2.3 Lansia 2.3.1 Definisi lansia
Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial BKKBN
1998 dalam Zulsita. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
2.3.2 Klasifikasi lansia
WHO dalam menkes RI mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut:middle young elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia antara 60-74
tahun, old usia antara 75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di atas 90 tahun. Pada saat ini, ilmuwan sosial yang mengkhususkan diri mempelajari
penuaan merujuk kepada kelompok lansia : “lansia muda” young old, “lansia
tua” old old. Dan “lansia tertua” oldest old. Secara kronologis, young old secara umum dinisbahkan kepada usia antara 65 sampai 74 tahun, yang biasanya
aktif, vital dan bugar. Old-old berusia antara 75 sampai 84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas Papalia, Olds Feldman, 2005 dalam Zulsita 2010.
2.4 MMSE Mini Mental State Examination 2.4.1. Tujuan
MMSE awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status mental singkat serta terstandardisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara gangguan
organik dan fungsional pada pasien psikiatri. Sejalan dengan banyaknya
penggunaan tes ini selama bertahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah menjadi suatu media untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan
kognitif yang berkaitan dengan kelainan neurodegeneratif, misalnya penyakit Alzheimer Lezak, 2004
2.4.2. Gambaran
MMSE merupakan suatu skala terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 7 kategori : orientasi terhadap tempat negara, provinsi,
kota, gedung dan lantai, orientasi terhadap waktu tahun, musim, bulan, hari dan tanggal, registrasi mengulang dengan cepat 3 kata, atensi dan konsentrasi
secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau mengeja kata WAHYU secara terbalik, mengingat kembali mengingat kembali 3 kata yang
telah diulang sebelumnya, bahasa memberi nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami suatu kalimat, menulis kalimat dan
mengikuti perintah 3 langkah, dan kontruksi visual menyalin gambar. Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar sempurna; skor yang
makin rendah mengindikasikan performance yang buruk dan gangguan kognitif yang makin parah. Skor total berkisar antara 0-30 performance sempurna. Skor
ambang MMSE yang pertama kali direkomendasikan adalah 23 atau 24, memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk mendeteksi demensia; bagaimanapun,
beberapa studi sekarang ini menyatakan bahwa skor ini terlalu rendah, terutama terhadap seseorang dengan status pendidikan tinggi. Studi-studi ini menunjukkan
bahwa demensia dapat didiagnosis dengan keakuratan baik pada beberapa orang dengan skor MMSE antara 24-27.Gambaran ini terfokus pada keakuratan dalam
populasi. Untuk tujuan klinis, bahkan skor 27 tidak sensitif untuk mendeteksi demensia pada orang dengan status pendidikan tinggi, dimana skor ambang 24
tidak spesifik pada orang dengan status pendidikan rendah Lezak, 2004
2.4.3. Pelaksanaan
MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit.Tes ini dirancang agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi kesehatan
atau tenaga terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk penggunaannya.
2.4.4. Penggunaan Klinis
MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta
valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif.Hasilnya, MMSE menjadi suatu
metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak di dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan sebagai instrumen
skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi skala besar demensia.. Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini memiliki tes
retest dan reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan diagnosis klinis independen demensia dan penyakit Alzheimer. Karena performance pada MMSE
dapat dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien yang sehat, beberapa pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan ambang skor
berdasarkan umur dan status pendidikan untuk mendeteksi demensia. Kelemahan terbesar
MMSE yang
banyak disebutkan
ialah batasannya
atau ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan kognitif yang terganggu
di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain misalnya terbatasnya item verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian masalah atau judgment,
MMSE juga relatif tidak sensitif terhadap penurunan kognitif yang sangat ringan terutama pada individual dengan status pendidikan tinggi. Walaupun batasan-
batasan ini mengurangi manfaat MMSE, tes ini tetap menjadi instrumen yang sangat berharga untuk penilaian penurunan kognitif Rush, 2000 dalam Dayamaes
2013.