Perry 2009 menyatakan  bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien, kepedulian , empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa
kasih  sayang  perawat  terhadap  pasien  akan  membentuk  hubungan  perawat –klien
yang  terapeutik.  Dengan  demikian  pasien  merasa  nyaman,  aman  dan  rasa  stress akibat penyakit  yang diderita menjadi berkurang sehingga kepuasan pasien dapat
diwujudkan. Dengan  hasil  analisa  pernyataan  partisipan  bahwa  perawat  menunjukkan
prilaku  caring  dan  keramahan  yang  ditunjukkan  oleh  dokter  saat  pemeriksaan menimbulkan  rasa  puas  partisipan  selama  menjalani  perawatan  di  RSUD
Gunungsitoli
4.2.2. Memperoleh pelayanan kesehatan tanpa pembedaan status sosial
Pada  tema  ini  terdapat  sub  tema  sesuai  dengan  pernyataan  partisipan  yaitu memperoleh  pelayanan  tanpa  diskriminasi,  mendapat  perlakuan  dan  perhatian
yang sama. Tema ini menunjukkan bahwa selama partisipan dirawat, Rumah sakit dalam  hal  pelayanan  telah  menjalankan  kewajibannya  sesuai  dengan  undang-
undang  nomor  44  tahun  2009  tentang  Rumah  sakit,  yaitu  memberi  pelayanan kesehatan  yang  aman,  bermutu,  anti  diskriminasi,  dan  efektif  dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit dan  pasien  juga  memperoleh  haknya  sesuai  dengan  undang-undang  yaitu
memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur,dan tanpa diskriminasi. Tema  ini  berbeda  dengan  hasil  penelitian  dengan  pendekatan  kualitatif  yang
dilakukan  oleh  Lestari  2008  tentang  pelayanan  Rumah  sakit  bagi  masyarakat miskin  di  enam  wilayah  di  Indonesia.  Satu  kesimpulan  hasil  pada  Rumah  sakit
Universitas Sumatera Utara
pemerintah  adalah  adanya  perbedaan  pemberian  pelayanan  atas  dasar  tingkat sosial  ekonomi  pasien.  Pasien  miskin  akan  mendapat  pelayanan  berbeda
dibandingkan pasien yang membayar lebih.
4.2.3. Mendapatkan  informasi pelayanan dan administrasi yang tepat
Dalam  hal  proses  administrasi  dan  informasi  pelayanan  BPJS,  terdapat  sub tema, yaitu:informasi pelayanan bagi pasien PBI-JKN dan pelayanan adminstrasi
yang  baik.  Dengan  tema  ini  menunjukkan  bahwa  partisipan  sebagai  pasien  PBI- JKN telah mendapatkan haknya sesuai dengan hak peserta PBI-JKN Pasal 25 ayat
1  huruf  f,  yaitu  mendapatkan  informasi  pelayanan  kesehatan.  Tema  ini  sesuai juga  dengan  kewajiban  Rumah  sakit  pada  Undang-undang  Republik  Idonesia
Nomor  44  Tahun  2009  Tentang  Rumah  Sakit  pasal  29  ayat  1  huruf    a; memberikan  informasi  yang  benar  tentang  pelayanan  Rumah  Sakit  kepada
masyarakat  dan  huruf  i;  memberikan  informasi  yang  benar,  jelas  dan  jujur mengenai hak dan kewajiban pasien.
Penelitian  yang  pernah  dilakukan  oleh  Latifah  skripsi  tahun  2015  tentang Persepsi pasien peserta jaminan kesehatan nasional terhadap pelayanan kesehatan
di instalasi rawat inap sa’ad ibnu waqqash Rumah sakit islam sunan kudus, juga
menunjukkan  hal  yang  sama.  Penelitiam  tersebut  memperoleh  satu  kesimpulan bahwa  persepsi  responden  terkait  pelayanan  administrasi  yang  diberikan  oleh
pihak  rumah  sakit  sudah  baik.  Tidak  ada  kontras  pelayanan  yang  diberikan  oleh petugas  administrasi  antara  pasien  peserta  Jaminan  Kesehatan  Nasional  maupun
pasien  umum,  serta  kemampuan  petugas  yang  cukup  baik  dalam  memberikan pelayanan serta informasi terkait pelayanan administrasi
Universitas Sumatera Utara
4.2.4. Mengeluh terhadap pelayanan tenaga kesehatan Dalam penelitian ini ditemukan pernyataan partisipan yang menyatakan bahwa
ada  juga  pelayanan  kesehatan  yang  kurang  maksimal  yang  dirasakan  selama partisipan  dirawat.  Bahwa  ada  satu  dua  perawat  yang  kurang  peduli  terhadap
partisipan selama dirawat, pelayanan dokter yang kurang maksimal dalam hal ini waktu periksa yang terlambat, pelayanan gizi yang kurang maksimal dan keluhan
partisipan yang tidak terealisasi.
Hasil  penelitian  pada  tema  ini,  berbeda  dengan  penelitian  yang  pernah
dilakukan  Halu  skripsi  tahun  2010  tentang  tentang  persepsi  pasien  Jamkesmas terhadap  kepuasan  pelayanan  rawat  inap  di  RSUD  Gunungsitoli  yaitu  dari  segi
reliabilitydipercaya  100  responden  puas  terhadap  prosedur  pelayanan  dan jadwal  periksa  dokter.  Dari  segi  emphatiperhatian  100  responden  puas
terahadap perhatian
dokter dan
perhatian perawat.
Dari segi
responivenessketanggapan  100  responden  puas  terhadap  ketanggapan informasi yang jelas dari petugas kesehatan lainnya.
Tentang  makanan  yang  dikeluhkan  partisipan,  bahwa  sebaiknya  pengolahan dan penyajian makanan untuk pasien juga perlu di perhatikan. Karena hal ini juga
mempengaruhi  kepuasan  pasien  selama  dirawat  dan  dapat  mempercepat  proses penyembuhan  pasien.  Hal  ini  sesuai  dengan    penelitian  yang  pernah  dilakukan
oleh  Hagnyonowat, Pujo semedi, dan Martha I Kartasurya skripsi tahun 2013 di RSUD  Sunan  Kalijaga  kabupaten  Demak  tentang  hubungan  kepuasan  pelayanan
makanan Rumah sakit dan asupan makanan dengan perubahan status gizi pasien. Pada  penelitian  tersebut  disimpulkan  bahwa  semakin  tinggi  tingkat  kepuasan
Universitas Sumatera Utara
pelayanan makanan di Rumah sakit, semakin tinggi asupan energi dan protein dan selanjutnya  semakin  kecil  penurunan  status  gizi  pasien.  Demikian  juga  dengan
penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah D, Liber, dan  Nuri tesis tahun 2013 di RSUP  H.  Adam  Malik.  Penelitian  yang  dilakukan  adalah  tentang  peningkatan
kualitas cita rasa makanan Rumah sakit untuk mempercepat penyembuhan pasien penelitian  11  hari,  pada  hasil  penelitian,  satu  kesimpulannya  adalah  dengan
peningkatan kualitas cita rasa makanan di rumah sakit meningkatkan asupan gizi, status kesehatan dan memperpendek lama perawatan pasien.
4.2.6. Mengeluhkan fasilitas ruangan pasien yang kurang memadai Dalam  hal  fasilitas  pelayanan  Rumah  sakit,  partisipan  mengeluhkan  beberapa
fasilitas  yang kurang memadai,  yaitu:  fasilitas  ruangan pasien dan    kamar mandi kurang memadai. Dari segi fasilitas ruangan dan keadaan kamar mandi, sub tema
ini  juga  menunjukkan  hasil  yang  berbeda  dengan  penelitian  sebelumnya  yang dilakukan Halu skripsi tahun 2010 tentang persepsi pasien Jamkesmas terhadap
kepuasan  pelayanan  rawat  inap  di  RSUD.  Gunungsitoli  dari  segi  tangibles kenyataan terlihat bahwa 100 responden puas terhadap kebersihan kamar mandi.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Anggraini  R,  Syahrir  A,  Nur  Isradi  K
skripsi,  2015  di  Rumah  sakit  UNHAS  tentang  Tingkat  kepuasan  pasien  JKN terhadap  pelayanan  kesehatan  di  Rumah  sakit  UNHAS  dari  243  Responden,
64,8  responden  dari  ruangan  kelas  III  menyatakan  tidak  puas  dikarenakan mereka  merasa  tidak  nyaman  dalam  ruang  perawatan  kelas  III  dimana  pasien
merasa  kepanasan  selama  perawatan  akibat  kurangnya  alat  pendingin  udara  atau kipas  angin  pada  ruangan  tersebut.  Salah  satu  responden  mengutarakan  bahwa
Universitas Sumatera Utara
alangkah  baiknya  jika  setiap  tempat  tidur  memiliki  satu  kipas  angin  agar  pasien tidak  lagi  kepanasan  dan  keluarga  pasien  tidak  lagi  kelelahan  akibat  melakukan
kipas  manual  kepada  pasien.  Kondisi  kamar  mandi  pada  kelas  III  dirasa  masih tidak  bersih  dan  berbau  sehingga  menimbulkan  rasa  ketidaknyamanan  dalam
menggunakannya. Demikian juga Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Mulyana skripsi
tahun  2013  di  Indramayu.  Penelitian  tentang  kualitas  pelayanan  Rumah  sakit umum daerah studi tentang kepuasan pasien rawat inap peserta jamkesmas pada
Rumah  sakit  umum  daerah  kabupaten  Indramayu  dari  3  tiga  dimensi  pelayanan yang banyak mendapat keluhan pasien, satu diantaranya adalah dimensi tangibles
bukti  fisik.  Pada  dimensi  ini,  ditujukan  pada  aspek  fasilitas  ruang  tunggu perawatan,  kondisi  kamar  mandi  di  beberapa  ruang  rawat  inap,  dan  ketenangan
waktu istirahat pasien
4.3. SARAN PARTISIPAN Pada  hasil  wawancara  juga  terdapat  saran  partisipan  terutama  mengenali