi kejadian hipertensi pada 25,8% (Riskedas, 2013). Kesalahan tipe I (α) ditetapkan sebesar 5%, dan hipotesis dua arah, sehingga Zα =1,96. Kesalahan prediksi yang masih bisa diterima (presisi,d) ditetapkan sebesar 10% (0,1). Dari data – data diatas didapatkan besar sampel sebesar 75 orang. Selanjutnya sampel ini akan didapatkan dengan metode pengambilan sampel konsekutif (consequtive sampling).

4.3.3. Kriteria Penelitian A. Kriteria Inklusi

1. Bersedia ikut dalam penelitian

2. Mampu menulis, membaca dan berbicara indonesia

3. Umur di atas atau sama dengan 45 tahun (menjadi sasaran langsung program Posyandu Lansia).


(24)

B. Kriteria Eksklusi

1. Subjek dengan riwayat stroke 2. Subjek dengan riwayat epilepsi 3. Subjek dengan riwayat parkinson 4. Subjek dengan penyakit psikiatri 5. Subjek dengan retardasi mental

6. Subjek dengan riwayat trauma kepala berat 7. Subjek dengan riwayat infeksi SSP

8. Subjek yang tidak bisa menyelesaikan kuesioner MoCA-Ina

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data berupa tekanan darah dilakukan dengan pengukuran tekanan darah secara langsung menggunakan tensimeter . Data-data berupa karakteristik pasien didapatkan dari wawancara dengan pedoman kuesioner. Pengukuran fungsi kognitif dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner MoCA versi Indonesia.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi dan proporsi data-data pasien seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, merokok, riwayat diabetes melitus, dan riwayat hiperlipidemia. Selain itu Analisis ini juga digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi dan proporsi pasien yang tidak hipertensi, pasien yang hipertensi baik hipertensi derajat I atau hipertensi derajat II serta proporsi subjek dengan fungsi kognitif yang baik dan terganggu.


(25)

4.5.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan fungsi kognitif dengan uji statistik Chi Square. Selain itu hubungan antara kebiasaan merokok dan riwayat penyakit dengan dengan fungsi kognitif juga akan dianalisis dengan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square. Pada penelitian ini analisis data akan menggunakan program bantuan komputer Statistical Package For Sosial Science (SPSS) .


(26)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Amplas adalah salah satu dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan. Kecamatan Medan Amplas terdiri dari tujuh kelurahan yaitu Kelurahan Harjosari I, Kelurahan Harjosari II, Kelurahan Timbang Deli, Kelurahan Bangun Mulia, Kelurahan Sitirejo II, Kelurahan Sitirejo III, dan Kelurahan Amplas. Kecamatan Medan Amplas memiliki luas sebesar 11, 9 KM2. Kecamatan Medan Amplas berbatasan dengan Medan Johor di sebelah Barat, Kabupaten Deli Serdang di Timur, Kabupaten Deli Serdang di Selatan, dan Medan Kota dan Medan Denai di Utara. Tempat wawancara dilakukan di dalam ruangan aula kantor Kecamatan Medan Amplas.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini diambil 75 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi di Kecamatan Medan Amplas. Kemudian hal-hal yang dinilai dari karakteristik responden adalah jenis kelamin, usia, pekerjaan dan pendidikan.

Usia responden yang diambil dalam penelitian ini adalah di atas 45 tahun. Kemudian, usia responden dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014, yaitu kelompok usia prasenilis (45 sampai dengan 59 tahun), kelompok usia lanjut (60 sampai dengan 69 tahun) dan kelompok usia lanjut resiko tinggi (70 tahun atau lebih).data lengkap distribusi frekuensi karakteristik pasien dapat dilihat pada Tabel 5.1. di bawah.


(27)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik n %

Jenis Kelamin

- Laki-laki 21 28

- Perempuan 54 72

Pendidikan

- Dasar (SD-SMP) 29 38,7

- Menengah (SMA) 30 40

- Perguruan Tinggi 16 21,3

Usia

- Prasenilis 45 60

- Usia Lanjut 24 32

- Usia Lanjut Risiko Tinggi

6 8

Pekerjaan

- Tidak bekerja 37 49,3

- Pekerja Kasar 30 40

- Pegawai 8 10,7

Dapat dilihat dari tabel di atas, bahwa dari seluruh responden yang menjadi sampel penelitian, mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan (72%) dan sebagian besar pendidikan responden penelitian adalah menengah (SMA dan sederajat). Kategori usia responden yang terbanyak adalah 45-59 tahun (prasenilis) dengan persentase 60%. Usia responden yang paling muda adalah 45 tahun dan yang paling tua adalah 80 tahun dan rata-rata usia responden adalah 58,3 tahun. Pekerjaan responden yang terbanyak adalah tidak bekerja (49.3%).

5.1.3. Hipertensi

Pada penelitian ini status hipertensi dinilai melalui pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan penilaian riwayat hipertensi berdasarkan kriteria

JNC VII. Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi derajat 1 meliputi tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90-99 mmHg, sedangkan hipertensi derajat 2 tekanan darah sisitolik ≥ 160 atau tekanan darah diastolic ≥ 10.


(28)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Hipertensi

Status Hipertensi n %

Hipertensi 16 21.3

Hipertensi derajat 1 12 75 Hipertensi derajar 2 4 25

Normal 59 78,7

Total 75 100

Berdasarkan tabel di atas, perbandingan jumlah sampel yang mengalami hipertensi adalah 16 orang (21.3%), dan 59 orang (78,7%) untuk pasien yang normal. Selain itu, pada responden yang mengalami hipertensi, ternyata mayoritas hipertensi yang terjadi adalah hipertensi derajat 1 (75%) sedangkan hipertensi derajat 2 hanya 25 % .

5.1.4. Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit

Beberapa kebiasaan dan penyakit dapat mempengaruhi kejadian hipertensi dan fungsi kognitif itu sendiri. Salah satu kebiasaan dan penyakit tersebut adalah kebiasaan merokok, penyakit diabetes dan penyakit hiperlipidemia. Data lengkap distribusi kebiasaan merokok, riwayat penyakit diabetes dan riwayat penyakit hiperlipidemia dapat dilihat pada Tabel 5.2. di bawah.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit

n %

Merokok

- Merokok 16 21,3

- Tidak Merokok 59 78,7

Riwayat Diabetes

- Diabetes 13 17,3

- Normal 62 82,7

Riwayat Hiperlipidemia

- Hiperlipidemia 18 24

- Normal 57 76

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat diamati bahwa dari total 75 responden yang ada, jumlah responden yang tidak merokok lebih banyak dibandingkan yang merokok yaitu hanya 16 orang (21,4%). Hal ini mungkin


(29)

disebabkan mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan dan hal ini berpengaruh terhadap kebiasaan merokok. Berdasarkan penelusuran riwayat penyakit, responden yang memiliki riwayat diabetes ada sebanyak 13 orang (17,3%) dan responden yang memiliki riwayat hiperlipidemia ada sebanyak 18 orang atau (27%).

Tabel 5.4. Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Status Hipertensi

Hipertensi Normal Total

n % n % n %

Kebiasaan Merokok

Merokok 3 18,8 13 81,3 16 100

Tidak Merokok 13 22 46 78 59 100

Riwayat Diabetes

Diabetes 5 38,5 8 61,5 13 100

Normal 11 17,7 51 82,3 62 100

Riwayat Hiperlipidemia

Hiperlipidemia 7 38,9 11 61,1 18 100

Normal 9 15,8 48 84,2 57 100

Berdasarkan data-data di atas dari 16 orang yang merokok, jumlah responden yang hipertensi adalah 3 orang (18,8%) dan yang tidak hipertensi adalah 13 orang 81,3 %. Sedangkan pada orang yang tidak merokok kejadian hipertensi adalah 13 orang (22%) dan yang tidak hipertensi adalah 46 orang (78%). Selain itu, jika dilihat jumlah orang yang mengalami hipertensi pada orang memiliki riwayat penyakit diabetes dan hiperlipidemia, kejadian hipertensi cenderung lebih tinggi pada orang yang memiliki riwayat penyakit dibandingkan yang tidak memiliki riwayat.

Dari 13 responden yang memiliki riwayat penyakit diabetes ternyata 5 orang (38,5%) mengalami hipertensi, sedangkan pada 62 orang yang tidak memiliki riwayat diabetes hanya 11 orang (17,7%) yang mengalami hipertensi. Pada 16 orang yang memiliki riwayat hiperlipidemia, kejadian hipertensi lebih tinggi daripada orang yang tidak memiliki riwayat hiperlipidemia, yaitu 7 orang (38,9%) pada orang dengan riwayat hiperlipidemia dan hanya 9 orang (15,8)


(30)

Tabel 5.5. Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Fungsi Kognitif

Terganggu Normal Total

n % n % n %

Kebiasaan Merokok

Merokok 10 62,5 6 37,5 16 100

Tidak Merokok 24 40,7 35 59,3 59 100

Riwayat Diabetes

Diabetes 11 84,6 2 15,4 13 100

Normal 23 37,1 39 62,9 62 100

Riwayat

Hiperlipidemia

Hiperlipidemia 8 44,4 10 55,6 18 100

Normal 26 45,6 31 54,4 57 100

Pada tabel di atas, dapat diamati perbedaan frekuensi pada fungsi kognitif responden berdasarkan kebiasaan merokok, riwayat diabetes dan riwayat hiperlipidemia. Berdasarkan kebiasaan merokok, dapat dilihat bahwa kejadian fungsi kognitif yang terganggu lebih besar pada orang yang merokok dibandingkan yang tidak. Dari 16 orang yang merokok ternyata ada 10 responden (62,5%) yang fungsi kognitifnya terganggu, sedangkan dari 59 orang yang tidak merokok ada 24 responden (40,7%) yang fungsi kognitifnya terganggu.

Dari 13 orang yang memiliki riwayat diabetes, sebanyak 11 responden (84,6%) fungsi kognitifnya terganggu dan hanya ada 2 orang yang fungsi kognitifnya normal, sedangkan pada 62 responden yang tidak memiliki riwayat diabetes hanya ada 23 orang (37,1%) yang fungsi kognitifnya terganggu dan selebihnnya normal.

Kejadian fungsi kognitif yang terganggu pada 16 responden yang memiliki riwayat hiperlipidemia adalah 8 orang (44,%) tidak terlalu berbeda dengan 57 responden yang tidak memiliki riwayat hiperlipiemia yaitu 26 orang (45,6%).


(31)

5.1.5. Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif responden dinilai dengan kuesioner Moca versi Indonesia yang sudah sering digunakan untuk menilai gangguan kognitif. Berdasarkan kuesioner Moca-Ina, fungsi kognitif seorang dikatakan terganggu jika skor yang dihasilkan di bawah 26, sedangkan jika skor di atas atau sama dengan 26, maka fungsi kognitif dikatakan normal. Untuk orang dengan lama pendidikan dibawah atau sama dengan 12 tahun skor ditambahkan satu.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif n %

Terganggu 34 45,3 X±SD

Normal 41 54,7 24,61±3.30

Total 75 100

Dapat diamati bahwa, dari tabel di atas jumlah responden dengan fungsi kognitif normal lebih banyak dibandingkan dengan fungsi kognitif yang terganggu. Jumlah responden dengan fungsi kognitif normal adalah 41 orang (54,7%), sedangkan jumlah responden dengan fungsi kognitif terganggu adalah 34 orang (45,3%). Skor fungsi kognitif pada responden yang terendah adalah 16 dan yang tertinggi adalah 30.

5.1.6.Hubungan antara Hipertensi dengan Fungsi Kognitif pada Responden Dari seluruh responden berjumlah 75 orang yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, didapatkan hasil tabulasi silang antara hipertensi dengan fungsi kognitif pada usia lanjut. Selanjutnya dilakukan analisi bivariat menggunakan chi square untuk mengatahui ada atau tidaknya hubungan. Hasil tabulasi silang antara hipertensi dengan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 5.7. Hubungan antara Hipertensi dengan Fungsi Kognitif Fungsi Kognitif

Total P-value

Terganggu Normal Status

Hipertensi

Hipertensi 11 5 16

0,034

68,8% 31,3% 100%

Normal 23 35 59


(32)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 16 orang yang mengalami hipertensi 11 orang (68,8%) diantaranya mengalami gangguan fungsi kognitif dan hanya 5 orang (31,3%) yang memilki fungsi kognitif normal. Sebaliknya, pada orang yang 59 orang yang tidak hipertensi kebanyakan mereka memiliki fungsi kognitif normal, yaitu 35 orang (81%) orang memilki fungsi kognitif normal dan 23 orang (39%) mengalami gangguan fungsi kognitif.

Berdasarkan uji tabulasi silang di atas dengan menggunakan analisis uji statistik chi-square didapati nilai P = 0,034 (p<0,05) artinya Ho ditolak atau ada hubungan antara hipertensi dengan fungsi kognitif.

5.1.7.Hubungan antara Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Fungsi Kognitif

Beberapa kebiasaan dan penyakit-penyakit tertentu dapat mempengaruhi fungsi otak dan intelegensia. Oleh karenanya, hal tersebut dapat menjadi faktor mempengaruhi fungsi kognitif seseorang terutama lansia. Kebiasaan dan penyakit yang dinilai dalam penelitian ini adalah kebisaaan merokok, penyakit diabetes dan penyakit hiperlipidemia.

Dari data-data yang telah dikumpulkan dari 75 responden, didapatkan tabulasi silang antara hubungan antara kebiasaan merokok dan riwayat penyakit dengan fungsi kognitif yang dapat dilihat pada Tabel 5.7. di bawah

Tabel 5.8. Hubungan Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Fungsi Kognitif

Terganggu Normal Total P-value

n % n % n %

Kebiasaan Merokok

0,120

Merokok 10 62,5 6 37,5 16 100

Tidak Merokok 24 40,7 35 59,3 59 100

Riwayat Diabetes

0,002

Diabetes 11 84,6 2 15,4 13 100

Normal 23 37,1 39 62,9 62 100

Riwayat

Hiperlipidemia

0,478

Hiperlipidemia 8 44,4 10 55,6 18 100


(33)

Berdasarkan tabulasi silang di atas dapat dilihat p-value = 0,120 (p>0,05) untuk kebiasaan merokok atau tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan fungsi kognitif. Namun, jika dilihat dari variabel riwayat diabetes, didapatkan p-value = 0,002 (p<0,05), yang artinya terdapat hubungan antara riwayat diabetes dengan fungsi kognitif. Sedangkan dari riwayat hiperlipidemia, didapatkan nilai p-value =0,478 (p>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara riwayat hiperlipidemia dengan fungsi kognitif.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden Penelitian

Pada penelitian ini, jenis kelamin responden yang terbanyak adalah perempuan, yaitu jumlah perempuan 54 orang (72%) dan laki-laki 21 (28%). Penelitian yang dilakukan Guo et al., (1997), pada 1736 pasien dengan usia antara 79-101 tahun, juga didapati perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu perempuan 1318 (75,9%) dan laki-laki 418 (24,1%). Penelitian yang dilakukan Zhao et al., (2014) pada subjek berusia 60-69 tahun, didapati subjek laki laki lebih banyak daripada perempuan yaitu laki-laki 109 (57%) dan perempuan 82 (43%).

Mayoritas pendidikan responden pada penelitian ini adalah SMA atau 9 atau 12 tahun (40%). Penelitian Guo et al., (1997), mayoritas pendidikannya adalah < 8 tahun. Penelitian Kilander et al., (1998) mayoritas pendidikan respondennya adalah 6-7 tahun. Perbedaan lamanya pendidikan responden dari satu penelitian dengan penelitian juga dapat menyebabkan hasil yang berbeda.

Pekerjaan responden pada penelitian ini terbanyak pada kelompok tidak bekerja (49,3%). Pekerjaan terbanyak responden pada penelitian Kilander et al.,

(1998) adalah pekerja kasar sejumlah 406 (40%). Menurut pendapat peneliti, kebanyakan status pekerjaan responden adalah tidak bekerja karena penelitian ini dilakukan pada usia lanjut yang produktifitasnya sudah menurun sehingga lebih sedikit repsonden yang bekerja.


(34)

5.2.2. Hubungan antara Hipertensi dengan Fungsi Kognitif pada Responden Uji Chi Square yang dilakukan untuk menilai hubungan antara hipertensi dengan fungsi kognitif mendapatkan nilai p < 0,05 yang berarti ditemukan ada hubungan antara hipertensi dengan fungsi kognitif pada usia lanjut yang diukur dengan kuesioner MoCA-Ina.

Hal ini sesuai dengan penelitian Zhao et al., (2014) yang menyatakan bahwa peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik berbanding lurus dengan penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia di Shanghai, Cina. Zhao et al., Ia juga menemukan bahwa skor Montreal Cognitive Assesment (MoCA) pada hipertensi derajat 2 lebih rendah dibandingkan dengan hipertensi derajat 1 dan hal sebaliknya ditemukan pada skor Clinical Dementia Rating ( CDR).

Hal serupa juga dinyatakan oeleh Kuusisto et.al (1993) yang meneliti 744 orang dengan usia rerata 73 tahun menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) dan pemeriksaan lainnya menyatakan bahwa orang dengan tekanan darah ≥ 160/95 memiliki kemampuan kognitif yang signifikan lebih rendah.

Penelitian Cross Sectional yang lebih baru di India tentang fungsi kognitif pada usia di atas 60 tahun yang diukur dengan MMSE menunjukkan bahwa pada responden yang hipertensi rata-rata skor total MMSE dan skor untuk orientasi, atensi-kalkulasi, memori segera, dan bahasa (kecuali registrasi) secara signifikan lebih rendah dibandingkan responden yang normotensi maupun prehipertensi (Ghaidane et al., 2014).

Kilander et al.,(1998) menyatakan bahwa dari penelitian Cohort yang dailakukannya menyatakan bahwa tekanan darah diastolik yang tinggi pada pemeriksaan awal atau pada usia 50 tahun berhubungan dengan fungsi kognitif yang terganggu pada 20 tahun kemudian. Namun, tekanan darah sisitolik, kadar glukosa dan kadar lipid yang tinggi pada pemeriksaan awal tidak berhubungan dengan gangguan di kemudian hari. Kemudian, Pengukuran cross sectional di usia 70 tahun menunjukkan bahwa tekanan darah yang tinggi baik sistolik maupun diastolik, resisitensi insulin dan diabetes berhubungan dengan fungsi kognitif yang rendah.


(35)

Tzourio et al., (1999) juga mendapat hasil yang sama dari kebanyakan hasil penelitian sebelumnya. Ia melakukan pengukuran tekanan darah awal di usia 59-61 lalu dilakukan follow up 4 tahun berikutnya untuk memprediksi penurunan fungsi kognitif. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan negatif antara tekanan darah dan durasi hipertensi dengan fungsi kognitif.

5.2.3. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Fungsi Kogitif

Sabia et al., (2012) menyatakan bahwa terjadi penurunan kognitif yang lebih cepat pada orang perokok dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok atau orang yang telah lama berhenti merokok. Namun, berdasarkan hasil penelitian yang dia lakukan riwayat merokok tidak memiliki hubungan dengan perubahan fungsi kognitif pada perempuan. Launer et al., (1996) menyatakan tidak ada hubungan antara merokok dengan penurunan kognitif pada pria tanpa penyakit kardiovaskuler dan diabetes.

Pada penelitian ini hasil uji chi-square menunjukkan nilai p=0,120 (>0,05) atau tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan fungsi kognitif pada responden. Namun, bias pemilihan (selection bias) harus dipertimbangkan dalam menilai hasil penelitian ini seperti mayoritas responden penelitian adalah perempuan yang tidak merokok, tetapi memiliki fungsi kognitif yang terganggu karena faktor-faktor lain.

Hubungan antara riwayat hiperlipidemia dengan fungsi kognitif menunjukkan nilai p=0,478 (>0,05) atau tidak ada hubungan antara riwayat hiperlipidemia dengan fungsi kognitif.

Hubungan antara kolesterol dengan fungai kognitif merupakan hal yang kompleks dan dipengaruhi oleh faktor-fakor lain, seperti kadar homosistein. Orang-orang yang kadar homosisteinnya normal, hubungan kolseterol dan fungsi kognitifnya berbentuk U (Ushaped), artinya baik kadar kolesterol yang tinggi maupun rendah dihubungkan dengan fungsi kognitif yang lebih rendah. Namun,


(36)

hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol dengan fungsi kognitif (Cheng

et al., 2014).

Pada riwayat diabetes, didapati nilai p=0,002 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara riwayat diabetes dengan fungsi kognitif. Hal ini didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya seperti hasil penelitian Mukherjee et al.,

(2015) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara penurunan fungsi kognitif dengan diabetes tetapi hal ini tidak berhubungan langsung dengan durasi dan onset diabetes.


(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan antara hipertensi dengan fungsi kognitif di wilayah kerja Posyandu Lansia Kecamatan Medan Amplas (p-value = 0,034).

2. Prevalensi subjek penelitian yang mengalami gangguan kognitif di wilayah kerja Posyandu Lansia Kecamatan Medan Aymplas adalah 45,3 %.

3. Faktor lain yaitu riwayat diabetes memiliki hubungan signifikan terhadap fungsi kognitif (p-value<0,05).

4. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dan riwayat hiperlipidemia dengan fungsi kognitif (p-value >0,05).

6.2. Saran

6.2.1 Bagi Lahan Penelitian

Disarankan kepada petugas puskesmas dan posyandu setempat agar lebih memerhatikan masalah hipertensi sebagai salah satu faktor yang dapat dicegah

(modifiable risk factor) sehingga mengurangi angka kejadiannya gangguan kognitif di kemudian harinya.

6.2.2. Bagi Peneliti Lain

Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dan dapat diteliti jauh dengan jumlah sampel yang lebih besar, atau diteliti hubungan faktor-faktor lainnya dengan fungsi kognitif yang terganggu.


(38)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi

Menurut The Seventh Report of the Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), tekanan darah dapat dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu: tekanan darah normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia 18 Tahun atau Lebih Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah

Sistolik (mm Hg)

Tekanan Darah Diastolik (mm Hg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi Derajat 2 ≥160 atau ≥ 100

Sumber: The Seventh Report of Joint National Comitee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood Pressure (JNC VII) (2003)

Berdasarkan klasifikasi di atas, maka seseorang dikatakan hipertensi saat hasil pengukuran tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mm Hg atau tekanan darah diastol lebih besar atau sama dengan 90 mm Hg.

Menurut kamus kedokteran Dorland (2000), hipertensi adalah tekanan darah arteri yang meninggi, penyebabnya mungkin tidak diketahui (hipertensi primer) atau mungkin disebabkan oleh penyakit lain (hipertensi sekunder).

2.1.2. Etiologi

Hipertensi dapat bersifat primer maupun sekunder. Hipertensi primer merupakan hasil dari interaksi genetik dan lingkungan, sedangkan hipertensi sekunder dapat terjadi akibat berbagai etiologi yang jelas termasuk gangguan ginjal, pembuluh darah, dan endokrin. Hipertensi primer atau hipertensi esensial merupakan penyebab 90-95% kasus hipertensi dan hipertensi sekunder hanya terjadi pada 2-10% kasus (Madhur et al., 2014).


(39)

2.1.3. Faktor Risiko

Berbagai faktor risiko telah dihubungkan dengan hipertensi, termasuk umur, seks, ras, aktifitas fisik, dan status sosio-ekonomi (Wang, 2005). Gaya hidup modern yang salah juga berkontribusi dalam menyebabkan hipertensi seperti merokok, komsumsi alkohol, stress, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, dan kurangnya mengkomsumsi buah dan sayur (Kaplan & Flynn., 2006).

2.1.4. Patogenesis

Kebanyakan penyebab hipertensi sekunder sudah diketahui dengan baik begitu pula dengan patogenesisnya. Namun, pada hipertensi primer, walaupun sudah banyak penelitian dilakukan, hasilnya masih berupa teori yang bersifat mosaik yang masing-masing bekerja pada organ yang berbeda dan tingkat pengaturan yang berbeda-beda pula (Rosendorff et al., 2005).

Patogenesis hipertensi primer merupakan interaksi dari predisposisi genetik dan abnormalitas sistemik yang dapat terjadi pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan sistem metabolisme tubuh. Abnormalitas-abnormalitas tersebut meliputi (1) peningkatan curah jantung; (2) peningkatan tahanan perifer; (3) peningkatan volume cairan tubuh; dan (4) kelainan metabolik seperti obesitas dan resistensi insulin (Lee et al., 2010).

Peningkatan curah jantung biasanya ditemukan pada orang yang lebih muda. Hal ini dapat terjadi melalui dua cara yaitu peningkataan volume cairan

(preload) dan peningkatan kontraktilitas jantung yang distimulasi sistem saraf. Walaupun terlibat dalam peningkatan tekanan darah, peningkatan curah jantung umumnya tidak menetap karena perubahan hemodinamik yang ditemukan adalah peningkatan tahanan perifer dengan curah jantung yang normal atau turun (Kaplan & Flynn, 2006).

Pada pasien hipertensi yang lebih muda, peningkatan tekanan darah tampaknya disebabkan oleh peningkatan curah jantung dengan tahahan perifer yang normal (hyperkinetic phase). Seiring pertambahan usia, peningkatan curah


(40)

(diastolic filling) sehingga akan melibatkan penurunan curah jantung pula. Sebaliknya, tahanan perifer cenderung meningkat seiring pertambahan usia akibat hipertrofi pembuluh darah yang mengalami paparan stress dan tekanan tinggi yang berkepanjangan (Lee et al., 2010).

Jantung berkontribusi terhadap hipertensi yang didasari tingginya curah jantung (high CO-based hypertension). Hal ini disebabkan oleh aktivitas simpatis berlebih. Sebagai contoh, saat dihadapkan didalam kondisi yang penuh stress, pasien hipertensi cenderung mengalami peningkatan denyut jantung yang berlebihan dibandingkan pasien normotensi (Lee et al., 2010).

Pembuluh darah berkontribusi terhadap hipertensi yang didasari peningkatan tahanan perifer (peripheral vascular resistance-based hypertension)

dengan mekanisme vasokontriksi. Pembuluh darah sendiri mengalami vasokontriksi sebagai respon akibat (1) peningkatan tonus simpatis; (2) regulasi abnormal tonus pembuluh darah oleh faktor-faktor lokal, termasuk nitric oxide, endothelin, dan natriuretic factor; dan (3) defek kanal ion di otot polos pembuluh darah (Lee et al., 2010).

Pada orang yang sehat, homeostasis berhasil dipertahankan. Saat tekanan darah naik, ekskresi natrium dan air ginjal akan meningkat untuk mengembalikan tekanan darah menjadi normal. Proses ini dinamakan pressure natriuresis. Pada pasien prehipertensi dan hipertensi, aliran darah ginjal tampaknya berkurang dibandingkan pasien normotensi. Causative sequence meliputi kontriksi arteriol eferen ginjal yang lebih dominan melalui sistem renin-angiotensin. Darah pada kapiler peritubular yang memiliki lebih sedikit natrium dan air menjadi bagian yang memiliki tekanan onkotik yang lebih besar sehingga semakin memfasilitasi reabsorbsi natrium, yang memicu peningkatan volume darah dan tekanan darah (Rudd & Osterberg, 2002).

Selain jantung dan pembuluh darah, organ lain yang berkontribusi terhadap patogenesis hipertensi adalah ginjal. Ginjal dapat menstimulasi hipertensi yang didasari peningkatan volume darah (volume-based hypertension)


(41)

kegagalan regulasi aliran darah ginjal; (2) defek kanal ion, dan (3) regulasi hormon yang tidak tepat (Lee et al., 2010).

Salah satu contoh regulasi hormon yang tidak tepat pada pasien hipertensi adalah pada pengaturan hormon renin-angiotensin-aldosteron. Kadar renin pada pasien yang menderita hipertensi esensial adalah 25 % abnormal, 60 % normal, dan 10-15 % tinggi. Karena seharusnya kadar renin dihambat oleh tekanan darah yang tinggi, kadar renin yang normal sekalipun dianggap patologis jika ditemukan pada pasien hipertensi (Lee et al., 2010).

Renin disekresikan dari apparatus juxtaglomerular sebagai respon dari sinyal yang dikirim makula densa terhadap penurunan tekanan arteriol ginjal atau peningkatan aktivitas adrenergik alfa dan beta di ginjal. Renin memiliki efek untuk mengaktivasi angiotensin I dari angiotensinogen. Selanjutnya, angiotensin I mengalami perubahan menjadi empat asam amino angiotensin II di di berbagai jaringan tubuh, khususnya di paru-paru. Angiotensin II sendiri dinonaktifkan oleh angiotensinase di banyak jaringan, khususnya sel darah merah (Rudd et al., 2002). Efek-efek dari sistem renin angiotensin meliputi: (1) vasokontriksi melalui inhibisi adenylat cyclase yang diperantarai g protein khususnya arteriol eferen ginjal; (2) retensi cairan melalui pelepasan aldosteron dan hormon antidiuretik; dan (3) Hipertrofi pembuluh darah, khususnya di jantung, pembuluh darah perifer, dan ginjal (Rudd & Osterberg, 2002).

Dari berbagai macam teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya hipertensi merupakan akibat dari interaksi berbagai faktor yang kompleks, meliputi genetik dan lingkungan. Kelainan-kelainan organ yang terlibat dalam patogenesis hipertensi adalah jantung, pembuluh darah, ginjal, sistem saraf, dan sistem endokrin.


(42)

2.1.5. Tanda dan Gejala

Di masa lalu, gejala klasik hipertensi adalah sakit kepala, epistaksis, dan pusing. Namun, studi menunjukkan bahwa gejala-gejala di atas tidak lebih sering ditemukan pada populasi penderita hipertensi dibandingkan pupulasi umum. Gejala-gejala lain seperti flushing, berkeringat dan pandangan kabur lebih sering ditemukan pada populasi penderita hipertensi disbanding populasi umum. Namun, kebanyakan pasien hipertensi tidak memiliki gejala dan didiagnosis melalui pengukuran darah saat pemeriksaan fisik rutin oleh tenaga medis (Lee et al.,

2010).

2.1.6. Komplikasi

Patogenesis hipertensi sistolik dan diastolik meliputi perubahan struktur dalam arteriol yaitu remodeling dan hypertrophy. Perubahan ini terlibat dalam arteriosklerosis pembuluh darah kecil yang bertanggung jawab terhadap kerusakan banyak organ jika hipertensi berlangsung lama (Kaplan & Flynn, 2006).

Kerusakan organ yang disebabkan hipertensi menggambarkan derajat lamanya tekanan darah tinggi sudah berlangsung. Kerusakan organ pada hipertensi dihubungkan dengan (1) beban kerja jantung yang semakin besar; dan (2) kerusakan pembuluh darah akibat peningkatan tekanan darah itu sendiri dan dipercepat oleh atherosclerosis. Trauma yang dihasilkan hipertensi kronis terhadap endotelium memicu aterosklerosis kemungkinan disebabakan oleh gangguan terhadap mekanisme proteksi pembuluh darah yang normal seperi sekresi Nitric Oxide. Atherosclerosis yang terjadi pada pembuluh darah besar mengurangi elastisitasnya (Lee et al., 2010).

Secara umum komplikasi hipertensi dapat disebabkan oleh hipertensi atau aterosklerosis. Komplikasi hipertensi meliputi penyakit jantung hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik dan diastolik, gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrial, stenosis aorta, penyakit serebrovaskular, gangguan kognitif dan demensia (Kaplan & Flynn, 2006).


(43)

2.1.7. Pengukuran Tekanan Darah dan Kriteria Diagnostik Hipertensi Pengukuran tekanan darah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pengukuran tekanan darah di ruang kerja secara akurat (accurate blood pressure measurement in the office), monitoring tekanan darah berjalan (Ambulatory Blood Pressure Monitoring /ABPM) dan metode pengukuran sendiri (self measurement).

Menurut JNC VII, pengukuran tekanan darah dilakukan dengan alat ukur yang terkalibrasi yaitu spigomanometer merkuri atau air raksa yang harus dilakukan uji validasi dan akurasi secara berkala.

Pengukuran tekanan darah di ruang kerja secara akurat (accurate blood pressure measurement in the office) dilakukan dengan tensimeter baik aneroid, merkuri, atau elektronik harus kaliberasi dan divalidasi secara teratur. Pemeriksa tekanan darah harus terlatih dalam teknik pengukuran tekanan darah yang standar dan pasien harus diposisikan dengan baik. Pasien harus duduk dengan tenang minimal 5 menit di kursi bukan di meja pemeriksaan, dengan kaki di lantai dan tangan setentang jantung. Kafein, olahraga, dan rokok harus dihindari minimal 30 menit sebelum pemeriksaan. Pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri diindikasikan pasa orang dengan hipotensi postural. Lapisan kain pengukur tekanan daarah harus dilingkarkan minimal 80% luas lengan.

Pengukuran tekanan darah harus dilakukan minimal dua kali pengukuran dan dihitung nilai rata-ratanya. Untuk pemeriksaan manual, palpasi nadi radialis hingga tidak teraba untuk memperkirakan tekanan darah sistolik. Kemudian naikkan 20-30 mm Hg di atasnya untuk penilaian secara auskultasi berikutnya. Pengempisan dilakukan dengan kecepatan 2 mm Hg per detik.

Tekanan darah sistolik adalah tekanaan saat suara Korotkoff yang pertama terdengar (fase 1) kemudian hilangnya suara korotkof menunjukkan nilai tekanan darah diastolik. (fase 5). Pemeriksa harus menyebutkan secara lisan dan tulisan kepada pasien tentang tekanan darahanya dan tekanan darah ideal untukn pengobatannya.


(44)

setiap 1 bulan. Bila tekanan darah melebihi 180/110 harus dilakukan terapi dan evaluasi dalam 1 minggu.

Metode pengukuran tekanan darah kedua adalah monitoring tekanan darah berjalan (Ambulatory Blood Pressure Monitoring /ABPM). Metode ini dapat menilai tekanan darah selama aktivitas harian dan selama tidur. Monitoring tekanan darah berjalan diindikasikan untuk pasien white coat hypertension, resistensi obat, hipotensi akibat obat anti hipertensi, disfungsi otonom dan hipertensi yang episodik.

Metode pengukuran tekanan darah yang ketiga adalah metode pengukuran sendiri (self measurement). Metode ini digunakan untuk menilai tekanan darah saat di ruang kerja dan saat di rumah. Metode ini biasanya dilakukan sebelum monitoring tekanan darah berjalan

Menurut JNC VII, Kriteria diagnostik hipertensi adalah minimal dua kali pengukuran tekanan darah pada kesempatan yang berbeda, dengan nilai rata-rata hasi pengukuran tekanan darah sistolik di atas atau sama dengan 140 atau tekanan darah diastolik diatas atau sama dengan 90. (JNC VII, 2003).

2.2. Fungsi Kognitif 2.2.1. Definisi

Fungsi kognitif adalah aktivitas fisik dan mental yang diformulasikan dengan kemampuan berpikir, mengingat, belajar, dan bahasa yang merupakan proses kerja yang terdiri dari atensi, memori, visuospasial, bahasa dan fungsi eksekutif (Kemenkes RI, 2010).

2.2.2. Aspek-aspek Fungsi Kognitif 1. Memori

Memori adalah sekumpulan sistem untuk menyimpan dan mengambil kembali informasi yang dapat berupa pengalaman pribadi, emosi, kenyataan, prosedur, keterampilan, dan kebiasaan ( Hedge, 2013).

Memori merupakan aktivitas dalam menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Memori memungkinkan kita menginterpretasi dan


(45)

bereaksi terhadap persepsi yang baru dengan mengacu kepada pengalaman lampau. Evaluasi yang akurat dan tepat dari fungsi memori merupakan salah satu bidang yang paling penting dalam fungsi kognitif pada usia lanjut. Hampir semua pasien demensia menunjukkan masalah memori dini pada perjalanan penyakitnya (Kemenkes RI, 2010).

Memori dibagi menjadi dua kelas besar yaitu memori impisit (implicit memory) dan memori eksplisit (explicit memory). Memori implisit adalah memori yang tidak melibatkan kesadaran dan penyimpananya biasanya tidak melibatkan proses di hipokampus. Memori eksplisit adalah memori yang dihubungkan dengan kesadaran dan pengolahannya bergantung terhadap hipokampus dan bagian lobus temporal medial (Ganong, 2012).

Memori eksplisit terdiri dari memori episodik dan memori semantik. Memori episodik mengingat kembali bagian-bagian diri sendiri sendiri (autobiographical details) atau kejadian yang dialami sendiri yang di waktu tertentu, sedangkan memori semantik berhubungan dengan pengetahuan tentang dunia (Kipps & Hodges, 2005).

Pembagian memori yang lain adalah memori jangka pendek ( short-term memory), memori anterogad (anterogade memory) dan memori retrogad (retrograde memory). Memori jangka pendek adalah memori yang bertanggung jawab dalam mengingat kembali sejumlah kecil materi verbal atau spasial dalam waktu yang singkat. Memori anterogad adalah memori yang digunakan untuk mendapatkan informasi baru, sedangkan memori retrogad adalah memori yang digunakan untuk mengingat kembali informasi yang pernah dipelajari (Kipps & Hodges., 2005).

Berdasarkan rentang waktu mengingat waktu kembali suatu informasi, memori dapat diklasifikasikan menjadi immediate memory (working memory), recent memory dan remote memory. Immediate memory adalah saat pasien mampu mengingat kembali informasi yang


(46)

hari, minggu atau bulan. Remote memory adalah mengingat informasi yang terjadi dalam beberapa tahun yang lalu (Matorin & Ruiz, 2009). 2. Atensi dan Konsentrasi

Atensi merupakan kemapuan untuk memfokuskan (memusatkan) perhatian pada masalah yang dihadapi. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk mempertahankan fokus tersebut. Atensi yang terpusat merupakan hal penting dalam belajar. Hal ini memberikan kemampuan untuk memproses hal penting yang dipilih dan mengabaikan yang lainnya. 3. Visuospasial

Visuospasial merupakan fungsi kognitif yang kompleks mengenai kemampuan tata ruang, termasuk menggambar dua maupun tiga dimensi. Pada gangguan visuospasial penderita mudah tersesat di lingkungannya 4. Bahasa

Bahasa merupakan fungsi kognitif dasar berupa komunikasi pada manusia. Bila terdapat gangguan bahasa, penilaian faktor kognitif lain akan agak sulit untuk diperiksa. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting. Bila terdapat gangguan, hal ini akan mengakibatkan hambatan yang berarti bagi seseorang.

5. Fungsi Eksekutif

Fungsi eksekutif meliputi kemampuan untuk merencanakan, menyesuaikan, menangani konsep yang abstrak, dan menyelesaikan masalah. Fungsi eksekutif juga dihubungkan dengan aspek sosial kepribadian dan perilaku, seperti inisiatif, motivasi dan inhibisi.

Fungsi eksekutif mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti kemampuan penyelesaian masalah, mengerjakan berbagai tugas yang beragam, maupun mengerjakan tugas dalam urutan tertentu.

Beberapa fungsi eksekutif meliputi hal-hal seperti menyeleksi penyelesaian tugas yang sesuai, perencanaan, dan mengorganisasikan informasi dan ide, memprioritaskan dan memfokuskan pada persoalan


(47)

utama dan bukan pada hal mendetail yang tidak relevan, memulai dan mempertahankan suatu aktivitas, fleksibilitas perpindahan strategi, mengevaluasi diri dan pengaturan perilaku. Fungsi eksekutif ini dapat terganggu pada individu dengan tingkat intelegensi rata-rata maupun di atas rata-rata dan juga pada individu yang mempunyai memori yang baik (Ginsberg, 2010; Kemenkes RI, 2010).

2.2.3. Anatomi Fungsional Kognitif 1. Memori

Landasan anatomi memori episodik adalah sistem limbik (hipokampus, talamus, dan jalur-jalur lainnya), sedangkan landasan anatomi untuk memori semantik adalah neokorteks temporal. Memori implisit mencakup banyak struktur, termasuk ganglia basalis, serebelum, dan sambungannya dengan korteks serebri.

2. Atensi dan Konsentrasi

Pemeliharaan fungsi atensi yang normal bergantung terhadap dasar anatomi yang sama dengan kesadaran, yaitu sistem aktivasi retikular yang memproyeksikan masukannya ke talamaus lalu ke korteks serebri secara difus.

3. Fungsi Eksekutif, Kepribadian, dan Perilaku

Lobus frontal hemisfer serebri khususnya area prefrontal adalah daerah yang esensial untuk fungsi eksekutif, sedangkan lobus frontal bagian ventromedial memainkan peran yang penting dalam kognisi sosial, kepribadian dan perilaku.

4. Bahasa

Pada kebanyakan orang hemisfer serebri kiri merupakan bagian yang dominan untuk pengaturan bahasa. Bahkan, orang-orang bertangan kidal juga cenderung memiliki pusat pengaturan bahasa yang dominan di hemisfer kiri.


(48)

5. Visuospasial

Informasi dari korteks visual diarahkan langsung ke korteks temporal atau parietal melalui satu atau dua jalur. Jalur dorsal (dorsal stream) menghubungkan informasi visual dengan posisi ruang dan orientasi di lobus parietal, sedangkan jalur ventral (ventral stream) menghubungkan informasi ini ke tempat penyimpanan pengetahuan semantik di lobus temporal (Ginsberg, 2010; Ganong, 2012; Kipps & Hodges,, 2005).

2.2.4. Pengukuran Fungsi Kognitif

The Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan alat yang paling sering digunakan dalam menilai fungsi kognitif. MMSE baik dalam menilai fungsi memori dan atensi, tetapi relatif kurang sensitif dalam menilai bahasa, dan hanya ada sedikit penilaian terhadap fungsi visuospasial bahkan tidak ada penilaian terhadap fungsi eksekutif (Kipps & Hodges, 2005).

Selain itu, berdasarkan penelitian Pendlebury (2012), sensitivitas MMSE dalam skrining gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment) berada di bawah alat pengukuran lainnya seperti Montreal Cognitive Assesstment (MoCA). Oleh kaena itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner MoCA karena merupakan kuesioner yang lebih sensitif dan lebih lengkap dalam menilai fungsi kognitif seseorang.

2.2.5. Montreal Cognitive Assesment (MoCA)

Montreal Cognitive Assesment (MoCA) diciptakan oleh dr. Ziad Nasreddine di Montreal, Quebec pada tahun 1996. MoCA telah tervalidasi dalam mendeteksi gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment), demensia ringan dan juga sering dipakai pada keadaan-keadaan lain (Gil et al., 2015)

MoCA sendiri menilai banyak aspek fungsi kognitif. Fungsi memori dalam hal ini delayed recall, yaitu pemeriksa membacakan 5 kata lalu subjek menyebutkan 5 kata tersebut sebanyak dua kali lalu menyebutkan kembali setelah 5 menit (5 poin). Fungsi Atensi yaitu menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin), digit forward and backward 2 poin). Fungsi bahasa dinilai


(49)

dengan menyebutkan 3 nama binatang yaitu singa, unta dan badak (3 poin), mengulang 2 kalimat (2 poin), dan kelancaran berbahasa (1 poin). Fungsi Visuospasial dinilai dengan clock drawing test (3 poin) dan menggambarkan kubus 3 dimensi (1 poin) Fungsi eksekutif dinilai dengan trail-making B (1 poin),

Phonemic Fluency Test (1 poin) dan two item verbal abtraction (2 poin). Orientasi dinilai dengan menyebutkan tanggal, bulan tahun,hari, tempat, dan kota (masing-masing 1 poin) (Panentu & Irfan, 2013).

1. Fungsi Visuospasial dan Fungsi Eksekutif

Menelusuri Jejak Secara Bergantian (Alternating Trail Making)

Instruksi : “Buatlah garis yang menghubungkan sebuah angka dan sebuah huruf dengan urutan meningkat. Mulailah di sini (tunjuk angka [1] dan tariklah sebuah garis dari angka 1 ke huruf A, kemudian menuju angka 2 dan selanjutnya. Akhiri di sini (tunjuk huruf [E] ).

Penilaian : Berikan nilai 1 bila subyek menggambar dengan sempurna mengikuti pola berikut ini : 1-A-2-B-3-C-4-D-5-E, tanpa ada garis yang salah. Setiap kesalahan yang tidak segera diperbaiki sendiri oleh subyek diberi nilai 0.

Kemampuan visuokonstruksional (kubus)

Instruksi : “Contohlah gambar berikut setepat mungkin pada tempat yang disediakan dibawah ini”


(50)

Penilaian : Berikan nilai 1 untuk gambar yang benar : a) Gambar harus tiga dimensi

b) Semua garis tergambar

c) Tidak terdapat garis tambahan

d) Garis-garis tersebut relative sejajar dan panjangnya sesuai (bentuk prisma segi empat dapat diterima)

Nilai tidak diberikan untuk masing-masing elemen jika kriteria di atas tidak dipenuhi

Kemampuan visuokonstruksional (jam dinding)

Instruksi : “Gambarlah sebuah jam dinding, lengkapi dengan angka-angkanya dan buat waktunya menjadi pukul 11 lewat 10 menit”.

Penilaian : Berikan nilai 1 untuk masing-masing dari kriteria berikut :

a) Bentuk (nilai 1) : bentuk jam harus berupa lingkaran dengan hanya sedikit distorsi (mis: ketidaksempurnaan dalam menutup lingkaran)

b) Angka (nilai1) : semua angka yang terlihat dalam jam harus lengkap tanpa tambahan angka, angka harus diletakkan dalam urutan yang tepat dan dalam kuadran yang sesuai dengan bentuk jam, angka-angka Romawi dapat diterima, angka dapat diletakkan di luar lingkaran.

c) Jarum jam (nilai 1) : harus terdapat dua jarum jam yang secara bersamaan menunjukkan waktu yang dimaksud. Jarum yang menunjukkan jam harus secara jelas lebih pendek dari jarum jam yang menunjukkan menit, jarum jam harus berpusat di dalam lingkaran dengan pertemuan kedua jarum berada dekat dengan pusat lingkaran. Nilai tidak diberikan untuk masing-masing elemen jika kriteria diatas tidak dipenuhi .

2. Penamaan


(51)

Penilaian : Masing-masing 1 nilai diberikan untuk jawaban berikut (1) gajah, (2) badak, (3) unta.

3. Memori

Instruksi : “Ini adalah pemeriksaan daya ingat. Saya akan membacakan sederet kata yang harus anda ingat sekarang dan nanti. Dengarkan baik-baik, setelah saya selesai katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda dapat ingat, tidak masalah disebutkan tidak berurutan” (kemudian permeriksa membacakan 5 kata dengan kecepatan satu kata setiap detik). Tandai dengan tanda centang (√) di tempat yang disediakan, untuk tiap kata yang dapat diingat secara benar oleh subjek pada pemeriksaan pertama. Ketika subjek menunjukkan bahwa ia telah selesai (telah mengingat semua kata) atau sudah tidak dapat lagi mengingat kata lainnya, bacakan sederet kata untuk kedua kalinya disertai instruksi berikut : “Saya akan membacakan sederet kata yang sama untuk kedua kalinya. Cobalah untuk mengingat dan katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang dapat anda ingat, termasuk kata-kata yang sudah anda sebutkan di kesempatan pertama”. Di akhir permeriksaan kedua, jelaskan kepada subyek bahwa dia akan diminta lagi untuk mengingat kembali kata-kata tersebut dengan mengatakan “Saya akan meminta ada untuk mengingat kembali kata-kata tersebut pada akhir pemeriksaan”.

WAJAH-SUTERA-MASJID-ANGGREK-MERAH

WAJAH SUTERA MASJID ANGGREK MERAH

Pemeriksaan pertama Pemeriksaan kedua


(52)

4. Atensi

Rentang Angka Maju (Forward Digit Span)

Instruksi : “Saya akan mengucapkan beberapa angka, dan setelah saya selesai ulangi apa yang saya ucapkan tepat sebagaimana saya mengucapkannya” (Bacakan kelima urutan angka yang diulangi secara benar).

2 – 1 – 8 – 5 – 4

Penilaian : Berikan nilai 1 untuk tiap urutan yang diulangi secara benar. Rentang Angka Mundur (Backward Digit Span)

Instruksi : “Sekarang saya akan mengucapkan beberapa angka lagi, akan tetapi jika saya sudah selesai, anda harus mengulangi apa yang saya ucapkan dalam urutan terbalik” (Bacakan ketiga urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap detik).

7 – 4 – 2

Penilaian : Berikan nilai 1 untuk tiap urutan yang diulangi secara benar. (N.B.: jawaban yang benar untuk pemeriksaan angka mundur adalah 2-4-7)

Kewaspadaan

Instruksi : “Saya akan membacakan sebuah urutan huruf, setiap kali saya mengucapkan huruf “A”, tepuk tangan anda sekali, jika saya mengucapkan huruf lainnya jangan tepuk tangan anda”

F B A C M N A A J K L B A F A K D E A A A J A M F A A B

Penilaian : Berikan nilai 1 jika terdapat nol sampai satu kesalahan (tepuk tangan pada huruf yang salah atau tidak bertepuk pada huruf “A” dihitung sebagai satu kesalahan).

Rangkaian 7 (Serial 7s)

Instruksi : “Sekarang saya ingin anda berhitung dengan cara mengurangi, mulai angka 100 dikurang tujuh kemudian terus dikurangi dengan angka tujuh sampai


(53)

saya memberitahukan anda untuk berhenti” Ulangi instruksi ini untuk kedua kali jika diperlukan

100 – 7 = 93 – 7 , Dan seterusnya 93 – 86 – 79 – 72 – 65

Penilaian : Nilai maksimal adalah 3. Berikan : a). Nilai 0 : Jika tidak ada jawaban yang benar. b). Nilai 1 : Untuk satu jawaban yang benar.

c). Nilai 2 : Untuk dua sampai tiga jawaban yang benar.

d). Nilai 3 : Jika subyek dapat memberikan empat atau lima jawaban yang benar. Hitung setiap jawaban pengurangan 7 yang benar dimulai dari 100. Setiap pengurangan dinilai secara independen, maksudnya jika subyek menjawab dengan jawaban yang salah akan tetapi melanjutkan pengurangan 7 yang benar dari angka tersebut, berikan nilai untuk tiap hasil pengurangan yang benar. Sebagai contoh, seorang subyek menjawab “92-85-78-71-64” yang mana angka “92” adalah jawaban yang salah, akan tetapi angka berikutnya dikurangi tujuh jawabannya benar. Dalam hal ini hanya ada satu kesalahan dan nilai yang dapat diberikan pada bagian ini adalah 3.

5. Bahasa

Pengulangan Kalimat

Instruksi : “Saya akan membacakan kepada anda sebuah kalimat, setelah itu ulangi kepada saya tepat seperti apa yang saya bacakan [jeda]: “Wati membantu saya menyapu lantai hari ini” Setelah mendapat jawaban, katakan : “Sekarang saya akan membacakan kepada anda kalimat berikutnya, setelah itu ulangi ke-pada saya tepat seperti apa yang saya bacakan [jeda]: “Tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang”


(54)

“ketika”) atau adanya penambahan (misalnya “Tikus tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang) .

Kelancaran Berbahasa

Instruksi : “Katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda tahu yang dimulai dengan huruf tertentu yang akan saya katakan sesaat lagi. Anda boleh menyebut kata apa saja yang anda pikirkan kecuali nama orang/nama kota (misalnya Budi, Bandung), dan kata yang sama ditambah akhiran kata (misalnya bayar menjadi bayaran). Saya akan meminta anda untuk berhenti setelah satu menit. Apakah anda siap? [jeda], “Sekarang katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda ketahui dimulai dengan huruf S [beri waktu 60 detik]. Berhenti” Penilaian : Berikan nilai 1 jika subyek berhasil memberikan 11 kata atau kurang dari 60 detik. Tulis jawaban subyek pada bagian bawah atau samping formulir periksaan.

6. Abstraksi

Instruksi : “Katakan kepada saya apa kesamaan antara jeruk dengan pisang” jika subyek menjawab dengan jawaban yang konkrit/tidak abstrak, maka tambahan pertanyaan hanya sekali lagi: Katakan kepada saya kesamaan lainya dari kedua benda tersebut” jika subyek tidak memberikan jawaban yang sesuai (buah), katakan, “Ya, keduanya adalah buah”. Jangan memberikan perintah atau penjelasan tambahan. Setelah latihan, katakan : “Sekarang (beritahu) katakan kepada saya apa kesamaan kereta api dengan sepeda”. Setelah mendapat jawaban, lakukan pemeriksaan yang kedua, dengan mengatakan “Sekarang (beritahu) katakan kepada saya apa kesamaan sebuah penggaris dan jam tangan”. Jangan memberikan perintah atau penjelasan tambahan.

Penilaian : Hanya dua pasang kata terakhir yang dinilai. Berikan nilai 1 untuk tiap pasangan kata yang dijawab secara benar. Jawaban-jawaban berikut ini dianggap benar : Kereta Api – Sepeda = alat transportasi, sarana berpergian, kita dapat melakukan perjalanan dengan keduanya. Penggaris – Jam Tangan = alat ukur, digunakan untuk mengukur. Jawaban-jawaban berikut ini dianggap tidak tepat :


(55)

Kereta Api – Sepeda = keduanya mempunyai roda. Penggaris – Jam Tangan = keduannya mempunyai angka.

7. Memori Tertunda

Instruksi : “Saya telah membacakan beberapa kata kepada anda sebelmunya, dan saya telah meminta anda untuk mengingatnya. Beritahukan kepada saya sebanyak mungkin kata-kata tersebut yang bisa anda ingat. Beri tanda centang (√) di tempat yang telah disediakan untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk.

Penilaian : Berikan nilai 1 untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk apapun.

8. Orientasi

Instruksi : “Katakan kepada saya tanggal hari ini”Jika subyek tidak dapat memberikan jawaban yang lengkap, berikan tanggapan dengan mengatakan “Katakan kepada saya tahun, bulan, tanggal dan hari pada saat ini” kemudian katakana: “Sekarang, katakan kepada saya nama tempat ini dan berada di kota apa?”

Penilaian : Berikan nilai satu untuk tiap jawaban yang benar. Subyek harus menjawab secara tepat untuk tanggal dan nama tempat (nama rumah sakit, kllinik, kantor). Tidak ada nilai yang diberikan jika subyek membuat kesalahan walau satu hari dalam penyebutan tanggal

NILAI TOTAL : Nilai maksimal sebesar 30 Nilai total terakhir 26 atau lebih dianggap normal. Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai pendidikan formal selama 12 tahun atau kurang (tamat Sekolah Dasar - Sekolah Menengah Atas), jika total nilai kurang dari 30.

2.2.6 Penyakit yang Berhubungan dengan Kognitif

Menurut DSM-IV, penyakit kognitif diklasifikasikan menjadi delirium, demensia, amnesia dan penyakit kognitif lainnya. Delirium adalah suatu keadaan


(1)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Hipertensi ... .4

2.1.1. Definisi. ... 4

2.1.2. Etiologi ... 4

2.1.3. Faktor Resiko ... 5

2.1.4. Patogenesis ... 5

2.1.5. Tanda dan Gejala ... 8

2.1.6. Komplikasi ... 8

2.1.7. Pengukuran Tekanan Darah dan Kriteria Diagnostik Hipertensi ... 9

2.2.Fungsi Kognitif ... .10


(2)

vii

2.2.2. Aspek-aspek Fungsi Kognitif ... 10

2.2.3. Anatomi Fungsional Kognitif ... 13

2.2.4. Pengukuran Fungsi Kognitif ... 14

2.2.5. Montreal Cognitive Assesment (MoCA) ... 14

2.2.6. Penyakit yang Berhubungan dengan Kognitif ... 22

2.2.7. Faktor yang Berhubungan dengan Kognitif ... 24

2.3. Hubungan Hipertensi dengan Fungsi Kognitif ... .25

2.4. Posyandu Lansia ... .27

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 29

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 29

3.2. Definisi Operasional... 30

3.3. Hipotesis ... 31

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 32

4.1. Jenis Penelitian ... 32

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

4.3.1. Populasi ... 32

4.3.2. Sampel ... 32

4.3.3. Kriteria Penelitian ... 33

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 34

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 34

4.5.1. Analisis Univariat ... 34

4.5.2. Analisis Bivariat ... 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 36

5.1.Hasil Penelitian ... 36

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 36

5.1.3. Hipertensi ... 37


(3)

viii

5.1.4. Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit ... 38

5.1.5. Fungsi Kognitif ... 41

5.1.6. Hubungan antara Hipertensi dengan Fungsi Kognitif ... 41

5.1.7. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Fungsi Kognitif ... 42

5.2.Pembahasan ... 43

5.2.1. Karakteristik Responden Penelitian ... 43

5.2.2. Hubungan antara Hipertensi dengan Fungsi Kognitif ... 44

5.2.3. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Fungsi Kognitif ... 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

6.1.Kesimpulan ... 47

6.2.Saran ... 47

6.2.1. Bagi Lahan Penelitian ... 47

6.2.2. Bagi Penelitian Lain ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN


(4)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia 18 Tahun atau Lebih

4

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian 30 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 37 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Hipertensi 38 Tabel 5.3. Disttribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok dan Riwayat

Penyakit

38

Tabel 5.4. Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Status Hipertensi

39

Tabel 5.5. Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Fungsi Kognitif

40

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Fungsi Kognitif 41 Tabel 5.7. Hubungan antara Hipertensi dengan Fungsi Kognitif 41 Tabel 5.8. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dan Riwayat

Penyakit dengan Fungsi Kognitif

42


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(6)

xi

DAFTAR SINGKATAN

Depkes Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DM Diabetes Melitus

DSM-IV Diagnostic and Statistical Manual Mental Disorders -IV JNC Joint National Comitte

Kemenkes RI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia MCI Mild Cognitive Impairment

MoCA Montreal Cognitive Assesment RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar

SD Sekolah Dasar

SMA Sekolah Menengah Atas SMP Sekolah Menengah Pertama

SPSS Statistic Package for Social Science WHO World Health Organization