66
4.2.6. Uji
Impulse Response Function IRF
Setelah uji VECM maka untuk melihat melacak respon dari variabel endogen di dalam sistem VARVECM karena adanya guncangan shock atau
perubahan di dalam variabel gangguan maka dilakukan uji impulse response yang bertujuan untuk melihat respon IHK akibat guncangan shock variabel SBI,
PUAB, LOAN dan SBMK di dalam transmisi moneter konvensionl dan untuk melihat respon IHK akibat guncangan shock variabel SBIS, PUAS,FINC dan
SBMK.. Berikut hasil uji impulse response pada transmisi moneter konvensional dan transmisi moneter syariah yang digambarkan dalam bentuk grafik dan tabel.
Grafik 4.5. Hasil Uji Impulse Response Transmisi Moneter Konvensional
Universitas Sumatera Utara
67 Sumber: Data Olahan Eviews, Lampiran 11
Respon variabel IHK jika atau saat terjadi shockgoncangan pada variabel SBI
Di awal periode yaitu periode pertama sampai periode ke tiga respon inflasi IHK mengalami kenaikan yang tidak terlalu tinggi dan merespon secara
positif namun sejak terjadinya goncangan atau shock terhadap variabel SBI yaitu pada periode empat sampai dengan periode sepuluh terjadi kenaikan yang cukup
tinggi di bandingkan periode awalnya , dalam hal ini di perlukan waktu sekitar 7 periode untuk IHK mengalami kenaikan yang cukup besar akibat shock
guncangan variabel SBI.
Universitas Sumatera Utara
68
Respon variabel IHK jika atau saat terjadi shockgoncangan pada variabel PUAB
Pada periode pertama sampai pada periode ke tujuh respon inflasi IHK memberikan respon yang negatif dan mengalami fluktuatif namun pada periode
ke tujuh akibat guncangan shock variabel PUAB namun pada periode ketujuh sampai dengan periode ke sepuluh respon IHK akibat guncanganshock variabel
PUAB mengalami penurunan namun tidak terlalu signifikan dan masih dengan respon positif.
Respon variabel IHK jika atau saat terjadi shockgoncangan pada variabel LOAN
Pada periode pertama sampai dengan periode ke sepuluh respon IHK memberikan respon yang positif namun goncangan shock variabel LOAN
mengakibatkan kenaikan variabel IHK artinya LOAN yang sangat bergejolak dari periode awal sampai dengan periode akhir memberikan peningkatan yang sangat
melejit terhadap IHK setiap periodenya.
Respon variabel IHK jika atau saat terjadi shockgoncangan pada variabel SBMK
Berbeda dengan pengaruh goncagan variabel-variabel lainnya terhadap IHK goncagan shock variabel SBMK terhadap inflasi tidak mengalami kenaikan
dan penurunan yang berarti maka disini dapat diartikan SBMK tidak sangat
Universitas Sumatera Utara
69
bergejolak seperti gejolak variabel-variabel lainnya dan dapat dikatakan SBMK dan IHK mencapai keseimbangan.
Kemudian jika dilihat pada tabel 4.10 pada kolom 3,4,5 dan 6 menunjukkan respon IHK karena shock SBI, PUAB, LOAN dan SBMK. Jika
terjadi shock SBI, PUAB, LOAN dan SBMK pada periode keenam sebesar 0.001841, -0.002456, 0.006548 dan -0.000349.
Tabel 4.10. Nilai Impulse Response Transmisi Moneter Konvensional Tiap Tahun
Selama 10 Tahun
Response of IHK:
Period IHK
SBI PUAB
LOAN SBMK
1 0.006834
0.000000 0.000000
0.000000 0.000000
2 0.008860
0.000177 -0.000773
0.001921 -0.000401
3 0.008856
0.000629 -0.002255
0.003791 -0.000456
4 0.008458
0.001101 -0.002690
0.005301 -0.000331
5 0.008110
0.001517 -0.002622
0.006159 -0.000305
6 0.007895
0.001841 -0.002456
0.006548 -0.000349
7 0.007781
0.002061 -0.002358
0.006703 -0.000409
8 0.007722
0.002200 -0.002322
0.006774 -0.000454
9 0.007691
0.002283 -0.002315
0.006819 -0.000482
10 0.007671
0.002333 -0.002316
0.006854 -0.000497
Sumber: Data Olahan Eviews, Lampiran 13
Universitas Sumatera Utara
70
Grafik 4.6. Hasil Uji Impulse Response Transmisi Moneter Syariah
Sumber: Data Olahan Eviews, Lampiran 12
Respon variabel IHK jika atau saat terjadi shockgoncangan pada variabel SBIS
Pada awal periode yaitu periode pertama sampai dengan periode ke empat respon IHK mengalami kenaikan secara bertahap dan merespon secara positif
guncangan shock dari variabel SBIS kemudian pada periode ke lima sampai
Universitas Sumatera Utara
71
dengan periode ke sepuluh goncangan shock variabel SBIS tidak terlalu bergejolak sehingga variabel IHK kenaikannya sudah mulai stabil dan seimbang,
sehingga pada periode ini diperlukan wakt sekitar 6 periode untuk mencapai kenaikan yang seimbang variabel IHK akibat guncangan SBIS.
Respon variabel IHK jika atau saat terjadi shockgoncangan pada variabel PUAS
Kemudian untuk di awal periode pertama sampai dengan periode kelima IHK merespon guncangan shoock PUAS dengan kenaikan IHK yang
berfluktuatif namun pada periode ke enam sampai dengan periode akhir guncangan variabel PUAS direspon positif oleh IHK dan pada periode ini juga
kenaikan yang terjadi konstan.
Respon variabel IHK jika atau saat terjadi shockgoncangan pada variabel FINC
Berbeda dengan transmisi moneter konvensional pada transmisi moneter syariah guncangan shock FINC pada periode ketiga sampai dengan periode ke
sepuluh tidak terlalu memberikan dampak kenaikan terhadap IHK dan pada periode ini juga IHK hampir mengalami keseimbangan ini berarti
guncanganshock dari variabel FINC tidak terlalu bergejolak dibandingkan dengan variabel-variabel sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
72
Respon variabel IHK jika atau saat terjadi shockgoncangan pada variabel IHMK
Untuk guncangan shock dari variabel IHMK terhadap IHK direspon negatif dan tidak terlalu mengalami penurunan yang terlalu besar berarti dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa variabel SBMK tidak terlalu bergejolak dan cenderung mengalami keseimbangan dalam penurunanya terhadapa variabel IHMK.
Seperti pada transmisi moneter konvensional impulse response pada transmisi syariah juga dapat dilihat pada tabel 4.11 yang ditunjukkan pada kolom
3,4,5dan 6 yang menunjukkan nilai respon IHK dari sisi syariah yang diakibatkan karena adanya guncanganshock dari variabel SBIS, PUAS, FINC dan IHMK.
Pada bagian atas menunjukkan jika terjadi shock SBIS, PUAS,FINC, dan IHMK pada periode kelima maka nilai respon IHK sebesar 0.001813,0.001485, 0.000511
dan sebesar -0.000526.
Tabel 4.11. Nilai Impulse Response Transmisi Moneter Syariah Tiap Tahun Selama 10
Tahun
Response of IHK:
Period IHK
SBIS PUAS
FINC IHMK
1 0.007338
0.000000 0.000000
0.000000 0.000000
2 0.010206
0.000892 0.000721
0.000709 -0.000362
3 0.011149
0.001445 0.001180
0.000488 -0.000456
4 0.011413
0.001711 0.001395
0.000582 -0.000509
5 0.011459
0.001813 0.001485
0.000511 -0.000526
6 0.011457
0.001845 0.001513
0.000529 -0.000530
7 0.011448
0.001853 0.001523
0.000513 -0.000531
8 0.011442
0.001853 0.001524
0.000518 -0.000531
9 0.011439
0.001852 0.001525
0.000514 -0.000531
10 0.011438
0.001851 0.001524
0.000515 -0.000531
Sumber: Data Olahan Eviews, Lampiran 14
Universitas Sumatera Utara
73
4.2.7. Uji